Jumat, 30 Maret 2018

ISU PEMILHAN REKTOR PERGURUAN TINGGI NEGERI DAN TRANSFORMASI PENDIDIKAN TINGGI MENUJU PARADIGMA YANG INKLUSIF DAN DEMOKRATIS


Oleh: Mochtar Marhum
Kebijakan Pemilihan Rektor di Perguruan Tinggi Negeri saat ini telah jauh berbeda jika dibandingkan dengan kebijakan pemilihan Rektor PTN di masa lalu terutama masa sebelum Era Reformasi.
Persyaratan untuk menjadi Rektor di Perguruan Tinggi Negeri yang telah berstatus BHMN juga berbeda dengan persyaratan Pemilihan Rektor di Perguruan Tinggi yang masih berstatus BLU.
Di Perguruan Tinggi BHMN persyaratannya sudah lebih terbuka dan modern mirip kebijakan pemilihan Rektor di Perguruan Tinggi di negera-negara maju yang mengutamakan paradigma terbuka dan mengandalkan merit system (Manajemen Terbuka) dan jauh dari paradigma suka tidak suka (like or dislike) apalagi pendekatan nepotisme.
Sebaliknya Perguruan Tinggi Negeri yang berstatus BLU masih belum banyak berubah secara signifikan walaupun harus tunduk pada aturan dari Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi terutama menyangkut keikutsertaan pejabat kementrian dalam menentukan keterpilihan seorang rektor PTN.
Kini dalam hal pemilihan rektor PTN intervensi 35% suara dari kementrian juga menjadi pertimbangan utama untuk keterpilihan rektor PTN. Dan juga persyaratan teknis lainnya yang umum antara lain calon rektor PTN harus berusia misalnya maksimum sekitar 56 tahun, bergelar Doktor dan punya pangkat akademik Lektor Kepala dengan ruang pangkat/golongan minina IV/a. Persyaratan lainnya pernah jadi ketua jurusan atau yang sederajat dan pernah jadi wakil dekan atau wakil rektor atau yang sederajat.
Paradigma pemilihan rektor PTN saat ini juga sudah lebih terbuka dan mengutamakan akuntabilitas dan transparansi. Misalnya semua calon rektor PTN harus membuat laporan kekayaan secara jujur dan transparan dan kemudian akan diverifikasi oleh komisoner KPK atau petugas yang berwenang.
Kembali ke masa lalu, disadari bahwa fakta sejarah membuktikan bahwa dulu Rezim Dirjend Pendidikan Tinggi (DIKTI) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Sekarang Kementrian) dulu pernah dikuasai oleh pejabat Kementrian yang punya background akademisi dari Perguruan Tinggi non-kependidikan (LPTK) atau Non-IKIP seperti dari UI, IPB, ITB, UNPAD, ITS, UNAIR, ITS dan dua perguruan tinggi di luar jawa yaitu UNHAS dan UNAND (Universitas Andalas Padang).
Ada dugaan bahwa hegemoni dan dominasi pejabat di Departemen Pendidikan berasal dari akademisi yang punya latar belakang Non-LPTK (Non-Lembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan) mungkin telah mempengaruhi pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan untuk menetapkan bursa calon Rektor Perguruan Tinggi negeri se-Indonesia saat itu.
Banyak yang bersepekulasi dan mengatakan bahwa itulah sebabnya sehingga mereka sesuka hatinya membuat kebijakan yang mungkin secara implisit menolak calon Rektor PTN dari background LPTK. Dan di zaman old itu pula, banyak dosen dan alumni IKIP, FKIP dan STIKIP merasa termarjinal tapi semoga dugaan itu hanya bersifat baper (sensitif) atau mungkin hanya perasaan oknum.
Ada contoh nyata yang mungkin menarik dan bisa dijadikan pengalaman dan refleksi yang sangat berharga menyngkut isu pemilihan rektor di UNTAD dulu. Mungkin berdasarkan kebijakan yang implisit dari Dirjend Pendidikan Tinggi ketika itu sehingga Prof. Aminuddin Ponulele yang waktu itu dosen (Guru Besar) di FKIP UNTAD harus dipindahkan ke Fakultas Pertanian dan kemudian baru diusulkan jadi Rektor UNTAD. Dan akhirnya beliau berhasil menjadi Rektor UNTAD selama dua priode sebelum menjadi Gubernur Sulawesi Tengah dan Ketua DPRD Sulawesi Tengah sampai saat ini.
Kini sejak era reformasi paradigma dan kebijakan pendidikan tinggi mulai berubah dan dosen LPTK juga telah diberi berpeluang bisa jadi Rektor dan apalagi pasca kebijakan perubahan Perguruan Tinggi LPTK (IKIP) seluruh Indonesia ditransformasi menjadi Universitas Negeri oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan Oleh Kementrian Agama diadakan Reformasi dan Transformasi sejumlah Peguruan Tinggi Keislaman (IAIN) di Indonesia menjadi universitas negeri, Universitas Islam Negeri (UIN) menyusul dilakukakn reformasi pendidikan tinggi dan perubahan kebijakan kurikulum yang lebih berorientasi pada kajian subject content termasuk kajian ilmu murni (Pure Science).
Jadwal dan kegiatan pemilihan rektor UNTAD sebagai salah satu PTN di kawasan timur Indonesia kini telah dibuka. Tahapan rekrutmen bakal calon (Balon) kini juga telah dimulai. Sejumlah calon yang memenuhi syarat kini telah digadang-gadang untuk maju bertarung di Pemilihan Rektor UNTAD bulan Sepetember 2018.
Isu yang berkembang, sempat viral dan jadi tranding topik di sejumlah grup medsos internal antara lain isu peluang alumni jadi rektor dan isu peluang akademisi dari LPTK ikut bertarung.
Namun, banyak yang berharap semoga racun hoaks dan isu SARA tidak akan dijadikan komoditas politik dan jadi senjata pamungkas untuk meraih ambisi kursi Rektor UNTAD dan tentu juga diharapkan tidak akan jadi polutan yang bisa mencemari bursa pemilihan rektor UNTAD 2018
Penulis: Akademisi UNTAD dan Ketua Forum Dosen Indonesia Sulawesi Tengah (DPD FDI SULTENG)

TIPOLOGI MASYARAKAT INDONESIA ZAMAN NOW, ANTARA OPTIMISME DAN PESIMISME


Oleh Mochtar Marhum
Dapat diteropong cukup jelas di media sosial terdapat dua tipologi masyarakat Indonesia yang konsern dgn isu-isu politik-ekonomi jelang tahun politik. Yaitu kelompok masyarakat yang Optimis dan Kelompok masyarakat yang Pesimis.
Kelompok yang pertama punya karakter yaitu suka berpandangan positif dan optimis, selalu menatap masa depan Indonesia yg cerah dengan penuh optimisme walaupun juga selalu terbuka mengakui kelemahan dan kekurangan pemerintah. Suka mendukung kebijakan pemerintah yang pro-pembangunan, mengapresiasi kinerja dan prestasi pemerintah.
Kelompok masyarakat yg pertama ini tidak penakut walaupun sering ditakut-takuti akan ancaman dan kegagalan.
Tipologi yg pertama ini punya pandangan yang terbuka (Inklusif) dan toleran serta selalu mengandalkan nalar dan suka berfikir rasional dan terbuka.
Tipologi yg kedua kelihatan suka pesimis dan berani berspekulasi dan memperkirakan bahwa masa depan Indonesia bisa bubar atau punah berdasarkan cerita fiksi dan menurut pendapat dan ramalan orang asing.
Mereka juga percaya Bahwa komunis akan bangkit kembali walaupun kenyataan PKI di Indonesia telah dibubarkan sejak tahun 1966 dan PKI telah lama dilarang di Indonesia yaitu sejak tahun 1965 sampai sekaran melalui Tap MPR No. 25 thn 1965. Mereka keliahatan sangat sering berusaha mengingatkan dan meyakinkan masyarakat akan bahaya bangkitnya PKI.
Kelompok yang kedua juga merupakan kelompok yang bersebrangan dengan pemerintah dan masuk kategori kelompok oposisi. Mereka sangat sering mengkritisi kebijakan pemerintah. Namun, dari sejumlah keritikan pada pemerintah sering dianggap tidak punya dasar dan sebagian tidak didukung oleh data yang faktual dan empiris. Argumentasi mereka bahkan sering kurang berimbang, simplistik dan bias. Apresiasi terhadap kinerja dan preatasi pemerintah sangat minim.
Namun, kenyataan lebih lugas dalam konteks Global, ideologi Komunis sebenarnya mulai runtuh dan tidak favorit lagi pasca runtuhnya Uni Soviet dan bubarnya Jerman timur dikuti bubarnya beberapa negara Komunis di Eropa Timur serta tenggelamnya Blok Fakta Warsawa. Sejumlah pakar bahkan pernah menyebutkan bahwa komunisme sebagian besar telah mati dimangsa Kapitalisme.
Negara raksasa ekonomi terbesar ke-dua di dunia, RRC saat ini justru kelihatan lebih serius dan tertarik mengurus bidang ekonomi dan bisnis ketimbang merawat ideologi komunis yg mulai kurang compatible di Zaman Now.
Tipologi kelompok yang kedua ini juga mendukung ramalan bahaya akan bubarnya NKRI. Dan mereka bahkan memberikan contoh tapi sangat simplistik dan kontroversial serta tentu konteks beda jauh. Mereka mengatakan bahwa Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sriwijaya dulu juga pernah ada di nusantara tapi akhirnya bisa bubar.
Lanjut mereka katakan bahwa tidak menutup kemungkinan Indonesia juga bisa bubar. Mungkin mereka tidak menyadari bahwa konteksnya jauh beda karena sistem pemerintahan yang paling tua di dunia itu secara perlahan tapi pasti mulai pudar daya tarik sistem pemerintahannya dan tentu ikut punah walaupun tidak semua tapi majoritas bentuk pemerintahan kerajaan Mornarki Absolut di dunia makin tidak diminati dan bahkan dalam beberapa kasus sejarah mencatatat beberapa kerajaan yang pernah ada di Timur Tengah juga akhirnya bubar dan ganti casing menyusul terjadinya kudeta pemerintahan kerajaan seperti yang pernah terjadi di Libya, Mesir dan beberapa negara kerajaan di Afrika.
Fakta sejarah membuktikan sejak lahirnya faham Demokrasi dan pasca Revolusi Francis serta berakhirnya perang dunia kedua, banyak terbentuk negara bangsa (Nation State), banyak negara bekas jajahan Kolonial Eropa Barat merdeka dan bangkit jadi negara bangsa (Nation State). Demikian juga bentuk Pemerintahan Khilafah Islamiah yang pernah menguasai wilayah yang cukup luas mulai dari sebahagian belahan wilayah Bumi Bagian Utara di Eropa Barat sampai di Wilayah Jazirah Arab di Afrika, Timur Tengah dan Asia Barat akhirnya berkahir dan bubar di abad ke 19.
Terlalu jauh menatap ke sejarah masa lalu melihat bubarnya dua kerajaan raksasa Majapahit dan Sriwijaya yang pernah lama menguasai nusantara dan sampai wilayah Asia Tenggara. Bubar dan runtuhnya sistem kerajaan akhirnya bisa juga kita saksikan pasca kemerdekaan Indonesia yang mana akhirnya sejumlah kerajaan-kerajaan di Indonesia dan bahkan di Sulawesi sendiri secara perlahan tapi pasti telah bubar ditelan oleh zaman dan kemudian ditransformasi menjadi bentuk sistem pemerintah demokrasi.
Dalam Konteks Global secara perlahan-lahan tapi pasti sejumlah negara yang berbentuk kerajaan Monarki Absoslut ada yang bubar dan ganti casing menjadi negara Monarki Konstitusional yang lebih demokratis dan bahkan ada yang yang berubah jadi Republik.
Pendapat dan statemen tentang ramalan akan bangkitnya partai komunis di Indonesia dan ramalan akan bubarnya Indonesia menjadikan polemik yang ramai diperbincangkan di media sosial dalam beberapa hari terkahir ini. Dan ramalan dan prediksi tersebut ada yang tidak didasarkan pada kajian empiris yang mendalam tapi lebih hanya mengandalkan cerita fiksi dan mengandalkan data sekunder serta pendapat dari beberapa pakar asing.
Ramalan bubarnya NKRI tahun 2030 oleh Prabowo, yang sumbernya konon muncul dari inspirasi cerita fiksi novel berjudul Ghost Fleet yang ditulis oleh dua orang Amerika yaitu PW Singer dan Augusta Cole. Dan akhirnya ramalan tersebut juga terbantahkan dengan muncul laporan hasil kajian dari lembaga Think Thank luar negeri. Perusahaan jasa professional, Price Water Cooperhouse baru saja mengeluarkan prediksinya soal negara dengan perekonomian terkuat pada tahun 2030 mendatang dan Indonesia menempati urutan ke 5 dunia mengungguli Saudi Arabia dan Jerman.
Namun, sebaiknya pula masyarakat harus selalu waspada karena peluang ancama mungkin bisa saja sewaktu-waktu ada dan bisa jadi kenyataan. Harus tetap merawat persatuan dan kesatuan. Mungkin jauh lebih baik wasapada dari pada terlena. Namun, jangan pernah takut jika ada yang menakut-nakuti tanpa alasan dan bukti yang rasional.
Lebih baik selalu optimis dari pada tunduk pada pesimisme dan apalagi kalau pesimisme itu ditimbulkan oleh alasan politik yang irasional, delusional dan imajinatif.
Selamat menikmati weekend yang indah "Happy Saturday"
Penulis: Akademisi UNTAD dan Kolumnis Independen

TERNYATA ADA BENARNYA INDONESIA AKAN BUBAR ? (Catatan Pendek Akhir Pekan)


Oleh Mochtar Marhum
Saya baru menyadari bahwa mungkin ada juga benarnya Indonesia akan bubar tapi dengan catatan jika kelompok yg ingin menggantikan Pancasila berhasil menguasai Indonesia.
Oleh sebab itu mari kita sama-sama selalu waspada jangan sampai mereka yg ingin menggantikan Pancasila dan merubah bentuk negara ini berhasil menguasai Indonesia.
Mungkin betul pula apa yang dikemukakan oleh Jendral Gatot dan Letjen (Purn) Prabowo agar kita selalu waspada...wadpada...waspadalah...Namun disayangkan metode dan cara penyampain serta content statemen dalam ujaran mereka ada yg masih kurang.
Terima kasih pak Jenderal, anda berdua telah selalu memberikan peringatan dini yang sangat-sangat berharga.
Anda senantiasa mengingatkan kami akan ancaman dan potensi bubarnya NKRI terutama jika Pancasila hilang dari bumi Indonesia. Dan umat beragama di Indonesia tidak lagi percaya Tuhan dan tidak lagi saling menyayangi satu sama lainnya.
Teman-teman, anda semua pasti cinta Indonesiakan atau tidak ? Kalau begitu tentu semuanya harus berpulang pada diri individu kita masing-masing.
Selamat menikmati pagi yang cerah sahabat semua. Alhamdulilla bisa menikmati sarapan pagi yg nikmat dgn menu nasi goreng dari beras KEPALA campur lauk Ikan KALENG dan minuman Kopi SUSU dan Ubi KAYU....hmhmhmhmgmg ...nikmatinya.
Alhamdulillah, terima kasih Yaa Rab atas segala kenikmatan dan kesehatan yg tiada taranya. Engkau telah selalu memberikan kesehata dan kenikmatan kepada hamba setiap hari.
Selamat menikmati akhir pekan yang indah bersama sahabat, kerabat dan keluarga.
Have a Nice Weekend and Happy Saturday

KETIKA MAKNA SUBSTANSIAL DIKABURKAN OLEH FANATISME POLITIK DAN IKATAN EMOSIONAL (Catatan Pendek Akhir Pekan, Jilid Dua)


Oleh Mochtar Marhum
Di tahun Politik, masyarakat nampak mulai terkotak-kotak ke dalam kubuh figur pemimpin yang diidolakan walaupun ada sebahagian yg mungkin mengambil pandangan dan sikap yang netral dan bahkan abstain.
Islam mengajarkan umatnya untuk selalu Tabayun jika menerima informasi atau berita sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an Surah Al-hujuraat ayat 6. Namun, ironisnya tidak sedikit yang masih mengabaikannya.
Terkadang argumentasi dan narasi yang dikemukan sangat dipengaruhi oleh warna dukungan kubu figurnya masing-masing. Sehingga sering terlihat jelas siapa yang serius mendukung siapa.
Pendapat yang rasional sering ditundukkan oleh pengaruh ikatan emosional dan primordial. Kepiawaian intelektual bahkan pula harus menyerah pada fanatisme dan pandangan yang bias. Dan juga ironisnya terkadang suatu pendapat yang salah bisa dibenarkan dan sebaliknya pendapat yang benar bisa disalahkan.
Berita Bohong (Hoax) dan Berita Palsu (Fake News) bisa menjadi komoditas medsos yang laris dan bahkan bisa viral dan sampai akhirnya kecepatannya, alhamdulillah bisa diperlambat oleh kinerja fantastis Satgas Nusantara dan Direktorat Ciber Crime yang dibentuk oleh POLRI.
Gerakan penyebaran berita hoax yang masif, terstruktur dan terorganisir akhirnya kemudian lowbet dan meredup bagaikan nyala lilin di musim jadwal pemadaman listrik PLN.
Konsep, narasi Fiksi dan Non-fiksi ikut dikaburkan oleh fanatisme dukungan. Padahal cukup jelas ilmu sastra telah memberi definisi yang lugas perbedaan antara karya sastra dalam bentuk fiksi dan non-fiksi.
Mungkin sebaiknya tidak selalu cepat percaya kepada tulisan atau lisan seseorang karena yg bersangkutan menyandang gelar seorang intelektual yang punya reputasi mendunia.
Atau sebaliknya mungkin seharusnya tidak menyepelekan tulisan dan lisan seseorang karena yg bersangkutan hanya menyandang reputasi di tingkat lokal. Atau mungkin yang bersangkutan punya ikatan emosional dengan anda.
Selamat Akhir Pekan
HAPPY SUNDAY
Penulis: Akademisi UNTAD dan Kolumnis Independen

PERBEDAAN ANTARA FIKSI (NON-ILMIAH) DAN NON-FIKSI (ILMIAH)


(Catatan Pendekku di Hari Selasa)
Oleh Mochtar Marhum
Cerita Fiksi atau Karangan Fiksi adalah karya sastra yang ditulis oleh pengarangnya berdasarkan khayalan, imajinasi dan angan-angan. Dan biasa juga cerita karangan fiksi tersebut ditulis berdasarkan pengalaman pengarang (Penulis) tapi tidak dikategorikan sebagai karya ilmiah karena bukan ditulis berdasarkan data ilmiah yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah baik itu pendekatan Kuantitatif (Quantitative Approach) maupun melalui pendekatan Qualitative (Qualitative Approach). Novel dan Cerpen (Cerita Pendek) merupakan dua karya sastra yang masuk kategori fiksi.
Karya tulis Non-fiksi adalah Karangan yang dibuat berdasarkan fakta, realita, atau hal-hal yang benar-benar dan terjadi dalam keidupan kita sehari-hari. Tulisan nonfiksi biasanya berbentuk tulisan ilmiah dan ilmiah populer, laporan, artikel, feature, skripsi, tesis, desertasi, makalah, dan sebagainya.
Karya fiksi ditulis tidak berdasarkan pendekatan ilmiah hanya berdasarkan daya imajinasi dan daya khayalan. Jadi karya tulis fiksi adalah karya tulis yang non-ilmiah.
Berdasarkan daya khayalan dan imajinasi, karya fiksi bisa digunakan untuk meramal apa yang akan terjadi di masa yang akan datang misalnya ramalan akan bubarnya Suatu negara Republik Mimpi.
Karya nonfiksi ditulis berdasarkan pendekatan ilmiah (Scientific Approach). Dan secara garis besar pendekatan ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut, pedekatan Qualitative bersifat natural, mengandalkan kata-kata dan interpretasi, menggunakan triangulasi (Triangulation) dan berorientasi process (Process Oriented). Sebaliknya Pendekatan Quantitative mengandalkan angka-angka, data statistik (Numerical Data). Pendekatan Quantitative menggunakan hypotesa dan menganalisa variable. Pendekatan Quantitative berorientasi produk (Product Oriented). Semua pendekatan ilmiah didasarkan pada fakta empiris (empirical data) atau evidence based (Bukti Nyata Suatu Kebenaran).
Hasil karya sastra atau karya tulis yang dalam bentuk FIKSI (Non-Ilmiah) bisa digunakan untuk ramalan sedangkan karya tulis dalam bentuk Non-Fiksi bisa digunakan sebagai instrumen untuk prediksi atau projeksi sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang?.
Sebagai orang yang pernah mengecap pendidikan formal atau terdidik pasti mengakui pendekatan ilmiah seperti yang lazimnya dilakukan pendidik (Dosen, Peneliti, Perencana, Mahasiswa, Guru dan Siswa).
Sebagai masyarakat umum dan masyarakat awam kita juga sering mendengar pendekatan non-ilmiah yang lazim dikerjakan oleh Peramal seperti Mama Lemon, Mama Apel....ups...maaf keliru maksudnya Mama Laurens (Alamarhuma).
Penulis: Kolumnis Independent dan Akademisi UNTAD

MEMAKNAI MAKNA BAHASA INDONESIA YANG RANCU


Mari meluruskan makna dalam Bahasa Indonesia. Beberapa kata dalam Bahasa Indonesia sering dikritisi dan dianggap rancu. Misalnya disebut (SURAT Isin Memgemudi) bentuknya KARTU tapi tetap disebut SURAT, Surat Isin Mengemudi (SIM).
Sebaliknya KARTU Keluarga (KK), bentuknya SURAT tapi tetap disebut KARTU ðŸ˜„☺️😚.
Demikian juga Istilah RAMALAN Cuaca yg sebenarnya merupakan hasil prakiraan cuaca yg dilakukan melalui pedekatan Ilmiah dan sering menggunakan Quantitative Approach (Termasuk Nonfiksi) tapi sering disebut Ramalan Cuaca (Mirip Karya Fiksi). Sebaiknya disebut Prakiraan Cuaca seperti istilah yang saat ini mulai populer digunakan oleh sejumlah media.
Kata Prakiraan Cuaca itu berkonotasi Ilmiah karena didasarkan pada pendekatan ilmiah (Quantitatif Approach). Namun, selama ini sering disebut Ramalan Cuaca (Weather Forecast) bukan Weather Prediction atau prakiraan cuaca (Konotasi Ilmiah)....Hehehehehehe...

ISU UTANG JADI KOMODITAS PROPAGANDA POLITIK PALING SEXY.


Oleh Mochtar Marhum
Tidak satupun Pemerintah di dunia yang memghendaki negaranya jadi pengutang terbesar. Namun, ketika devisa negara melalui export barang dan jasa belum mampu mendongkrak pendapatan negara (Revenue Generating) serta belum masikmumnya pengelolaan pajak sehingga suka-tidak suka, mau tidak mau, setiap negara terpaksa harus berutang untuk bisa membiayai kelanjutan pembangunan di negeranya.
Di tahun Politik, isu utang pemerintah kelihatan jadi komoditas politik. Isu utang digoreng sampai nyaris gosong kemudian diviralkan di media sosial dengan tujuan tak lain untuk mengkritisi kelemahan pemerintah.
Bahkan juga diduga merupakan isu telah dijadikan alat propaganda politik untuk memjatuhkan reputasi pemerintah sehingga kelak isu utang bisa menjadi pertimbangan pemilih menjatuhkan pilihannya di Pilpres 2019.
Namun, kemungkinan besar masyarakat yang masih banyak masyarakat yang bijak dan masih mampu berpikir kritis dan sangat rasional serta selalu tabayyun tentu sehingga ke depan tidak mudah dikibuli dengan propoganda politik yang memainkan isu utang sebagai komoditas politik yang paling sexy.
Fakta membuktikan bahwa semua negara di dunia pasti punya utang luar negeri yang sangat besar. Bahkan negara paling makmur (Welfare States) ternyata jadi negara yg mempunyai utang paling besar di dunia seperti terlihat dalam daftar negara pengutang terbesar didunia yang dilansir oleh beberapa media mainstream.
Berikut ini media mainstream Jerman, DW.Com, media terpercaya melaporkan daftar beberapa negara yang memiliki utang paling besar. Ternyata Amerika yang menempati urutan pertama dgn nilai utang sebesar 16, 3 Triliun Dolar AS disusul urutan kedua Jepang sebesar 10,46 Triliun Dolar As, urutan ketiga Cina sebesar 8,2 Triliun Dolar AS, urutan ke empat Italia Sebesar 2,25 Triliun Dolar AS, urutan ke lima Yunani sebesar 447 M, dan urutan ke enam Singapur sebesar 310 Miliar Dolar AS.
Utang luar negeri pada umumnya dibelanjakan untuk pembangunan infrastruktur suatu negara, seperti jalan raya, jalan tol, pelabuhan udara dan pelabuhan samudra, fasilitas umum seperti rumah sakit dan pasar, dan utang tentu juga digunakan untuk belanja modal dan belanja sosial.
Utang pemerintah per-Februari 2018 tembus Rp 4.034,8 triliun. Utang tersebut dinilai masih wajar jika memang digunakan untuk kegiatan yang produktif (Media mainstream, Detikfinance.com, 22/03/2018).
Rasio utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan proporsi utang terhadap total aset yang dimiliki negara. Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara memperbolehkan rasio utang hingga menyentuh 60% dari PDB (Harian Merdeka.com, 21/03/2018).
Saat ini menurut pakar ekonomi (Ekonom) yang juga Mentri Keuangan RI, Sri Muliani mengatakan bahwa menurut UU Nomor 17 tahun 2013, utang Indonesia masih aman karena total utang Pemerintah per Februari berjumlah Rp4.034 triliun atau masih 29,2% terhadap PDB.
Daftar Negara Pengutang Terbesar di Dunia yang dilansir dari media mainstream terpercaya dari luar negari dan dalam negeri.
Secara umum negara-negara maju mencuat berkat nilai utang yang menggunung dan terus membengkak. Menurut Dana Moneter Internasional, Jepang, Amerika Serikat dan Cina adalah tiga negara dengan jumlah utang terbesar. (DW.Com, 01/04/2015).
Jumlah utang yang besar tentu bikin pesimis jika memaang pendekatan propaganda politik sengaja membuat rasa takut dan pesimisme di masyarakat dan sengaja dibesar-besarkan sehingga mungkin masyarakat banyak yang mudah termakan isu dan mungkin menjadi takut dan bersikap pesimis dan resisten.
Namun, melihat fakta di atas dan jika tetap masih bepikir rasional, kritis, bijak dan mampu membuang jauh-jauh sikap delusional dan emosional, Insya Allah akan tetap Optimis mengharapakan Indonesia tidak akan bubar tiga belas tahun yang akan datang.
Insya Allah Indonesia akan menjadi salah satu negara terkuat ekonominya dan akan menempati urutan ke-lima, di atas Saudi Arabia dan Jerman seperti laporan dari hasil kajian lembaga Riset dan Think Tank ternama di dunia, PricewaterhouseCoopers dan laporan tersebut telah dimuat di beberapa media mainstream dunia.
Penulis: Kolumnis Independent dan Aktivist Sosial.
Catatan:
Link Berita Mainstream Terkait.

FENOMENA KEBENARAN BODONG


Oleh Mochtar Marhum
Dia bukan Ahli Ekonomi seperti Sri Mulayani yang bicara berdasarkan data dan dari hasil kajian ilmiah bukan fiksi dan cerita doang yang dibikin bagai propaganda politik seperti di video ini dgn tujuan utk mempengaruhi opini Publik jadi seakan-akan utang Pemerintah 7000 Triliun walaupun kenyataannya utang pemerintah hanya 4000 Triliun. Barusan tadi dapat video penjelasan tentang utang yg substansinya sengaja dikaburkan oleh seorang yg bukan pakar ekonomi.

Pakar menyebutkan era sekarang Era Post Truth (Era Fenomena Kebenaran Bodong), di mana orang mungkin ada yg sudah tercuci otak (Brainwash) sehingga berita hoax dan berita palsu langsung ditelan-telan mentah-mentah.

Sya sempat dengar ada dua orang dosen paling senior pernah percaya kalau Jokowi itu PKi padahal buku yg mungkin yg beliau pernah baca dulu hanya buku yg ditulis oleh seorang pembenci Jokowi dan informasi dan data yang digunakan sangat subjektif dan bias serta data dan informasi diperoleh hanya abal-abal dan bahkan dianggap mengandung Content Hoax yang mana kasus tersebut juga telah diamankan Polisi dan pelakunya juga telah dlam proses penyidikan.

Mana mungkin Jokowi PKI sedangkan Jokowi lahir tahun 62 dan kasus pemberontakkan PKI tahun 65, adakah PKI berumur balita?. Juga mana bisa Jadi Walikota, Gubernur dan kemudian jadi Presiden kalau beliau PKi. Juga mana mau JK berpasangan dgn Jokowi kalau beliau itu PKi.

Banyak orang sekarang sering Suuzon dan selalu bepandangan negatif atau buruk sangka (Prejudice) sehingga apa yg dilakukan pemerintah seakan pasti negatif dan tidak baik.

Sama dulu pernah seorang Tokoh agama yg cukup terkenal menyampaikan statemen yang berkomotasi fitnah yang sangat kejam dan sadis, fitnah tersebut kelihatan tanpa dasar dan omongan beliau menujukkan seperti beliau bukan seorang agamawan tapi hanya seorang ahli propoganda.

Masa hanya berdasarkan pikiran yg dipengaruhi, delusi dan halusinasi karena setiap hari di pikirannya selalu curiga sehingga ktika bercermah beliau sempat menyebutkan bahwa di Istana negara selalu ada rapat PKI dan Pendukung PKi utk mbangkitkan komunis. Akhirnya beliau diciduk polisi dan dimintai pertanggungjawaban dan klarifikasi atas fitnah yg dia ucapkan.

Kini masih bnyak yg lebih percaya orang yg tdk berkompoten asal punya pandangan politik yg sama. Sebaliknya seorang yg berkompoten dan punya data dan fakta yg benar tentang sesutu yg lagi disoroti tidak akan digubris atau tidak dipercaya karrna beda pandangan politik. Sehingga kini sering logika dan akal sehat hilang dan dikaburkan dgn fenomena kebenaran bodong. Demikian juga bnyak kasus pembalikkan fakta.

Dan bisa diliat saat ini, masa ada sejumlah orang yg lebih percaya omongannya seorang Neno Warisman yg hanya mantan pekerja seni yg tidak punya latar latar belakang Sarjana Ekonomi dan kini lebih fokus ke aktivitas agama dan dalam dlm ceramahnya justru menyinggung isu tentang Ekonomi (Utang). Kini kelihatan ada sebahagia masyarakat yg ironisnya lebih percaya statemen Neno Warisman dari pada pakar ekonomi (Ekonom) sekelas Sri Muliani. Neno Warisman yang juga seorang penggagas kampanye ganti presiden pernah dibungkam karena keterlibatannya dgn kasus penipuan travel Umro yg gagal brangkat. Dan akhirnya muncul plesetan, mbak Neno bukan ganti Presiden yg anda harus kampanyekan tapi ganti uang Jamaah yg gagal berangkat Umroh.

Kasus kebenaran Bodong (Berita Hoax dan berita Palsu) termasuk berbagai macam kepalsuan sperti telur palsu, beras pelastik yg sempat beredar di masyarakat dan banyak yang percaya.
Seorang Mentri Propaganda Politik di Zaman Rezim Fasis bin Diktator, Hitler pernah berkata bahwa kebohongan yang yang selalu diulang-ulang lama-lama bisa dipercaya sebagai kebenaran. Nah kelihatan modus ini yg dipakai oleh Organisasi penyebar Hoax yang telah diamankan Dir Cyber Crime POLRI dan Satgas Nusantara bentukan POLRI.

Yang sangat ironis lagi ketika sejumlah orang terdidik tdk percaya suatu pendekatan ilmiah apalagi jika yg menyampaikannya merupakan orang yg punya pandangan politik yg berbeda. Terkadang data dan fakta empiris diabaikan dan lebih percaya yang non-ilmiah atau fiksi.
Penulis: Kolumnis Impartial