Rabu, 22 Agustus 2018

JOSEP ESTRADA MANTAN PRESIDEN FILIPINA YANG JADI WALIKOTA MANILA


Manila, 18 Agustus 2018
Oleh Mochtar Marhum
Josep Estrada pernah jadi bintang film favorit di Filipina sebelum terjun ke dunia politik praktis.
Josep yang beralih profesi jadi politisi memiliki karir jabatan politik yang cemerlang. Pernah jadi wakil Presiden Filipina antara tahun 1992-1998. Dan kemudian pernah terpilih jadi Presiden Filipina yang ke 13 dan jabatan itu diembannya dari tahun 1998 sampai tahun 2001.
Josep tidak menyelesaikan jabatan Presiden selama satu priode penuh karena dilengserkan di tengah jalan melalui proses impeachment. Dan sejak tahun 2013 Josep kembali ke gelanggang politik dan terpilih sebagai walikota Metro Manila sampai sekarang.
ANTARA KEKUASAAN DAN KARIR POLITIK
Umumnya banyak kepala pemerintahan dunia meniti karirnya dalam jabatan politik dari bawa dan merangkak naik ke atas sampai di puncak karir.
Mungkin termasuk langka dan tabuh bagi seorang politisi memillih karir jabatan politik di bawa level jabatan politik yang pernah didudukinya kecuali Mantan Presiden Josep Estrada.
Karir jabatan politik seorang politisi biasanya cukup bervariasi. Ada yang berhasil sampai ke puncak jabatan politik tertinggi, ada yang bertahan di puncak kekuasaan, ada yang terus mempertahankan kekuasaannya, ada yang ingin berkuasa kembali, ada bahkan yang ingin berkuasa seumur hidup dan ada yang tumbang dan lengser di tengah jalan.
Presiden Soeharto pernah berkuasa selama 32 tahun dan akhirnya dilengserkan oleh gerakan people power. Presiden Robert Mugabe di Afrika sana pernah berkuasa lebih dari 30 tahun dan sampai berusia 90 tahun masih terpilih kembali jadi Presiden Zimbabwe, kemenangannya di setiap Pilpres diduga penuh kecurangan (Vote Rigging). Namun, kekuasaannya secara gradual melemah dipengaruhi dengan menguatnya kelompok oposisi dan dukung signifikan oleh pemimpin negara-negara Uni Eropa, Pemimpin Afrika dan dukungan dari pemimpin negara Western Powers termasuk Amerika dan sekutunya.
Tun Mahatir terpilih kembali jadi Perdana Mentri Malaysia di usia 90 tahun setelah mengalahkan mantan muridnya yang juga calon Perdana Mentri incumbent yang telah kehilangan dukungan signifikan karena kasus skandal korupsi.
Presiden Marcos berkuasa selama lebih dari 25 tahun dan akhirnya tumbang akibat kekuatan people power, mendapat tekanan dari kekuatan rakyat yang mendukung upaya penggulingan kekuasan juga akibat skandal korupsi yang ditujukan kepada dirinya dan skandal korupsi yang juga banyak dipengaruhi oleh keluarganya terutama ibu negara saat itu. Presiden Marcos kala itu terpaksa harus mengasingkan diri di negeri Paman Sam hingga ajal menjemputnya.
FOTO JOSEP ESTRADA MENGHIASI BEMTOR
Di Filipina alat transport tradisional masih eksis dan digemari masyarakat luas. Di tengah Kota Makati, salah satu Kota teramai Filipina. Sama dengan Indonesia, di sini juga banyak Becak Motor (Bemtor) dan jumlah Bemtor kelihatan cukup signifikan.
Ketika sejumlah kota besar di Indonesia membatasi jalur alat transport tradisional dan bahkan melarang meliwati jalur tertentu, sebaliknya di Filipina berbeda perlakuannya.
Bemtor digunakana sebagai alat tradisional yang multiguna. Bisa dipakai untuk angkut penumpang, digunakan untuk angkut barang-barang termasuk sayur-sayuran dan buah-buahan serta yang paling unik Bemtor juga digunakan sebagai kendaraan layanan iklan berjalan dan poster politisi.
Di Manila Bemtor dan becak masih ramai berseliwiran di tengah kota bersaing dengan mobil angkot Jeefni yang telah jadi ikon dan telah melegenda.
Setiap hari banyak Bemtor yang lalulalang di tengah pusat keramaian kota, Belakang body Bemtor banyak yang telah didesai agak lebar sehingga bisa dipajang iklan dagang atau poster politisi. Model Bemtor yang seperti ini mungkin tidak pernah kita temukan di kota-kota besar di Indonesia.
Kemarin waktu kembali dari Kedutaan Besar Indonesia di Manila, dalam perjalanan pulang ke Hotel saya terkejut melihat Poster mantan Presiden Filipina yang pernah terkenal di akhir tahun 1990-an. Seorang selebriti kharismatis yang sempat mengadukan nasibnya jadi politik dan berhasil meraih jabatan politik paripurna dalam konsep Demokrasi Elektoral.
Foto Josep Estrada terpampang rapi di belakang Becak Motor (Bemtor) motor yang sedang melambat karena dihalangi oleh kemacetan kota Metro Manila ibu Kota Filipina. Terlihat jelas wajah ganteng berkumis tebal dan rambut kelihatan masih berwarna hitam dan tampangnya hampir mirip ketika beliau masih menjabat sebagai Presiden Filipina dua puluh tahun yang lalu.
Saya tanya sama sopir taksi kenapa ada foto poster Josep Estrada di belakang Bemtor sana?, jawab si sopir dengan bahasa Inggris logat Tagalog Filipina yang sangat kental dan dia bilang, "Mr. Estrada sekarang adalah walikota Manila dan beliau jadi walikota sejak tahun 2013.
Bisa dibayangkang kharisma dan popularitas seorang mantan bintang laga layar lebar yang pernah terjun ke dunia politik sejak dua pulu tahun yang lalu dan kini masih memiliki modal sosial dan simpatik dari masyarakat kota Manila walaupun pada saat jadi Presiden Josep Estrada berhasil dilengserkan melalui impeachment dan akhirnya melepaskan jabatannya di tengah masa jabatannya sebagai presiden akibat mengingkari janji dan melanggar konstitusi negara.
ANTARA AMBISI KEKUASAAN DAN PENGABDIAN KEPADA NEGARA
Setelah saya mengetahui bahwa mantan Presiden Josep Estrada kini jadi walikota Metro Manila, pikiran saya langsung melambung jauh ke Indonesia dan membayangkan konteks jabatan politik dan perspektif Demokrasi Prosedural di tanah air.
Kayaknya mungkin jarang sekali atau hampir tidak pernah terjadi kasus yang sama di negara lain atau bahkan di Indonesia walaupun dulu pernah juga ada seorang mantan Mentri yang pernah jadi walikota di Bogor.
Mungkin kasus yang hampir sama juga pernah terjadi di Australia yaitu Kevin Rudd, Mantan Perdana Mentri Australia, setelah Perdana Mentri John Howard. Kevin Rudd pernah terpilih jadi Mentri Luar Negeri (Menlu) setelah pernah jadi Perdana Mentri Australia. Dan jabatan Menlu Australia dijalani dengan legowo dan tanpa beban psikologis.
Pada umumnya seorang politisi menanjak hirarki dan karir jabatan politik trendnya menanjak naik seperti di Amerika beberapa mantan Presiden menapak karirnya dari Gubenur, Senator dan kemudian jadi Presiden. Di Indonesia Presiden Jokowi pernah jadi Walikota, Kemudian jadi Gubernur dan kini jadi Presiden.
Dalam benak saya sempat terlintas pertanyaan, apakah dengan menduduki jabatan politik sebagai walikota Manila itu menunjukkan bahwa Josep Estrada adalah figur pemimpin yang haus kekuasaan dan tetap mau berkuasa selama-lamanya walaupun pada akhirnya tetap kerasan bertahan pada kekuasaan selevel jabatan pemerintahan setingkat walikota atau kepala pemerintahantingkat II versi di indonesia. Atau mungkin niat dan tujuan dari mantan bintang film flamboyan dan politisi gaek tersebut betul-betul ingin mendedikasi pengabdiannya sampai batas usia senja.
Mungkin ada pelajaran inspiratif yang bisa dipelajari oleh politisi di Indonesia. Jabatan itu tidak kekal tapi terkadang ada figur seorang pemimpin yang ingin selalu berkuasa walaupun turun level dan kelas demi ingin mengabdi atau mungkin demi ingin mempertahankan kekuasaan.
Mantan Presiden Josep Estrada dari Filipina telah menunjukkan bahwa untuk pengabdian pada bangsa dan negara tidak boleh harus kaku dan gengsi-gengsian dengan posisi hirarki jabatan politik.
Jiwa pengabdian jauh lebih bernilai dari pada ambisi merebut kembali kekuasaan apalagi dengan cara-cara kurang beretika dan di luar nalar sehat.
Penulis Merupakan Kolumnis Free-Lance dan Akademisi, Konsen Dengan Isu Sosial Humaniora