Rabu, 18 Mei 2011

TERORISME VS DEMOKRASI

Paskah tewasnya Osama oleh Tentara Amerika di Abbottabad, Pakistan berbagai pendapat muncul. Ada yang mengatakan bahwa Osama dan gerakan teroris AlQaeda telah merusak citra Islam. Islam mendapat stigma yang sangat negatif dari tindakan brutal yang mengatasnamakan Islam. Padahal fakta membuktikan bahwa ada lebih banyak jumlah orang Islam di dunia yang lebih humanis dan berpandangan progresif serta menginginkan umat Islam itu maju. Namun, dibalik itu ada juga sekelompok orang yang merasa symaptik dengan peristiwa tewasnya Gembong Teroris nomor Wahid itu.

Dalam beberapa literatur, sejumlah pakar mengatakan bahwa tidak satupun ajaran agama yang menagajarkan terorisme atau tindakan kekerasan untuk mencapai tujuan politik. Diakui bahwa terjadinya tindakan kekerasan dalam bentuk gerakan terorisme dan radikalisme agama adalah karena pelaku membajak ajaran agama dan menginterpretasikan beberapa ayat-ayat dalam kitab Suci AlQuran berdasarkan keinginan para kelompok terorist itu sendiri. Sebagian juga para pengamat berpendapat bahwa Terorisme itu sendiri timbul akibat adanya ketidaadilan dan perlakuan kebijakan standar ganda yang dilakukan oleh negara-negara maju terhadap negara-negara dunia ketiga termasuk negara-negara Muslim.

Namun, jika dikaitkan dengan situasi fenomenal yang sekarang melanda kawasan Jazirah Arab (Arab World). Sebenarnya fenomena kebangkitan bangsa Arab (The Arab Awakening) yang kita saksikan di media belakangan ini adalah gerakan yang menuntut suatu perubahan dan kebebasan. Masyarakat Arab sekarang ini menuntut Demokrasi ditegakkan di negara-negara Jazirah Arab yang lama rakyatnya menderita dengan sistem diktator, otoriter dan refresif.

Yang jelas sejak munculnya revolusi (The Arab Awakening) di Afrika Utara (Mesir, Tunisia, Maroko, Libya) dan Timur Tengah ( Yamen, Bahrain, Syiria dan Jordania) merupakan tantangan terhadap terhadap gerakan radikalisme di Afrika Utara dan Timur Tengah. Cita-cita Osama sebagai mantan pemimpin yang menginginkan pemerintahan Khilafa telah dimentahkan oleh gerakan revolusi yang menuntut Demokrasi dan keterbukaan di negara-negara Arab yang notabene adalah Muslim. Gerakan Revolusi (The Arab Awakening) menurut banyak pengamat merupakan gerakan murni dari masyarakat Arab ini merupakan gelombang demokrasi di Timur Tengah dan Afrika utara untuk menuntut penerapan Demokrasi yang lebih baik. Masyarakat menginginkan perubahan dan kebebesan.

Yang jelas ada lebih banyak jumlah umat Muslim di seluruh dunia yang menentang gerakan terorisme. Namun, patut disesali tindakan terorisme terus merusak citra Islam dan masyakat Muslim sering menjadi korban Stereotyped dan Prejudicious akibat tindakan terorisme yang juga telah menjadikan stigma terhadap ajaran Islam yang sangat mulia dan dihormati penganutnya dan bahkan juga oleh agama di luar Islam itu sendiri.

Saatnya mengambil hikma atas tewasnya Osama dan mengakui bahwa Osama itu adalah umat Muslim yang telah lama berjuang di jalan yang sesat. Harus pula diakui bahwa tindakannya yang sesat selama ini juga dipicu oleh kondisi politik dan ketidadilan.

Namun, kita semua harus sepakat bahwa kekerasan hanya melahirkan kekerasan dan kekerasan adalah musuh bersama umat manusi di muka bumi. Oleh karena itu mari katakan TIDAK pada segala macam bentuk tindakan kekerasan dan ketidakadilan di muka bumi.

Islam harus maju dan melihat ke depan (Looking forwards) dan bukan looking backwards dan selalu  hanya merasa bangga dengan romantisme masa lalu. Ingat penjajahan itu terjadi akibat adanya peluang menjajah dan adanya kondisi kebodohan dan keterbelakangan masyarakat yang berpotensi akan dijajah.

Umat Islam harus menunjukkan prestasi dan punya pandangan progressif. Bukan menjadi umat yang  frustrasi dan mungkin cenderung  berkelakuan agressif. Kalau negara-negara Islam bisa maju seperti bangsa Jepang, Korea Selatan, Singapura dan China yg nota bene juga bangsa Asia seperti Indonesia dan demikian juga bangsa Arab dan Afrika, mungkin bangsa-bangsa barat yang maju tidak akan melecehkan kita dan bahkan sebaliknya mungkin akan sangat hormat.

Kita harus berpikir realistis dan bukan utopis seperti konsepnya Sosialis komunis yang ingin mensejahterajkan rakyat tapi dalam realitanya hampir tidak pernah terwujud. Ingat china maju karena kepalanya (Ideologi Politiknya) Sosialis tapi perutnya (Ideologi Ekonominya) Demokrasi. Contohnya nyata juga bisa  bandingkan antara Korea Utara (Sosialis Komunis) dan Korea Selatan (Demokrasi), mana yang lebih sejahtera dan maju?, Sangat kontras, yg satu miskin (Korea utara) dan yang satu sejahtera (Korea Selatan).

Fakta mebuktikan bahwa majoritas negara makmur (Welfare States) di dunia adalah negara yang berideologikan Demokrasi. Dalam konteks di Indonesia mungkin kita bisa berspekulasi bahwa Demokrasi belum diterapkan dengan benar sehingga tindakan Korupsi dan pelanggaran HAM masih merajalela sehingga dari tahun ke tahun  menghambat proses pembangunan di Indonesia dan akhirnya banyak masyartakat yang mungkin telah berpikir simplistik dan salah paham. Mereka akhirnya frustrtasi serta mengatakan Demokrasi itu tidak baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar