Kamis, 19 Mei 2011

PEMAKAIAN BAHASA INGGRIS SEBAGAI BAHASA PENGANTAR PADA RINTISAN SEKOLAH BERATARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI KOTA PALU

ABSTRAK
Mochtar Marhum
Jamiluddin

Penelitan fundamental multi-tahun lanjutan ini dilakukan dengan tujuan untuk eksplorasi pelaksanaan kebijakan pendidikan bahasa Inggris di tiga Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yaitu, SMPN1, SMPN2 dan satu SMP swasta terkemuka di kota Palu yaitu SMP Alazhar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam (In-depth Interview) sembilan orang informan yang terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah dan sejumlah stakeholders. Observasi Langsung (Direct Observation) dilakakukan di tiga sekolah RSBI dan kegiatan pengumpulan data dokumentasi (Documentary Data). Analisa data dilakukan secara kualitatif melalui on-going data analysis dan prosedur analisa data kualitatif yaitu melalui kegiatan reduksi data, displai dan pengujian data, verifikasi dan penarikan kesimpulan dan perangkuman serta pengintegrasian semua hasil temuan (research findings). Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMP AlAzhar sangat konsisten dengan penerapan kebijakan bahasa di mana guru-guru dan siswa terus dimotivasi untuk tetap menggunakan bahasa Inggris selama jam pelajaran baik di ruang kelas maupun di luar kelas. SMPN2. Juga terus memotivasi guru-guru dan siswanya untuk menggunakan bahasa Inggris setiap saat terutama selam jam belajar. Namun, penggunaan dwi-bahasa di SMPN2 juga masih tetap ditolerir. Sedangkan SMPN1 masih berpendirian bahwa penggunaan dwi-bahasa seharusnya masih tetap dilaksanakan. Walaupun prinsip penerapan kebijakan bahasa di tiga sekolah RSBI agak berbeda, diharapkan semua tetap konsisten meningkatkan kemampuan bahasa Inggris.

Kata Kunci: RSBI, Pendidikan, Globalisasi, Bilingual, Monolingual, Kebijakan Bahasa.

















ABSTRACT

Mochtar Marhum
Jamiluddin

        The research aims are to explore the implementation of language education policy in three International Rating Schools in City of Palu. They were SMPN1, SMPN2 and one was a well-known private SMP called SMP AlAzhar. The research employed qualitative approach with educational case studies. The activities of data collection included activities of interviewing   nine informants which included students, teachers, principals and stakeholders. Direct observation was conducted in three schools and so did documentary data collection. Data analysis is carried out qualitatively through on-going data analysis and the procedure of qualitative data analysis was conducted through data reduction, display and examination data, data verification and drawing conclusion of data and in addition to summarizing and integrating all research findings. Furthermore, the research findings show that SMP AlAzhar was consistent with the implementation of langauage policy that was the use of English (monolingualism) in teaching and learning processs during schooling time. SMPN 2 keeps motivating teachers and students to use English during schooling time. Yet, the use of Bilingualism (bahasa Indonesia-English) was still allowed in SMPN2. On the other hand, SMPN1 still believes that the use of Bilingualism in the teaching learning process should be allowed. Although all schools have different perceptions on the implementation of language policy, they have showed thier consistensy in motivating teachers and students to improve their English.

Key Words: RSBI, Formal Education, Globalization, Bilingual Assistance, Language Policy and Global Language

























PENDAHULUAN
        Pemerintah melakukan suatu terobosan yang inovatif dan progressif dengan memberikan peluang dibukanya pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Kabupaten dan Kota di seluruh Indonesia. Kebijakan pendidikan tersebut berlaku untuk untuk semua tingkatan sekolah baik negeri maupun swasta yang ada di seluruh wilayah Indonesia.  Kebijakan Kementrian Nasional ini patut dibanggakan dan harus diapresiasi karena hal ini berkaitan erat dengan upaya untuk meningkatkan kualitas output pendidikan.     

        Kebijakan pendidikan Bahasa pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, dapat menjadikan siswa di sekolah tersebut menjadi lebih mantaf dan penuh kepercayaan diri untuk ikut sebagai peserta seleksi Olimpiade Sains tingkat internasional di masa yang akan dating.
     Untuk meningkatkan mutu, efisiensi, relevansi dan daya saing secara nasional dan internasional serta tak kalah pentingnya yaitu meningkatkan penguasaan bahasa Inggris siswa secara aktif dan berkesinambungan, maka telah terpilih dan ditetapkan dua Sekolah Menengah Pertama sebagai Rintisan Sekolah Bertarap Internasional (RSBI) di  kota palu sejak tahun aademik 2007/2008. Adapun kedua sekolah pilihan tersebut yaitu SMP. Negeri 2 Palu, SMP Negeri.1 Palu, dan SMP Al Azhar yang mendapat status RSBI mulai tahun ajaran 2009/2010.
        Kehadiran Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di Pulau Jawa, Bali dan kota-kota besar terntentu di Indonesia mungkin sudah tidak asing lagi. Namun, kehadiran Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di luar pulau Jawa khusus di daerah sedang berkembang dan masih relatif tertinggal seperti di Provinsi Sulawesi Tengah merupakan suatu hal baru yang menarik dan perlu dipahami serta patut dikaji melalui suatu studi ilmiah. 
     Di satu sisi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ini diharapkan dapat mempersiapkan generasi muda menyongsong masa depan mereka di era Globalisasi yang penuh tantangan dengan penuh rasa percaya diri. Namun, di sisi lain, kehadiran Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di Provinsi Sulawesi Tengah khususnya di kota Palu masih perlu dikaji kelayakannya agar supaya ada masukan yang konstruktif bagi pembuat kebijakan dan perencanaan pendidikan agar program Sekolah Bertarf Internasional ini akan lebih berhasil sebagai mana diharapkan.
      Kebijakan pemerintah memberikan kesempatan kepada Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang memenuhi syarat untuk menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional tentu telah memberikan peluang kepada Sekolah Menengah Pertama merespon Globalisasi pendidikan di daerah-daerah di seluruh provinsi Indonesia. Kebijakan pemerintah ini disambut secara positif karena sekaligus memberikan kesempatan kepada SMP yang punya potensi menjadi sekolah Rintisan yang bertaraf internasional tersebut dalam menerapkan kebijakan bahasa yang tepat sesuai kebutuhan sekolah dan peserta didik.     
        Sesuai dengan persyaratan sekolah bertaraf internasional maka semua sekolah  mewajibkan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar khususnya untuk mata pelajaran sains, yaitu Matematika, Biologi dan Fisika serta mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
       Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pada kelas sains di sekolah rintisan yang bertaraf internasional di satu sisi dianggap merupakan kebijakan yang efektif dan juga merupakan suatu terobosan yang progresif dan inovatif. Pendidikan bertaraf internasional ini diharapkan dapat mempersiapkan generasi muda menyongsong masa depan mereka di era globalisasi ini yang penuh tantangan dengan penuh rasa percaya diri melalui penguasaan sains dan sekaligus penguasaan bahasa Inggris secara aktif dan berkesinambungan.

METODE PENELITIAN
        Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagai teknik utama dalam pengumpulan data dilakukan kegiatan pokok yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengumpulan data melalui kegiatan observasi dan dokumentasi dilakukan seacara paralel dan terus dilanjutkan dengan kegiatan wawancara. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang pandangan (participant views), bentuk pertanyaannya lebih luas dan umum, pengumpulan data terdiri dari teks (kata-kata) dari partisipan untuk pengembangan tema (Mulayana, 2002; Patton, 2002). Menurut Cresswell (2005:45), penelitian kualitatif paling cocok untuk masalah yang anda tidak tahu variabelnya dan anda perlu mengeksplorasinya. Kajian kulaitatif mendiskripsikan individu dan mengidentifikasi tema, gambar (pictures) yang kompleks dan kaya. Melalui gambar ini, peneliti melakukan intrpretasi makna (meaning) dari data melalui refleksi tentang bagaimana temuan (findings) berkaitan dengan penelitian yang ada, membuat refleksi pribadi tentang signifikansi pelajaran yang dipelajari liwat studi atau dengan cara menarik makna yang lebih luas dan abstrak (Miles & Huberman, 1994; Patton, 2002).
        Dalam penelitian ini, pendekatan studi kasus (case study approach) digunakan untuk melakukan investigasi terhadap penerapan kebijakan bahasa di sekolah terutama berkaitan dengan pemakaian bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar (instructional language) dan juga digunakan melalui program bilingual assistance. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisa sistematis terhadap data yang terkumpul. Menurut stake (2000:436), studi kasus tidak berkaitan dengan persoalan pemilihan metode tapi sangat berkaitan dengan kasus apa yang akan diteliti. Kasus yang dikaji biasa simple atau kompleks. Kasus yang dikaji bisa, individu, kelompok, anak-anak, siswa, sekolah atau organisasi tertentu. Selanjutnya dalam kaitannya dengan kasus yang akan dipilih dalam suatu studi, Yin (1994, p.137) mengatakan bahawa studi kasus dapat berkaitan dengan keputusan yang diambil, proses implementasi kebijakan dan perubahan organisasi. Adapun teknik analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup kegiatan berikut: reduksi data, displai dan pengujian data, verifikasi dan penarikan kesimpulan dan perangkuman dan pengintegrasian semua hasil penemuan (research findings).
       Peneliti menyeleksi sejumlah informan penelitian yang dilibatkan dalam penelitian ini sebgai informan dari wawancara mendalam (In-depth Interview). Informan yang dilibatkan berjumlah sebanyak 9 orang yang mewakili 3 (tiga) kategori yaitu informan dari kalangan siswa, dari kalangan guru-guru dan dari kalangan stakeholder (pemangku kepentingan) yang meliputi kepala sekolah, orang tua siswa dan yang mewakili pemerintah (pihak dikjar). Peneliti menggunakan kode informan sebanyak empat digit (four digits) untuk menjaga kerahasiaan informan seperti yang disarankan Kopong (1995). Adapun kode informan adalah sebagai berikut:
1.                     Informan dari siswa  (N=03): SS 01 sampai SS 03
2.                     Informan dari stakeholder terkait (N=03): SH 04 sampai SH06
3.                     Informan dari guru (N=03): GS07 sampai GS09
        Peneliti akan tetap menjaga kerahasiaan nama informan dengan menyimpan secara rapi dan rahasia di tempat yang telah disediakan peneliti.

a. Kebijakan Bahasa dan Penerapannya di Lembaga Pendidikan Formal
      Berdasarkan rumusan hasil seminar Politik Bahasa Nasional di Jakarta tahun 1975, kebijakan bahasa itu didefiniskan sebagai pertimbangan konseptual dan politis yang dimaksudkan untuk dapat memberikan perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pengolahan keseluruhan masalah kebahasaan yang dihadapi oleh suatu bangsa (Alwi, 2000; Alwi & Sugono, 2000; Annamalai, 2003). Jadi kebijakan bahasa itu merupakan satu pegangan yang bersifat nasional, untuk kemudian membuat perencanaan bagaimana cara membina dan mengembangkan satu bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang dapat digunakan secara tepat di masyarakat ataupun di dunia pendidikan (Chaer & Agustina,2004; Marhum, 2009a; Wijana&Rohmadi, 2006).
      Setiap bangsa memilki masalah kebahasaan yang berbeda-beda dan masalah kebahasaan di setiap negara sangat tergantung pada situasi kebahasaan yang ada di dalam negara itu. Secara politis di Indonesia ada tiga buah kategori bahasa yang penting, yaitu (1) bahasa nasional Indonesia, (2) bahasa daerah, dan (3) bahasa asing termasuk bahasa Inggris yang telah menjadi bahasa yang sangat popular diajarkan atau digunakan sebagai bahasa pengantar pada lembaga pendidikan formal di Indonesia (Alwasila, 1997; Ali, 2000;Gunarwan & Hamid, 2000).
      Adapun tujuan kebijakan bahasa adalah dapat berlangsungnya komunikasi kenegaraan dan komunikasi intrabangsa dengan baik, tanpa menimbulkan gejolak sosial dan emosional yang dapat mengganggu stabilitas (Annamalai, 2003; Baldauf & Luke,1990).
        Bahasa Inggris di Indonesia berstatus sebagai bahasa asing dan tentu hanya dipelajari di lembaga pendidikan formal dan non-formal tertentu dan juga hanya digunakan di tempat-tempat tertentu (Marhum, 2008; Marhum2009). Namun, dalam kaitan dengan penerapan kebijakan bahasa di lembaga pendidikan formal khususnya di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, penggunaan bahasa Inggris sebagai Bahasa pengantar dan juga penggunaan Dwi-bahasa (Bhs Indonesia-Inggris) merupakan rekomendasi dari kebijakan bahasa dan pendidikan.  Diharapkan dengan pennggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dan penggunaan dwibahasa dapat meningkatkan keterampilan bahasa Inggris (language skills) sehingga siswa-siswa dan guru-gurunya (Coady & O’Laorie, 2002; Corson,1990).
b. Pentingnya Bahasa Global di Era Globalisasi
      Crystal (1997) seorang Professor Lingusitik dari Inggris mengatakan bahwa suatu bahasa dapat dikategorikan sebagai bahasa global atau bahasa internasional bila bahasa tersebut diakui dibanyak negara di seluruh dunia dan secara alami memilki status global dan memainkan peranan penting secara global. Crystal (1997, p.2) secara lugas menyebutkan bahwa:

English is a global language because it is spoken as a first language, a second language or third language by people around the world. He further explains that in order to gain a global status, two things should be considered. First, the language must be recognized as an official language and it is widely used. Second, although the language does not have any official status, it is widely and popularly taught as a foreign subject.

      Crystal mengemukakan bahwa Bahasa Inggris adalah bahasa global karena digunakan sebagai bahasa pertama, bahasa kedua dan sebagai bahasa ketiga atau bahasa asing oleh banyak orang di seluruh dunia. Selanjutnya dijelaskan oleh Crystal bahwa untuk memperoleh status global (internasional), dua hal harus dipertimbangkan. Pertama, bahasa tersebut harus diakui sebagai bahasa resmi dan digunakan secara luas. Kedua, meskipun bahasa tersebut tidak memiliki status resmi, bahasa tersebut sangat popular dan diajarkan dan atau digunanakan secara luas di berbagai negara di seluruh dunia.
      Bahasa Inggris memenuhi syarat sebagai bahasa global atau bahasa internasional karena memenuhi criteria seperti yang disebutkan diatas tersebut karena dewasa ini bahasa Inggris sangat popular digunakan di banyak negara dan diajarkan di sekolah-sekolah di seluruh dunia, termasuk di negara-negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris secara resmi (Pennycook, 1994; Crystal, 1997).
      Kenapa bahasa Inggris menjadi bahasa internasional?  Menurut sejarah bahasa Inggris, ada hubungan yang dekat antara bahasa yang dominant dan kekuasaan (power). Tidak ada bahasa yang dapat diakui sebagai alat komunikasi internasional tanpa dasar kekuasaan yang kuat secara militer, politik dan ekonomi (Ingram, 1993;Pennycook 1994; Crystal 1997).
      Namun, untuk menjadi bahasa global tidak ada kaitannya dengan banyaknya jumlah penutur bahasa tersebut tetapi hal ini sangat berkaitan erat dengan status penutur bahasa tersebut (Cook, 1994; Crystal 1997). Contohnya, bahasa Latin pernah menjadi bahasa Internasional dan hal ini tidak ada kaitannya dengan jumlah penutur bahasa Latin namun sebaliknya sangat berkaitan dengan pengaruh yang kuat dari keakasaran Romawi pada masa itu. Selanjutnya, walapun bahawa china memilki penutur terbanyak di dunia, bahasa China sampai sekarang masih belum dikategorikan sebagai bahasa Internasional seperti bahasa Inggris.
      Menurut Crystal (1997), eksistensi bahasa global melahirkan kekuasaan linguistic. Dewasa ini bangsa yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pertama atau bahasa kedua atau bangsa yang mampu menggunakan bahasa Inggris dengan baik diasumsikan memilki kekuasaan dan dapat memperoleh akses untuk mengembangkan karir mereka di arena internasional (Ingram, 1993;Bruthiaux, 2002). Sebaliknya, mereka yang tidak menguasai bahasa Inggris akan mengalami kesulitan.

c. Munculnya Kebijakan RSBI
       Sejarah awal lahirnya Sekolah RSBI berawal dari lahirnya kebijakan Program Sekolah Koalisi yang telah dimulai sejak tahun 2002 sebagai hasil kesepakatan negara-negara SEAMEO. Pada tahun 2002 telah ditetapkan 4 Sekolah Koalisi Regional yang terdiri dari 2 Sekolah Dasar (SD) dan 2 Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP). Namun, sejak tahun 2003 Sekolah Koalisi ini ditingkatkan dengan menetapkan 31 SD dan 31 SLTP di 30 provinsi. Sekolah koalisi ini dikelompokkan menjadi dua jenis sekolah, yiatu Sekolah Koalasi Regional dan Sekolah Koalasi Nasional (Diknas, 2004).
      Era globalisasi menuntut berbagai perubahan dalam berbagai aspek kehidupan kita (Power, 2000; Marhum, 2005). Pemerintah melalui Direktorat Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas telah membuat suatu kebijakan pendidikan yang sesuasi tuntutan dan kebutuhan masyarakat yaitu ditetapkannya Program Sekolah Koalisi, yaitu sekolah yang memiliki jaringan kerjasama antarasekolah nasional dan internasional dalam mempromosikan mutu (quality) dan persmaan (equaty) dalam pendidikan dan sekolah ini lebih berdimensi proses, artinya menjadi model bagaimana suatu sekolah berproses menjadi sekolah bertarf internasional (Diknas, 2004a; Diknas, 2004b; Nadrun, 2007). Sekolah Koalisi ini berfungsi untuk memberikan model “the best practice” dalam pelaksanaan 5 kebijakan pemerintah, yaitu: 1) manajemen berbasis sekolah, 2) lingkungan dan kondisi pembelajaran, 3) kompetensi guru dan system penghargaan, 4) kurikulum dan bahan belajar, dan 5) partisipasi masyarakat. Sekolah koalsisi ini juga merupakan model perubahan (agent of change), pelopor (advocates), catalisator (catalyst), dan pneggerak bagi pembaharuan (mobilizer).
d. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioal
     Rintisan Sekolah Sertaraf Internasional adalah suatu sekolah yang telah memenuhi Standard Nasional Pendidikan (SNP) pada tiap aspeknya, meliputi kompetesni lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, , pengelolaan, penilaian dan telah menyelenggarakan serta menghasilkan lulusan dengan ciri keinternasionalan (Marhum, 2009: Saibah 2009). Di samping itu RSBI juga mampu mengembangkan budaya sekolah dan lingkungan sekolah yang mendukung ketercapaian standard internasional dan berbagai aspek tersebut.
      Manurut Hari (2007,p.1) penyelenggaraan sekolah bertarap internasional dilatarbelakangi oleh alasan-alasan sebagai berikut: (1) Kemampuan daya saing yang kuat dalam bidang teknologi, manajemen dan sumber daya manusia serta kemampuan secara aktif menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang mutlak diperlukan dalam era globalisasi. Keunggulan sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi pada tingkat internasional, akan menjadi daya tawar tersendiri dalam era globalisai ini. (2) untuk meningkatkan daya saing yang kuat, relevansi, mutu dan efisiensi maka Undang-Undang No. 200 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 50 ayat 3 menjadi landasan yang kuat bagi penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional. Dalam instrument kebijakan tersebut diatas dinyatakan bahwa “Pemerintah dan atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertarap internasional. (3) Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional (SNP). (4) Sekolah bertaraf internasional juga dilandaskan pada empat pilar pendidikan yang direkomendasi oleh badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), United Nation for Scientific and Cultural Education, yang disingkat (UNESCO) yaitu learning to know, learning to do, learning to live together and learning to be (Keeves, 1999; Marhum, 2005; Teasdale, 2000). Hal ini dimaskudkan bahwa proses pebelajaran tidak hanya memperkenalkan nilai-nilai namun juga harus meningkatkan apresiasi dan motivasi serta implementasi nilai-nilai. Kegiatan ini dilakukan bersama secara hamonis sehingga menjadikan siswa penuh percaya diri dan penghargaan diri.
e. Pemakain Bahasa Inggris dalam Proses Belajar Mengajar
        Sekolah Koalisi telah mulai merintis dengan pembelajaran MIPA bilingual. Dalam pentahapan pelaksanaan pembelajaran bilingual atau pembelajaran dalam bahasa Inggris, sekolah dapat menerapkan pada minimal satu kelas rombongan belajar pada kelas tujuh, yang selanjutnya dalam jangka waktu tiga tahun sekolah mampu melaksanakan hal tersebut kepada semua kelas dan tingkatan (Marhum, 2009: Saibah, 2009). Namun demikian sangat tergantung dari kondisi dan kemampuan tiap sekolah.
        Tingkat pencapaian kompetensi yang tinggi dalam bahasa Inggris ditandai dengan keterampilan berbahasa Inggris yang lancar dan akurat, baik dari segi tatabahasa maupun ucapan (Saibah, 2009). Agar pencapaian kompotensi dalam bidang studi dan bahasa Inggris tinggi dan seimbang, perlu upaya pengembangan program-program pendukung secara nyata antara lain: Penciptaan suasana akademik dan sosial yang mendukung, penyelenggaraan bridging course bahasa Inggris, penyelenggaraan self-access learning center dan pelaksanaan kegiatan “English Experience day” di Sekolah secaraefektif.
        Diknas (2007, 42-43) merekomendasikan perlu dikembangkan model pembelajaran dalam bahasa Inggris yang sesuai dengan ciri dan karakter yang ada pada sekolah pelaksana program. Berikut ini diuraikan beberapa model pembelajaran yang dimaksud:
  1. Terpisah (Parallel) perkembangan bahasa sisiwa difasilitasi melalui kegiatan penunjang di luar pembelajaran utama (misalnya MIPA) dalam bahasa Inggris yang diikuti siswa di sekolah: (a) siswa menerima pelajaran tambahan berupa English for Mathematics and Science yang dilakukan oleh guru bahasa Inggris dan atau guru MIPA. (b) tim teaching antara guru Bahasa Inggris dan guru MIPA. (c) Pembelajaran MIPA melalui bahasa Inggris dilaksanakan secara bertahap. (d) Peningkatan kemahiran bahasa Inggris.
  2. Terpadu (Integrated) pengembangan bahasa siswa difasilaitasi secara terpadu dalam pemebelajaran menggunakan bahasa Inggris. Artinya siswa menerima materi English for Mathematics and science bersamaan ketika mereka menerima pelajaran Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris.




HASIL DAN PEMBAHASAN
       Lokasi penelitian meliputi tiga Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang terdapat di Kota Palu antara lain yaitu SMP N1, SMP N2 dan satu SMP swasta yang paling maju di Kota Palu yaitu SMP Al-Alzhar.
        SMP N 1 menyandang status Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) sejak akhir tahun 2009. SMP N2 menyandang status RSBI sejak tahun 2007. Sedangkan SMP Al-Azhar menyandang status RSBI mulai akhir tahun 2009 tapi baru menerima siswa pada tahun ajaran 2010.
        Pada umunya, Sekolah RSBI sudah mendapat status ISO seperti SMPN 1 dan SMPN2. Sekolah RSBI setiap enam bulan harus mengikuti ujian (Evaluasi) yang item soal-soalnya berasal dari Direktorat. Dalam bab ini akan dibahas hasil dan pembahasan dari hasil penelitian di ketiga sekolah tersebut di atas berdasarkan pertanyaan riset yang diajukan.
Pertanyaan Riset (research questions):
Bagaimanakah sikap Pemerintah terhadap penggunaan bahasa Inggris di sekolah bertaraf internasional?

        Informan GS09 mengakui bahwa sudah ada perhatian dari pemerintah khususnya program untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris, keterampilan dan wawasan keilmuan bidang studi. Pemerintah memotivasi dan memfasilitasi guru-guru yang terpilih ikut event Internasional berbahasa Inggris di Jakarta misalnya ada guru Matematika kami yang ikut event tsb dan pesertanya juga ada yang dari luar neeri seperti dari Bangladesh dan Mexico.
        Respon dari pemerintah dalam kaitannya dengan peningkatan kemampuan bahasa inggris guru-guru dan sisiwa RSBI sangat luar biasa seperti dinyatakan oleh informan GS09. Pemerintah telah beberapa kali memfasilitasi kursus-kursus bahasa inggris untuk guru RSBI. Jadi ada kursus bahasa Inggris yang khusus untuk guru-guru RSBI bagi yang sudah pernah ikut kursus dan sekarang juga sudah ada kursus bahasa Inggris bagi guru-guru RSBI yang sama sekali belum pernah ikut kursus Bahasa Inggris khusus untuk guru-guru MIPA. Tahun ini di sekolah kami sudah terapkan RSBI by School dan dana bantuan dari pemerintah pusat digunakan untuk membiayai kursus bahasa Inggris untuk guru-guru RSBI dan Tata usaha. Kursus bahasa Inggris dilaksanakan selama 3 bulan dan dilaksanakan sejak tahun pertama pembukaan RSBI.
Informan GS08  mengakui bahwa perhatian pemerintah terhadap RSBI tahun ini jauh lebih meningkat karena sudah ada sosialisasi sampai pada pejabat-pejabat di sini. Para pejabat di sini kelihatan sudah mulai memamhami seluk beluk RSBI itu maka perhatian mereka mulai meningkat. Tahun ini dana sharing 50 % daerah antara lain provinsi 30% dan kota 20% mulai direalisasikan. Tahun ini SMPN 1 dapat bantuan dari pemerintah daerah dan provinsi melalui Dikjar bantuan alat-alat laboratorium IPA kemudian pengembangan IT dan fasilitas lainnya.
        Perhatian pemerintah terhadap sekolah RSBI itu sudah bagus cuman masih ada kendalanya yaitu masalah realisasinya dalam bentuk termen-termen. Walaupun masih dalam bentuk termen-termen tapi tetap cair dalam bentuk dana (Informan GS07 &GS08). Dukungan pemerintah untuk dana kursus bahasa Inggris sudah ada dan programnya dilakukan melalui pengelolaan kedalam
        Namun, sebaliknya berbeda suasannaya di RSBI sekolah swasta seperti SMP AlAzhar, menurut Informan GS08, Pemerintah belum terlau memberikan perhatian serius pada pengembangan bahasa Inggris di sekolah RSBI. Pemerintah belum memfasilitasi agar guru-guru dapat mengajar pelajaran dengan bahasa Inggris. Padahal guru-guru sains dan IT RSBI dituntut untuk mempu mengajar menggunakan bahasa Inggris dengan baik.
        Beberapa guru di SMP AlAzhar mengatakan bahwa perhatian pemerintah jelas ada karena melalui kebijakan ataupun usulan dalam rangka peningkatan RSBI itu ada tapi kalau bantuan materil secara langsung belum ada. Jadi selama ini pengelolaan AlAzhar keseluruhannya itu masih swadana dengan mengandalkan dana dari masyarkat dalam hal ini orang tua. Bantuan pemerintah ada tapi belum maksimal dan pelatiahan yang ditwarkan untuk guru-guru adalah pelatihan yang umum dan bukan pelatihan khusus seperti kursus bahasa Inggris yang sangat berguna bagi guru-guru yang dari latar belakan non-bahasa Inggris. Dalam rangka menyongsong status RSBI sekitar bulan Oktober tahun lalu sekolah kami memfasilitasi kursus Bahasa Inggris selama seminggu. Ada wacana untuk diterapkan yaitu English day dan English Culture.
        Pemerintah merekomendasikan penerapan kurikulum dengan standard Cambridge tapi yang jadi kendala apakah sudah banyak guru yang bisa menerapkan standard Cambride sedangkan Pemerintah merekomendasikan Kurikulum Cambridge. Selanjutnya dari hasil diskusi dengan beberapa orang guru guru diperoleh informasi bahwa kurikulum yang digunakan RSBI adalah kurikulum yang dari Direktorat Kemendiknas. Dibandingkan dengan kurikulum yang di kelas reguler bisa dikatakan serupa tapi tak sama karena kurikulum di RSBI bisa dikatakan ada plusnya. Misalnya, lesson plannya dalam bahasa Inggris. Materinya juga ada yang tidak sama.
        Hampir semua buku di kelas RSBI khususnya mata pelajaran Sains, Matematika dan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Ada dua versi buku, yaitu ada yang satu buku terdiri dari dua bahasa, ada yang satu pelajaran terdiri dari dua buku yaitu satu berbahasa Inggris dan satu berbahasa Indonesia. Kalu ada kendala dalam hal kebahasaan siswa atau guru bisa langsung melihat materi pelajaran yang versi bahasa Indonesianya. Yang versi dua buku, satu bahasa Indonesia dan satu bahasa Inggris penerbitnya dari Direktorat. Sedangkan yang versi satu buku dua bahasa, Inggris Indonesia, penerbitnya swasta.
      Selanjutnya ada guru yang menyarankan agar pemerintah mengusul agar dibuka program studi pendidikan MIPA yang bisa mencetak calon guru-guru Sainsm Matematikan dan TIK yang bisa berbahasa Inggris. Demikina juga seperti dikemukanan oleh Informan GS06 bahwa:

“Sebaiknya untuk menjawab tantangan yang cukup besar dengan minimnya jumlah guru yang siap dan cakap dalam bahasa Inggris dan sekaligus body of knowledgenya atau mata pelajarannya sebaiknya pemeirntah melalui Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan FKIP di perguruan Tinggi seluruh Indonesia membuka semacam program Program Studi Pendidikan MIPA Bertaraf Internasional di mana alumninya nanti siap untuk mengajar di sekolah RSBI atau SBI.

       Demikian juga ditambahkan, informan GS07, tantangan dan kenyataannya sampai sekarang belum ada program studi di perguruan tinggi yang membuka program studi tersebut. Ironisnya pemerintah terus memberikan isin pembukaan rintisan sekolah bertaraf internasional di seluruh Indonesia tapi kurang memperhatikan kesiapan tenaga pengajar yang betul-betul memenuhi syarat terutama kemampuan mengajar menggunakan bahasa Inggris.
       Untuk merespon tantangan dalam penyiapan tenaga pengajar yang bisa berbahasa Inggris dan sekaligus mempunyai prestasi akdemik yang baik maka SMP Alazhar merekrut guru-guru yg akan mengajar di kelas RSBI secara lebih ketat dan membuka manajemen secara terbuka (open management) di mana guru yang direkrut bukan hanya dari guru organik tapi juga diumumkan secara luas dan terbuka sehingga SMP ALzhar lebih objektif dan selektif dalam perekrutan calon guru-guru RSBI. Di samping itu, mahasiswa-mahasiswa pendidikan MIPA dari FKIP UNTAD yang punya Indeks Prestasi yang baik dan mempu berbahasa Inggris dengan baik direkrut mengajar di kelas RSBI dengan catatan mereka harus menyelesaikan studi sambil tetap mengajar di SMP AL-Azhar. Tapi pada umumnya yang direkrut adalah mahasiswa-mahasiswa yang sudah hampir selesai atau yang sedang menyusun skripsi.
      Kurikulum yang diterapkan di Sekolah RSBI adalah kurikulum KTSP seperti yang direkomendasikan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) namun juga perlu ada adopsi dan adaptasi dari kurikulum di salah satu negara OECD khusunya dari negara ASEAN seperti Malaysia dan Singapura.  Guru-guru mengikuti pelatihan kurikulum di Jakara yang disponsori oleh Direktorat. Mereka juga mendapat pengetahuan tentang desain kurikulum KTSP.
        Dikatakan oleh informan GS09 bahwa sekolah RSBI harus menerapkan beberapa program antara lain, pertama menerapkan bilingual dan monolingual program jika memungkinkan. Kedua, menerapkan pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau ICT (Information, Communication Technology). Ketiga membuka jaringan kerjasama dengan sekolah setara atau lebih popular dikenal dengan istilah Sister School, minimal satu di dalam negeri dan 1 di luar negeri.
        Secara berkala pemerintah juga memberikan support kepada guru-guru untuk mengikuti kursus bahasa Inggris termasuk kursus TOIC (Test of English for International Communication). Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas mensponsori kegiatan evaluasi kempampuan bahasa Inggris guru-guru RSBI melalui Test of English as International Communication (TOEIC). Namun, Pemerintah agak kecewa karena belum lama ini diselenggarkan tes TOEIC dan hasilnya dari sekitar 600 guru sekolah rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) di seluruh Indonesia, yang mengikuti tersebut terungkap bahwa penguasaan bahasa Inggris guru dan kepala sekolahnya rendah.
         Di sampaing itu pihak Direktorat merekomendasikan agar setiap sekolah RSBI bekerjasama dengan pihak pergruruan tinggi dalam kegiatan pendampingan di kelas dan pengembangan keterampilan bahasa Inggris guru-gurunya. Untuk mengkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya guru-guru mengikuti kursus bahasa Inggris kerjasama UPT Bahasa Untad. Di samping ada juga program pendamping guru-guru RSBI kerjasama dengan program studi Pendidika MIPA UNTAD. Guru-guru RSBI di berikan program Mentoring dan pendangan agar supaya kesulitan dalam penerapan materi pelajaran dan kendala-kendala kebahasaan bisa teratasi. Pada umumnya dosen-dosen yang memberikan program pendampingan adalah mereka yang pernah mengikuti program pascasarjana di luar negeri khususnya di negara OECD.
        Di samping itu pemerintah juga telah membantu pembangunan fasilitas laboratorium bahasa yang cukup komplit dan representative buat siswa dan guru-guru yang ingin memperlancar kemampuan bahasa Inggris mereka. Pemerintah juga memberikan bantuan dana melalui bantuan dana pusat (APBN) dan dana sharing dengan dana di daerah APBD Provinsi dan APBD kabupaten. Dana sharing dari pusat berjumlah sekita 50% dan sisanya dilengkapi oleh dana sharing dari Pemerintah Provinsi (Pemrov) dan Pemerintah Kota (Pemkot). Seperti dikemukakan oleh seorang guru bahwa pelatihan bahasa Inggris yang diadakan selama ini disponsori oleh dana pemerintah karena sudah ada komitmen pemerintah membantu sekolah RSBI dengan rincian 50% dana dari pemerintah pusat, 30 % dari Provinsi dan selebihnya, 20% dari pemeintah kota. Dana itulah yang juga dipakai untuk membantu peningkatan keterampilan berbahasa Inggris guru-gurunya melalui kursus bahasa Inggris baik yang diselenggarakan di Kota Palu maupun kegiatan pelatihan bahasa Inggris di luar kota Palu seperti di Jawa. Bantuan secara financial dari pemerintah kota untk RSBI SMPN2. Dana sharing dari Pemerintah Kota sudah direalisasikan sejumlah RP. 160.000.000 (Seratus Enam Puluh Juta), demikian juga untuk RSBI SMP N1 juga telah direalisasikan.
Bagaimana sikap Sekolah RSBI terhadap penerapan kebijakan bahasa pada sekolah bertaraf internasional selama ini?

      Informan GS07, sekolah SMP AlAzhar menerapkan seleksi yang cukup ketat terutama kemampuan bahasa Inggris siswa. Dalam sistem rekrutmen yaitu kemampuan bahasa inggris calon siswa minimal 7,5 ke atas demikian juga guru yang direkrut di RSBI harus memilki kemampuan bahasa Inggris yang cukup tiggi.
       Sistem rekrutmen guru RSBI pada umumnya di sekolah RSBI Negeri seperti SMPN1 dan SMPN 2 masih menerapkan system rekrutmen dengan manajemen tertutup dalam artian guru-gru yang diseleksi atau direkrut untuk mengajar di Sekolah RSBI pada umumnya hanya guru-guru organik yang berasal dari sekolah RSBI yang bersangkutan. Hal ini seperti dikatakan oleh koordinator RSBI SMP2 dan SMPN 1.
       Namun, berbeda dengan sistem rekrutmen di SMP AlAzhar di mana sekolah tersebut membuka diri untuk menerima kandidat guru RSBI dengan manajemen terbuka.  Kandidat guru RSBI banyak yang diterima dari luar sekolah tersebut dengan menerapkan prosedur seleksi dan rekrumen yang cukup selektif dan efektif. Hal tersebut seperti dikatakan oleh kepala Sekolah SMP Alazhar. Salah satu persyaratan utama seorang calon guru RSBI adalah test kemampuan bahasa Inggris akademik melalui tes TOEFL.
         SMP AlAzhar mengutamakan pengajaran bahasa Inggris khusus untuk bidang Ilmu sosial sebelum mendapat status RSBI. Sekolah ini mengambil contoh beberapa sekolah di luar negeri menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Saya pikir kalau anak-anak diajar ilmu eksakta melalui bahasa inggris mungkin akan menjadi beban siswa karena mereka harus belajar subjek pelajaran tersebut dan sekaligus belajar menggunakan bahasa Inggris dalam proses belajar mengajar (Informan GS05).
       Siswa belum terbiasa menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran mata pelajaran Mate-matika dan IPA. Proses rekrutmen siswa di ketiga sekolah tersebut juga menetapkan bahasa Inggris sebagai salah satu persyaratan yang harus dimiliki oleh calon siswa untuk diterima di RSBI dan ini harus dibuktikan melalui tes wawancara, tes tertulis dan piagam kursus bahasa Inggris yg harus dimiliki oleh setiap calon siswa RSBI. Bahasa Inggris sampai sekarang masih berstatus sebagai bahasa asing di Indonesia dan secara kenyataan tentu siswa tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi sehari-hari di luar sekolah.
        Di SMP Al-Azhar, kebijakan penggunaan bahasa Inggris sebelum berstatus RSBI justru ditekan pada pembelajaran Ilmu Sosial, seperti pengajaran mata pelajaran Geografi, Sejarah dan Ekonomi. Menuru kepala Sekolah, sebaiknya siswa dilatih menggunakan bahasa Inggris pada pelajaran Sosial karena pelajaran ini walaupun siswa tidak pelajari secara ekslusif di sekolah tapi di masyarkat dan melalui media hampir setiap hari mereka bisa terekspos dengan pelajaran ini. Beliau juga mengatakan bahwa pelajaran Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam itu pelajaran yang agak berat dan ekslusif yang kebanyakan hanya diperoleh  pengetahuannya melalui sekolah dan Laboratorium. Mungkin sulit bagi siswa belajar Mata pelajaran Sians, Matematika dan Teknologi Informasi menggunakan bahasa Inggris dibandingkan dengan belajar mata pelajaran Ilmu Sosial dengan bahasa Inggris. 
        Untuk tahun pertama pada umumnya sekolah RSBI masih menggunakan Bilingual (dwibahasa). Mata pelajaran sains (Biologi dan Fisika) dan Matematika dan serta Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) menggunakan bahasa Inggris. Guru harus menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia jika siswa atau guru terkendala dengan kosa kata bahasa Inggris yang sulit. Bahasa Inggris pada umumnya digunakan oleh guru untuk membuka dan menutup pelajaran non-sains.
Dalam komunikasi di kelas atau di halaman sekolah sangat sering terjadi apa yang disebut dalam sosiolinguistik yaitu peristiwa Code Switching (alih kode), Code Mixing dan Code Choice. Sering siswa menggunakan bahasa Inggris dan kemudian tiba-tiba mereka menggantinya dengan bahasa Indonesia. Terkadang juga siswa mencampur beberapa kosa kata bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Dalam hal tertentu siswa harus menentukan bahasa apa yang harus mereka pakai dalam berkomunikasi.
       Beberapa orang siswa mengutarakan minat mereka belajar bahasa Inggris karena mereka bercita-cita lanjut sekolah di Luar Negeri (Informan, SS02 & SS03).  Waktu wawancara dengan siswa peneliti menggunakan bahasa Inggris selama wawancara dan kelihatannya siswa sangat antusias menggunakan bahasa Inggris walaupun sering terkendala dengan istilah bahasa Inggris yang sulit mereka kemukakan namun mereka terpaksa menggunakan bahasa Indonesia.     
        Dari hasil pengamatan di SMP N.2, siswa terlihat antusias dan merespons peranyaan-pertayaaan guru misalnya mereka menggunakan bahawa Inggris ketika menjawab pertanyaan guru. Fine, Mam, atau Yes, atau Do we work in group Mam? Guru mengingatkan kembali siswa bahasa-bahasa yang digunakan nanti dalam mengerjakan tugas sebagai bagian dari procedural text. Guru melanjutkan: Please find your group and arrange the stuff you need. Siswa membentuk kelompoknya dan mulai memperagakan cara membuat kue dan makanan. Mereka telah menyiapkan segala kebutuhan (ingredients). Kelas terlihat sibuk dan agak ribut. Mereka mulai bekerja di kelompoknya. Guru berkeliling untuk memberikan bantuan. Siswa berupaya menggunaka bahasa Inggris untuk mengerjakan tugasnya, tetapi kadang- kadang juga menggunakan bahasa Indonesia. 
        Untuk kebijakan bahasa di RSBI telah direkomendasikan agar kelas RSBI menggunakan monolingual bahasa Inggris untuk kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Sebelumya ketika masih masih berstatus Sekolah koalisi dan masih menggunakan bilingual dalam proses belajar mengajar
       Sudah ada program E-learning di mana Guru-guru sains sudah menggunakan email untuk tugas-tugas siswa. Pelajaran sains harus menggunakan bahasa Inggris demikian juga pelajaran TIK. Cuman terkadang di  luar anak-anak masih menggunakan bahasa Indonesia. Kalau guru-guru MIPA ketemu sering menggunakan bahasa Inggris. Kami juga ada English day. Jadi kalau ketemu anak-anak kami harus tegur mereka dengan mengatakan, “Can you say it in English please”.Siswa dimotivasi untuk ikut lomba-lomba yang berkaitan dengan bahasa inggris misalnya lomba story telling dan lomba pidato. Guru-guru juga mengawasi siswa-siswa yang lagi belajar dan memastikan agar siswa menggunakan buku teks yang berbahasa Inggris.
       Dalam pengajaran Sains, Matematika dan TIK harus menggunakan bahasa Inggris.Setiap guru dan siswa didorong untuk selalu menggunakan bahasa Inggris baik selama jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran. Demikian juga sejak dibukanya kelas RSBI kursus bahasa Inggris telah digalakkan. Tugas-tugas siswa yang dlam bahasa Inggris juga dikirim liwat email
       Dukungan SMP AlAzhar untuk penggunaan bahasa Inggris sangat tinggi dan sudah lama. Guru-guru tidak hanya dikursuskan tiga bulan tapi juga kami sudah punya tutor bahasa Inggris sendiri di sini. Kami banyak dilatih conversation dan penggunaan bahasa Inggris. Seorang guru mengatakan bahwa dia sudah menggunakan bahasa Inggris mengajar sejak tahun lalu dan tahun ini sudah menggunakan bahasa Inggris sekitar 75%. Dia katakan bahwa dia memberikan siswa tugas berkelompok dan setelah itu ada presentasi menggunakan bahasa Inggris. Satu-satu kelompok siswa maju ke depan menyajikan dalam bahasa Inggris.


       Menurut informa GS 07:
Sejak awal guru-guru memang merasa terbebani  denga kebijakan penggunaan bahasa Inggris di kelas terutama penggunaan monolingual karena mereka sudah terbiasa dengan program bilingual. Seharusnya RSBI itu kan menggunakan bahasa Inggris. Namun, guru-guru di sini masih menggunakan bilingual dalam pengajaran dan demikian juga bukunya masih memakai bilingual.

      Banyak guru-guru yang masih menggunakan bilingual dalam mengajar. Namun kita harus bangga karena banyak siswa yang dapat mengerjakan soal walaupun dalam bahasa Inggris. Sedangkan guru bahasa Inggris memotivasi guru-guru non-bahasa inggris untuk terbiasa menggunakan bahasa Inggris minimal hanya dalam bentuk penggunaan opening dan closing class.
        Sebaiknya selesksi guru-guru RSBI lebih selektif dan bukan menggunakan sistem yang masih primitif misalnya rekrutmen hanya berdasarkan senioritas umur guru-gurunya (Informan GS07 & GS08). Kemampuan bahasa Inggris calon guru-guru bahasa Inggris harus baik. Banyak yang ingin jadi guru di kelas RSBI karena ada honor insentifnya yang lumayan bagus. Yang jadi masalah kemampuan bahasa Inggrisnya mereka masih sangat rendah.
        Koordinator bahasa Inggris untuk RSBI di SMPN 1 mengemukakakan bahwa sekolah juga membuat kebijakan di mana guru-guru bahasa Inggris ditugaskan untuk mendampingi guru-guru non-bahasa Inggris selama mengajar di kelas dengan tujuan memebantu mereka kalau ada kendala kebahasaa tapi ada masalah karena mereka merasa terganggu dan keberatan jika terus didampingi selama mengajar. Di samping itu, masih ada kendala karena sering bertepatan dengan jam mengajar guru bahasa Inggris di kelas lain. Jadi akhirnya cara seperti ini kurang berjalan efektif.
Prestasi apa yang telah dicapai RSBI dalam pengembangan program bahasa Inggris di sekolah?

        Informan SH04 mengemukakan bahwa hanya dalam jangka waktu satu tahun, SMP Al-Azhar Palu resmi berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dari sebelumnya Sekolah Standar Nasional (SSN). Karena setelah diverifikasi tim dari Depdiknas, semua prasyarat menjadi RSBI dinilai sangat layak.
        Informan GS07 mengakui bahwa dengan terbitnya Surat Keputusan (SK) Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Nomor 2531/C3/KP/2009, tentang penetapan Sekolah Menengah Pertama sebagai RSBI tahun 2009, yang diterima Kepala SMP Al-Azhar dan akhiarnya SMP Al-Azhar resmi menjadi RSBI, bersama SMP lainnya di seuruh Indonesia.
        SMP Negeri 2 Palu meraih sertifikat ISO 2001:2008 dibidang mutu pendidikan. Sertifikat ISO itu diserahkan perwakilan PT URS Services Indonesia Prahatiza Wiena kepada Wali Kota Palu Rusdi Mastura di SMPN2 Palu Wali Kota Palu, Rusdi Mastura menyambut gembira atas keberhasilan SMPN2 Palu telah meraih ISO 2001:2008. Beliau katakan, “Saya selaku pribadi dan atas nama pemerintah dan masyarakat Palu mengucapkan terima kasih kepada SMPN2 Palu atas keberhasilan tersebut,” katanya. Apalagi, SMPN 2 Palu yang telah menyandang status rintisan sekolah bertaraf internasional sejak dua tahun terakhir ini, merupakan satu-satunya sekolah menengah pertama di Sulteng yang memperoleh sertifikat ISO. “Saya bangga dan terus mendorong sekolah lain untuk meningkatkan kualitas dan prestasi pendidikan,” pinta dia. Pemerintah, termasuk Pemprov Sulteng dan juga Pemkot Palu akan mendukung dan memberikan perhatian terhadap peningkatan mutu pembelajaran. Khusus kepada SMPN2 Palu, wakilikota Mastura meminta terus melalukan inovasi dan kreativtas dalam mempertahankan predikat sebagai sekolah RSBI dan SSN (Sekolah Standar Nasional) dan sekaligus penerima ISO pertama di Sulteng. Sementara Prahatiza Wiena mengatakan, SMPN 2 Palu merupakan sekolah menengah pertama di wilayah Sulawesi yang berhasil menadapat sertifikat ISO.
        Di AlAzhar bahasa Inggris telah dijadikan budaya. Kita wajibkan penggunaan bahasa Inggris bagi siswa ektesion dan siswa RSBI (GS07). Karena bahasa Inggris sudah dijadikan budaya di AlAzhar maka mudah meraih prestasi sehingga setiap perlombaan sejak tahun 2005 sampai sekarang Alzhar selalu mendapat juara lomba baik tingkat lokal maupun tingkat nasional.
Sudah 5 tahun berturut-turut SMP AlAjzhar mewakili Sulteng mengikuti perlombaan di bahasa Inggris seperti Story telling dan tahun lalu pidato bahasa Inggris di Jakarta. Tahun lalu ada dua siswa kami yang mengikuti perlombaan. 1 mengikuti lomba story telling  di Jokya dan satunya lagi mengikuti lomba pedato bahasa Inggris di Jokya. Semua perlumbaan kebanyakan mata pelajaran Sains dan matematika dan kebanyakan siswa yang mengikuti adalah mereka yang berasal dari kelas Ekstension. Prestasi yang banyak dicapai SMP AlAzhar mengantrakan sekolah menerima status RSBI dan tentu juga karena banyak sayarat yang telah dapat dipeuhi.
        SMP N. 2 sempat mengikuti lomba-lomba pemakaian bahasa Inggris tapi baru sebatas tingkat regional dan level kejuaraan yang dicapai baru pada juara satu dan juara dua dan untuk tingkat nasional baru satu kali diikuti dan kebetulan programnya baru pertama kali. Kita sempat masuk 10 besar. Bentuk perlombaan itu cukup luar biasa karena menggunakan laptop dan dilaksanakan melalui teknologi TIK dan perlombaan meliputi bidang Matematika dan Sains. Hasil kejuaraan lomba tersebut langsung diketahui karena peserta diberikan CD dan paswordnya. Dengan sistem digital bisa secara cepat diketahui hasilnya.
        RSBI SMP N.2 juga pernah ikut Olympiade Biologi tingkat Nasional di Universitas Jember di Jember dan soalnya semua pakai bahasa Inggris. Selama kegiatan olympiade tidak pernah pakai bahasa Indonesia. Peserta dari SMP N.2 lima orang siswa.
        Tahun lalu SMPN1 mengikuti lomba mata pelajaran Matematika di Unhas dan pada saat itu Alhamdulillah siswa kami masuk 10 besar dan hampir semua peserta berasal dari kelas RSBI. Kemudian pada tahun kemarin ada 5 orang siswa yang berasal dari sekolah kami diundang ke Jakarta mengikuti lomba karya tulis ilmiah. Pada tahun ke dua ada stu orang siswa diundang mengikuti lomba olympiade tingkat nasional di Medan. Tahun ini juga siswa kami mengkikuti lomba TIK  dan jaringan komputeryang disponsori oleh STIMIK Adiguna dan diadakan di Mall Tatura. Tiga orang siswa SMPN 1 peserta lumba semua mendapat juara.

Masalah apakah yang dihadapi sekolah dalam pengembangan sekolah RSBI yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar?

        Walaupun pengajaran menggunakan bilingual (dwibahasa) bahasa-Indonesia dan bahasa Inggris di kelas RSBI pada tahun-tahun awal tapi masalah atau kendala yang dihadapi siswa untuk menyerap pelajaran dengan buku pelajaran yang ditulis dalam bahasa Inggris masih ditemukan.
       Menurut Informan GS08, ada kendala dengan kebijakan pemakaian bahasa Inggris di kelas RSBI. Guru yang non-bahasa Inggris atau guru MIPA dan TIK yang mengajar dengan menggunakan bahasa Inggris mungkin hanya 20% yang bisa diharapakan dan aplikasi juga mungkin baru 40 sampai 50 % dan hal kasus ini hampir merata di seluruh Indonesia seperti juga dilaporkan oleh harian kompas online tahun 2009 (http://www.kompas.com/data/photo/2009) bahwa Test of English for International Communication (TOEIC), dari sekitar 600 guru sekolah RSBI SMP, SMK dan SMA di seluruh Indonesia, terungkap bahwa penguasaan bahasa Inggris guru dan kepala sekolahnya rendah. Data tersebut diungkapkan oleh Direktur Tenaga Kependidikan Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas.Lebih lanjut dikatakan bahwa penetapan sebagai sekolah berstandar Internasional (RSBI) ternyata mengabaikan tuntutan bahasa Inggris aktif. Hasil tes menunjukkan standar bahasa Inggris guru dan kepala sekolah RSBI pada umumnya, sebanyak 60% berada pada level paling rendah kemampuan berbahasa.
        Ketua Dewan Pendidikan Sulawesi Tengah menilai belum satu pun sekolah RSBI daerah ini yang memenuhi syarat teknis dan nonteknis sesuai ketentuan RSBI yang ditetapkan."Banyak aspek yang harus dibenahi seperti sarana dan prasarana, tenaga guru dan metode pembelajaran. Aspek tersebut belum sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk sebuah RSBI" katanya. Ia mencontohkan soal guru yang dituntut menguasai bahasa Inggris dan harus dapat mengajar dengan bahasa internasional tersebut. Akan tetapi guru seperti itu masih langka di semua RSBI, belum lagi siswanya yang kebanyakan tidak bisa berbahasa Inggris. "Guru yang bisa berbahasa Inggris di RSBI rata-rata baru guru bahasa Inggris saja, apalagi siswa. Bagaimana sekolah itu mau memenuhi syarat penggunaan bahasa Inggris dalam kelas kalau jumlah guru ang bisa berbahasa Inggris hanya sedikit," ujarnya. Dalam satu sekolah berstatus RSBI guru yang seharusnya mengajar dengan bahasa Inggris tetapi menerapkannya dengan bahasa Indonesia, harus didenda. Kalau kalau nanti sekolah itu sudah berstatus sekolah berstandar internasional maka semua kegiatan belajar mengajar harus menggunakan bahasa Inggris dan memiliki dua bahasa asing sebagai pilihan.
        Melorotnya angka kelulusan siswa pada pengumuman ujian nasional utama itu membuat Dinas Pendidikan Daerah (Dikda) Sulawesi Tengah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap RSBI mulai dari penerimaan siswa baru, sistim pembelajaran, sarana-prasarana, fasilitas, tenaga kependidikan, administrasi dan keuangan sampai aspek manajerial seorang kepala sekolah telah dievaluasi menyeluruh supaya RSBI tampil sebagaimana seharusnya. Berbagai kekurangan yang dimiliki harus benahi secara bertahap dan dipercepat serta terencana dan berlangsung secara kontinyu. Juga telah disepakati adanya forum kepala-kepala RSBI yang secara rutin melakukan pertemuan setiap bulan dengan dihadiri pakar-pakar pendidikan dan Dewan Pendidikan Daerah untuk membicarakan berbagai masalah dibelantara RSBI tersebut. Mulai tahun 2010 ini, pengelolaan RSBI di Sulawesi Tengah sepenuhnya ditarik dari Dinas Diknas kabupaten/kota ke Dinas Dikda Sulteng sesuai amanat PP No.38 tahun 2007 tentang pembagian wewenang pemerintah pusat, provinsi dan daerah dalam bidangpendidikan.

        Kemampuan Bahasa Inggris tamatan SD di Palu mungkin hanya 10%. Kita batasi penerimaan siswa hanya dua kelas dan kalau kita terima sebenarnya lebih dari dua kelas yang berminat. Pendaftar di AlAzhar tahun ini ada 650 0rang dan yang diterima hanya 60 orang.
        Jumlah pendaftar calon siswa di SMPN 2 dan ada 800 orang dan yang diterima hanya 216 yang dibagi menjadi 9 kelas dengan rata-rata siswa perkelas 24 orang. Rekrutmen guru hanya merekrut guru yang sudah ada.
        Ada kendala dengan kebijakan pemakaian bahasa Inggris di kelas RSBI. Guru yang non-bahasa Inggris atau guru MIPA dan TIK yang mengjar dengan menggunakan bahasa Inggris mungkin hanya 20% yang bisa diharapakan dan applikasi juga mungkin baru 40% sampai 50 % dan hal kasus ini hampir merata di seluruh Indonesia seperti juga dilaporkan oleh harian kompas beberarapa waktu lalu:
        Banyak guru-guru yang masih menggunakan bilingual dalam mengajar. Namun kita harus bangga karena banyak siswa yang dapat mengrjakan soal walaupun dalam bahasa Inggris. Sedangkan guru bahasa Inggris memotivasi guru-guru non-bahasa inggris untuk terbiasa menggunakan bahasa Inggris minimal hanya dalam bentuk penggunaan opening dan closing class.
       Sebaiknya selesksi guru-guru RSBI lebih selektif dan bukan menggunakan sistem yang masih primitif misalnya rekrutmen hanya berdasarkan senioritas umur guru-gurunya (Informan SH04 & SH06). Kemampuan bahasa Inggris calon guru-guru bahasa Inggris harus baik. Banyak yang ingin jadi guru di kelas RSBI karena ada honor insentifnya yang lumayan bagus. Yang jadi masalah kemampuan bahasa Inggrisnya mereka masih sangat rendah.
        Menurut informan SH05, sekolah juga membuat kebijakan di mana guru-guru bahasa Inggris ditugaskan untuk mendampingi guru-guru non-bahasa Inggris selama mengajar di kelas dengan tujuan memebantu mereka kalau ada kendala kebahasaa tapi ada masalah karena mereka merasa terganggu dan keberatan jika terus didampingi selama mengajar. Di samping itu, masih ada kendala karena sering bertepatan dengan jam mengajar guru bahasa Inggris di kelas lain. Jadi akhirnya cara seperti ini kurang berjalan efektif.
         Baru-baru ini siswa diberikan test dan ternyata hasilnya rendah untuk subjek pelajaran dan ini berbeda jauh dengan sebelum RSBI trbentuk (Informan GS08 & GS09). Kayaknya mereka lebih fokus pada bahasa Inggris sehingga mereka tidak cukup waktunya untuk mempelajari pelajaran lain
        Siswa mengatakan bahwa materi pelajaran yang paling sulit yang menggunakan bahasa Inggris adalah pelajaran Biologi karena banyak Istilah-istilah Latin dan harus menguasai kosa kata yang lebih banyak (Informan SS02 & SS03). Namun, agak berbeda dengan pelajaran Fisika, Matematika dan Kimia karena lebih banyak menggunakan rumus-rumus atau formula yang lebih konvensional dan relative lebih mudah dipahami.

























KESIMPULAN DAN SARAN

a.      Kesimpulan

       Dari hasil penelitian di lapangan, dapat disimpulkan beberapa poin penting sebagai berikut:
1.      Dukungan pemerintah terhadap peningkatan mutu RSBI di Kota Palu dirasakan sangat membantu khususnya pemantapan kemampuan bahasa Inggris guru-guru. Kontribusi dalam bentuk bantuan financial dari pemerintah dan orang tua murid merupakan wujud nyata perhatian pihak pemangku kepentingan dalam mensukseskan program RSBI di kota Palu. Pemerintah sangat respon dengan sekolah RSBI dan mereka juga menyadari bahwa kehadiran RSBI di kota Palu dapat memicu siswa-siswa mempermantap kemampuan bahasa Inggris mereka. Pemerintah menyediakan dana yang lumyan cukup untuk pengembangan RSBI. Demikian juga fasilitas pembelajaran, sarana dan prasarana juga disiapkan.
2.      Penggunaan bahasa Inggris dalam bentuk penerapan proses belajar mengjar menggunakan sistem monolingual dan bilingual telah diterapakan tapi penerapannya agak berbeda di masing-masing sekolah. Guru dan siswa pada umumnya memiliki sikap positif terhadap penerapan kebijakan bahasa  terutama penggunaan bahasa Inggris di kelas karena pihak sekolah terus memotivasi dan memfasilitasinya.
3.      Semua sekolah memiliki prestasi yang sangat membanggakan terutama dalam pengembangan dan promsi mata pelajaran sains dan matematika melalui penggunaan bahasa Inggris. Berbagai kegiatan lomba sudah pernah diikuti oleh ketiga sekolah RSBI di Kota Palu dan prestasi yang paling membanggakan didominasi oleh SMP AlAzhar tertuama dalam kegiatan lomba yang menggunakan bahasa Inggris seperti Story Telling dan Lomba Pidato bahasa Inggris.
4.      Masalah utama yang dialami oleh guru bahasa Inggris dalam hal pendampingan guru-guru Sains di kelas waktu mengajar subjek content adalah penyesuaian jadwal mengjar masing-masing yang sering sulit disesuaikan. Siswa terkadang masih sulit membiasakan diri konsisten menggunakan bahasa Inggris baik di kelas maupun di luar kelas. Terkadang siswa masih menggunaka bahasa Indonesia. Siswa terkadang masih sulit mendisiplinkan diri untuk tetap konsisten menggunakan bahasa Inggris setiap saat selama di Sekolah.

















SARAN-SARAN
1.      Pemerintah harus mendukung rintisan Pendidikan Sains Bertaraf Internasional yang kebetulan baru dibuka Program Studinya di FKIP UNTAD tahun ini. Kerjasama peerintah dengan Perguruan Tinggi khususunya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNTAD harus ditingkatkan. Perhatian pemerintah pada pengembangan kemampuan guru-guru dan siswa khsusunya dalam bahasa Inggris Sains dan TIK harus ditingkatkan. Pemrintah harus menyiapkan pelatihan atau kursus bahasa Inggris dan materi pelajaran serta latihan peer teaching yang lebih lama dan intense. Kursus bahasa Inggris seharusnya diarahkan ke kegiatan kursus bahasa Inggris untuk tujuan khusus yang relevan atau dikenal dengan istilah English for Specific Purposes (ESP).
2.      Penerapan kebijakan bahasa harus dimotori oleh pihak sekolah dan didukung oleh pemangku kepentingan (Stakeholders). Fokusnya harus membudayakan pemakain bahasa Inggris di dalam kelas dan di lingkuangan sekolah. Fasilitas buku dan kamus khusus untuk mata pelajaran sains harus disediakan untuk mendukung kemampuan bahasa Inggris siswa dan guru.
3.      Prestasi siswa dan guru-guru harus mendapat perhatian dari pemerintah dan pemangku kepentingan. Sekolah dan Pemerintah harus memberikan apresiasi dan rewards kepada guru-guru dan siswa yang berprestasi. Sekolah harus menciptakan suasana iklim akademi, yang bisa menjadi siswa dan guru berprestasi terutama dalam pengembangan mata pelajaran Sains, Matematika, TIK dan penggunaan bahasa Inggris.  

4.      Pemerintah harus membuat standard yang baku untuk penerapan kebijakan bahasa di sekolah RSBI karena ini merupakan masalah utama selama dalam penerapan kebijakan bahasa Inggris di sekolah RSBI.  Belum ada standar yang baku. Ketiga sekolah RSBI masing-masing punya standard yang berbeda dalam penerapan kebijakan bahasa inggris. Oleh





















DAFTAR PUSTAKA
Alisjabana, S.T. (1976) Language Planning for Modernization, the Case of Indonesia and Malaysia, Mouton, The Hague.
Ali, L. (2000), Lengser Ke Prabon: Kumpulan Kolom tentang Pemakaian Bahasa Indonesia. Pustaka Firdaus, Jakarta.
Alwi, H. (2000), fungsi politik bahasa. Dalam Alwi, H. dan Sugono, D. (eds) Politik Bahasa: Risalah Seminar Politik Bahasa. Pusat Bahasa. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta, p. 7-15.
Alwi, H. dan Sugono, D. (2000) Politik Bahasa: Risalah Seminar Politik Bahasa. Pusat Bahasa. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta, p.1-25.
Alwasilah, A.C.(1997) Politik Bahasa dan Pendidikan (Language Politics and Education). PT Remaja Rosda Karya, Bandung, p. 31, 61-89.
Annamalai, E., 2003, Reflections on a language policy for multilingualism. In  Language Policy Electronic Journal, Volume 2.  Kluwer  Academic Publishers,  p. 113 – 132.
Baldauf, R B. and Luke A. (1990), Language Planning and Education in Australasia and the South Pacific. Multilingual Matters Ltd, Clevedon – Philadelphia, pp. 81-86.
Bruthiaux, P. (2002) Predicting challenges to English as a global language in the 21st century. In Dasgupta & Tonkin (eds), Language Problems & Language Planning Journal. Vol 26, p. 129-157.
Chaer, A. & Agustina, L. (2004), Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 176-183.
Coady, M. & O’Laorie, M., (2002) Mismatches in language policy and practice in  education: the case of Gaelscoileanna in the Republic of Ireland. In Sheldon, M. (ed), Electronic Journal of Language Policy. Kluwer Academic Publisher. Netherlands, p. 143-156.
Cooper, R.L. (1989) Language Planning and Social Change. Cambridge: Cambridge University Press, p.45.
Corson, D. (1990) Language Policy across the Curriculum. Multilingual Matters LTD. Philadelphia, p.1-19.
Crystal D. (1997), English as a Global Language. Cambridge University Press.
Diknas (2004a), Pedoman Sekolah Koalisi. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, DEPDIKNAS. Jakarta.
  ---------(2004b), Pedoman Pembelajaran Matematika dan Sains dalam Bahasa Inggris. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, DEPDIKNAS. Jakarta.
Diknas (2007), Panduan Penyelenggaraan Rintisan Sekolah Berataraf Internasional (RSBI) untuk Sekolah Menengah Pertama. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Kemendiknas Jakarta
Harry (2007) Konsep SBI pada jenjang pendidikan SMP, (Online), http://pelangi.dit-plp.go.id/, (diakses tanggal 19 Mare 2008).

Huda, N.  (2000),”Kedudukan dan Fungsi Bahasa Asing”. Dalam Hasan Alwi dan
 Dendy Sugono (Editor).Politik Bahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan
 Nasional.
Gunarwan, A. & Hamid A. 2000. “Kedudukan dan Fungsi Bahasa Asing di
 Indonesia di dalam Era Globalisasi”. Dalam Hasan Alwi dkk. Bahasa    Indonesia
dalam Era Globalisasi : Pemantapan Peran Bahasa sebagai Sarana
Pembangunan Bangsa. Jakarta: Pusat Bahasa.
Ingram, D.E, (1993) Language Policy in Australia 1990s. Paper to the Pre-conference International Workshop on Foreign Language Planning, National Foreign Language Center, the John Hopkins University, Washington DC, p. 11-12. 
           Keeves, J.P (1999), Invitational Seminar on the Delors Report: Learning – The
                        Treasure Within. Flinders Institute of International Education, Australia. 
            Kompas (2009), Nilai Bahasa Inggris Guru RSBI di indonesia Memble.       
                       http://www.kompas.com/data/photo/2009. Retrieved tgl 10 Nopember 2009.
Kopong, E. (1995), Culture and Schooling: An Exploratory Study of Curriculum Decentralisation in Indonesia. Unpublished PhD. Thesis, Flinders University of South Australia.
Koran Radar Sulteng (5 Mei 2008),  Meningkatkan Mutu Pendidikan: Isu Sekolah Bertaraf Internasional di Sulawesi Tengah. Hlm1.
Marhum, M. (2000), Perencanaan Program Bahasa Inggris. UPT Bahasa Universitas Tadulako, Palu.
  Marhum, M. (2005) Language Policy and Educational Decentralization in Indonesia. Unpublished Ph.D Disertation. Flinders Universty, South Australia.
   Marhum, M (2008) the Linguistic Awakening in Eastern Indonesia in the Era of Globalisation. In Matthews and Gibbons (Eds). The Process of Research in Education. Shannon Research Press, Australia. 
   Marhum, M. (2009a), Issues in Language, Culture and Education in Eastern Indonesia. Lambert Academic Publishing, Germany.
   Marhum, M. (2009b)., English in Indonesian Schools in the Era of Globalization: the Use of English as Instructional Language at Rintisan Sekolah Bertaraf Internationla in Central Sulawesi. STBA-LIA, Jokyakarta.
Miles, M.B. and Huberman, A.M (1984) Qualitative Data Analysis: A Source Book of New Methods. Sage Publications, Newbury Park, California, p. 49-243.
Miles, M.B. and Huberman, A.M (1994) Qualitative Data Analysis: A Source Book of New Methods 2nd edn . Sage Publications, Newbury Park, California.
Mulyana, D (2002), Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Nadrun & Thamrin (2007), Fenomena  Code Switching dalam Proses Pembelajaran Berbasis Pendekatan Bilingual. FKIP, UNTAD. Palu.
Ohiuwutun, P. (1996), Sosiolinguistik: Memahami Bahasa dalam Perspektif Masyarkat dan Kebudayaan. Kesain Blanc, Bekasi Timur.
Patton, M.Q. (2002), Qualitative Research and Evaluation Methods. Sage Publications. London, p.  3-12.
Pennycook, A. (1994), the Cultural Politics of English as an International Language. Pearson Education Ltd, England.
Power, C. (2000), Global trends in Education. International Education Journal. Vol 1, No 3, p. 152-162.
Stake, R. E. (2000), Case studies. In Dezim and Lincoln (Eds), Handbook of Qualitative Research. Sage Publication.California, p.435-446.
Saibah, (1999), Implementing Classroom management for the Teaching of English to the Grade Eight Students of Designated International Rating School (RSBI). Unpublished Masters Thesis, Program Pascsarjana UNTAD Palu.
Sudarsono, Juwono. 2000b. “Kebinekaan Bahasa, Pembangunan Bangsa, dan Era Globalisasi”. Dalam Hasan Alwi dkk. Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi. Jakarta: Pusat Bahasa.
Sumardjan, Selo. 1998. “Adat, Modernisasi, dan Pembangunan”. Dalam Sularso Sopater et al. (Ed.). Pembelajaran Memasuki Era Kesejagatan. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta, 32-36.
Stake, R.S. (2000), The Arts of Case Study Research. Sage , Thousand Oaks, California, 110-115.
Teasdale, G.R.(2000),  Bridging Borders; Moving Boundaries: Defining and Refining Humanities in Education. Key Note Address delivered at the first Conference Faculties of Humanities, University of Goroka, p. 1-6.
Wijana, I.P, & Rohmadi, M. (2006), Sosiolinguistik:Kajian Teori dan Analisis. Pustaka Pelajar
Yin, R.K. (1984), Case Studies Research: Design and Methods. Sage Publications. London, p. 2-25.
Yin, R.K. (1994), Designing single- and multiple-case studies, in Bennett, N., Glatter, R. and Levačić, R. (eds) Improving Educational Management through Research and Consultancy. London: Paul Chapman.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar