Kamis, 19 Mei 2011

Rezim Otoriter Terancam Jatuh


Sejarah kelam Libya telah mencatat Gadafi dulu tahun 1969 juga melakukan makar dan menggulingkan Pemerintahan Monarki Absolut yang sah, Raja Idris dan mengusir Raja Idris dan keluarganya serta pendukungnya dari Libya. Gadafi menggulingkan pemerintahan kerajaan itu  melalui Kudeta dan sejak saat itu ia mengangkat dirinya sebagai Pemimpin Revolusi. Sampai sekarang Gadafi menganggap dirinya sebaga Pemimpin Revolusi. Ia tidak menganggap dirinya sebagai Presiden.
Banyak yang berspekulasi bahwa Gadafi itu sangat licik dan dia tidak mau mengangkat dirinya secara resmi sebaga kepala pemerintahan atau dengan istilah(Presiden) agar supaya dia tidak akan digulingkan atau diimpeached jika melanggar konstitusi. Pemerintahan Gadafi Unik dan aneh  serta  penuh praktek KKN karena dia mengangkat kelurga dekatnya dan hanya orang-orang dari sukunya yang memegang posisi penting dalam pemerintahan. Posisi Militer sengaja dilemahkan agar tidak mudah melakukan pemberontakan.  Kekuatan pertahanan dan keamanan diserahkan ke keluarga dekatnya. Pemerintahan Gadafi sangat unik karena yang memerintah bukan partai yang berkuasa (The Rulling Party) seperti kebanyakan negara-negara Demokrasi di dunia saat ini tapi yang memerintaha di Libya adalah keluarga Gadafi (The Rulling Family) dan pemerintahan ini sangat aneh karena status Libya bukan kerajaaan Monarki Absolut pasca tergulingnnya Raja Idris tahun 1969.

Pasca jatuhnya Rezim Ben Ali di Tunisia dan Rezim Mubarak di Mesir, timbul efek domino dan virus revolusi menyebar kebeberapa negara Jazeera Arab (Arab World). Gerakan revolusi itu semacam kebijakan Bottom-Up Policy yang muncul dan lahir dari majoritas rakyat di negara-negara Jazirah Arab. Bahrain, Yamen, Libya, Jordan dan Syria bergejolak. Pergolakan rakyat adalah murni dari rakyat dan mereka menuntut perubahan ke arah Era Pemerintahan Demokrasi setelah puluhan bahkan ratusan tahun mereka dipimpin oleh pemimpin Otoriter yang juga dekat dengan negara-negara barat karena kepentingan keamanan dan bisnis.


Secara implisit mungkin ada diantara kita yang keberatan dengan penegakkan dan pelaksanaan resolusi Dewan Kemanan PBB NO. 1970 dan 1973 yang bertujuan melindungi rakyat Libya melalui aksi kemanusiaan dan pelarangan Zona terbang (NO Fly ZONE). Rezim Ghadafi melanggar Kesepatan gencatan senjata (Cease Fire) yang diumumkan oleh Menlunya sendiri  liwat TV pemerintah dan disiarkan oleh beberapa TV asing. Ironsinya setelah pengumuman Gencatan senjata oleh Rezim Ghadafi, pasukan Pendukung Gadafi justru menyerang kelompok oposisi Prodemokrasi secara membabi buta. Gadafi juga menyewa tentara bayaran (Merchenary) asal Afrika untuk membunuh kelompok Oposisi. Serangan pasukan Gadafi pada waktu itu telah  banyak menelan korban jiwa dan luka-luka di pihak kelompok oposisi. Dalam laporan terbaru di TV AlJazeera English, Gadafi juga  memutar balikkan fakta dan mencoba menarik simpatik masyarakat dunia. Gadafi menaruh mayat-mayat korban pembantaian oleh pasukan pendukungnya di tempat-tempat serangan sekutu dan melaporkan bahwa mayat-mayat itu adalah korban kebiadan pasukan sekutu.

Pasca pelanggaran gencatan senjata oleh pasukan Gadafi, sekutu menjalankan mandat Dewan Keamanan PBB dan menyerang instalasi Militer  atau kekuatan militer Rezim Otoriter Gadafi. Serangan sekutu itu dikomandani oleh Francis dan mendapat dukungan dari negara-negara Liga Arab di mana Qatar, Jordania dan Turki masuk dalam pasukan sekutu walapun hanya menyiapkan logistik dan bantuan fasilitas Militer.  Sekarang tugas mengawasi mandat Resolusi Dewan Kemanan PBB diserahkan ke NATO.

Ingat majoritas rakyat di Libya mendukung kelompok oposisi yang ingin menggulingkan Rezim Gadafi dan terus berjuang menuntut Rezim Otoriter Gadafi mundur. Hanya segelintir rakyat Libya yang berada di Ibukota Tripoli dan sebahagian di Sirte, Kota Kelahiran Gadafi, yang masih mendukung Gadafi. Itu juga karena ada sebahagian yang di bawa intimidasi dari Rezim Totalitarian Otoriter Gadafi. Sejak aksi demonstrasi besar-besaran menunut Gadafi mundur dari kekuasannya  telah banyak pejabat-pejabat Libya, perwira tinggi, diplomat dan kepala-kepala suku yang dulu pernah medukung Gadafi, membelot dan simpatik kepada kelompok Oposisi prodemokrasi . Para kelompok elit bekas pendukung Gadafi telah bertekad mendukung penuh kelompok Oposisi untuk menggulingkan Rezim Gadafi. Sejak itu menurut pemimpin-pemimpin  dunia, Barat dan Liga Arab, Gadafi telah kehilangan legitimasi memimpin Libya. 

Sejak berkuasa Gadafi mencoba menggabungkan  tiga  ideologi dalam sistem pemerintahannya, yaitu ideologi Islam, Sosialis dan Kapitlais. Namun, Gadafi telah gagal dan kini mendapat tuntutan dari  rakyat Libya untuk mundur dari kekuasaan setelah puluhan tahun berkuasan dan selalu dikutluskan oleh pengikutnya. Gadafi dan keluarganya memiliki harta kekayaan yang sangat besar dan menurut TV AlJAzeera English dan juga dilansir oleh beberapa media lokal di Indonesia, Gadafi dan keluarganya memiliki kekayaan sejumlah Tiga Ratus Triliun Rupiah dari hasil Korupsi selama  42 tahun berkuasa.


Rakyat di negaraq-negara Jazirah Arab umumnya dan Libya khususnya menuntut agar pemimpin mereka mundur. Kausus di Libya unik dan aneh karena terjadi anomaly resistensi Rezim Gadafi dan secara brutal mengatasi kelompok pedemonstrasi dengan  menggunakan senjata-senjata berat buatan Rusia dan menumpas  habis kelompok anti pemerintahan. Bahkan lebih sadis lagi Gadafi menyuruh angkatan udaranya mengebom kelompok oposisi yang berdemonstrasi. Karena Gadafi menghadafi kelompok oposisi dengan persenjataan berat maka kelompok oposisi juga mengangkat  senjata melawan Rerzim Otoriter Gadafi. Melihat kelompok oposisi mendapat penganiayaan dari Rezim Otoriter Gadafi, masyarakt Internasional (Sekutu Barat dan Liga Arab) langsung mengadakan pertemuan di Francis sehingga lahirlah dukungan Resolusi PBB yang bertujuan melindungi rakyat Libya dari penganiayaan Rezim Otoriter Gadafi.

Kasus Libya tidak bisa diparalelkan dengan kasus Irak. Invasi sekutu ke Irak dulu yang dikomandani oleh Amerika dilakukan  melalui kebijakan tindakan sepihak (Unilateral Action) setelah berkonsultasi dengan Badan Keamanan PBB dan Liga Arab. Alasan menginvasi Irak karena Rezim Sadam dituduh memiliki senjata pemusnah masal yang pada akhirnya ditemukan bahwa pembuktiannya kurang valid. Sekutu  menyerang Irak pasca serangan 11 September ke gedung kembar dan tujuan penyerangannya adalah untuk melakukan Pre-emptive strike (menyerang musuh sebelum timbul banyak serangan dari musuh).
Amerika dan sekutunya dulu pernah punya hubungan mesrah dengan Irak dulu tapi kemudian hubungan itu putus karena kelihatannya Sadam sudah mulai membangkang dan tidak mau bekerjasama lagi dengan Barat tapi sebaliknya Sadam mengadakan perselingkuhan dengan lawan politik Barat seperti Rusia, beberapa negara Sosialis Amerika Latin dan China. Dulu Amerika pernah mendukung pemberontakan Suku Kurdi di Utara Irak yang pernah lama termarjinal oleh Rezim Sadam tapi pemberontakan itu gagal karena Sadam menembakkan gas beracun dan membunuh ribuan suku kurdi secara sadis dan aksi brutal ini mirip petani meracuni tikus di ladang.

Yang jelas Kasus serangan sekutu di Libya berbeda dengan kasus serangan sekutu ke Irak. Pemberontakan di Libya adalah efek domino dan merupakan fenomena penularan virus revolusi dan reformasi di Jazirah Arab pasca tergulingnya Rezim Ben Ali di Tunisia dan Rezim Mubarak di Mesir. Juga majoritas rakyat Libya menginginkan Demokrasi dan perubahan serta majoritas rakyat Libya menununtut pemerintahan Gadafi yang Otoriter dan brutal mundur setelah 42 tahun berkuasa dan bahkan ingin berkuasa seumur hidup. Di Libya banyak rakyat miskin dan menderita sebaliknya yang kaya dan terus menikmati sumber daya alam seperti minyak hanya Gadafi dan keluarganya serta orang-orang dari sukunya akibatnya rakyat marah dan mereka kebetulan mendapatkan moment yang tepat untuk memberontak dan ingin menggulingkan pemerintahan Gadafi.

Kelompok oposisi yang jumlahnya jauh lebih banyak dari pada kelompok pendukung Gadafi dan didukung oleh negara-negara maju seperti sekutu Barat dan negara-negara Liga Arab. Gerakan revolusi itu jelas-jelas murni muncul dari majoritas rakyat Libya. Sekarang jumlah pendukung Gadafi tinggal sedikit dan mereka hanya terkonsentrasi di Kota Tripoli. Berita terbaru tadi malam dari TV AlJazeera English, Gadafi dan pendukungnya semakin terjepit dan kekuatan tempurnya mulai melemah. Gadafi yang beberapa dekade terkahir ini telah mulai memiliki hubungan mesra denga negara-negara barat pasca keterlibatan pemerintahan Gadafi dalam pengeboman pesawat komersil PANAM yang bangkainya jatuh di  atas Lockerby Skotlandia dulu. Mungkin sebentar lagi Rezim Gadafi akan terguling dan digantikan dengan pemerintahan oposisi. Dan kejatuhan Rzim Gadafi  nanti mungkin merupakan hukum karma bagi Sang Diktator dan pengikutnya yang terlalu lama berkuasa. Gadafi dulu merebut kekuasaan dengan cara Kotor dan selama puluhan tahun mempertahankan kekuasaannya dengan cara licik dan penuh kekerasan dan penyiksaan terhadapk semua lawan politiknya. Mungkin Allah SWT telah memberikan hukuman setimpal dengan perbuatan Gadafi yang kotor  dulu dan sekarang melalui kekuatan dasyat dari gerakan revolusi Rakyat Libya (people power) dan gerakan  pemberontakan (Uprising) serta didukung oleh sekutu Barat dan negara-negara Liga Arab.

Angin Demokrasi saat ini bertiup di negara-negara Jazirah Arab. Ada 22 negara Liga Arab, memiliki bahasa dan budaya yang sama serta merupakan negara-negara Muslim. Negara-negara liga Arab cukup unik karena di sana ada  tyrani minoritas. Di beberapa negara yang berkuasa adalah minoritas Suni sedangkan kelompok majoritas Siah yang selama ini termarjinal. Kejatuhan Rezim-Rezim Otoriter di Timur Tengah harus menjadi pelajaran berharga bagi negara-negara di dunia  yang pemimpinnya Otoriter dan Refresif dan mau berkuasa puluhan tahun dan ingin berkuasa seumur hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar