Rabu, 18 Mei 2011

Berpikir untuk Indonesia yang Lebih Maju

Dalam perspektif Global, kita menyaksikan sejarah kelam  dan perubahan. Ada negarra yang mengalami disintegrasi seperti kasus Chekoslovakia dan ada juga yang menuju ke era persatuan dan keterbukaan misalnya kisah runtuhnya tembok Berlin dan bubarnya Uni Soviet dan kemudian pisah menjadi negara-negara kecil yang merdeka. Telah terjadinya disintegrasi di beberapa negara Eropa Timur dan kasus Balkanisasi menyita perhatian masyarakat dunia yang konsen dengan isu HAM dan Demokrasi.Namun, di balik sejarah itu ada fenomena yang menarik yaitu  terbentuknya Eropa Bersatu (Uni Eropa) yang sekarang ekonominya telah menguat dan telah memiliki mata uang sendiri yaitu Euro yang mengimbangi kekuatan ekonomi Amerika (US).

Fenomena yang terbaru adalah kebangkitan Bangsa Arab (Arab Awakening) yang sekarang melanda negara-negara Afrika Utara (Libya, Tunisia, Mesir, Maroko) dan Timur Tengah (Bahrain, Yamen, Syria, Jordania) dalam bentuk gerakan uprising dan kasus political Turmoil. Fenoman ini merupakan gambaran bahwa negara-negara Jazirah Arab (Arab World) telah menuntut perubahan dan freedom serta ingin keluar dari sistem dan model pemerintahan Diktator yang Otoriter dan Refresif yang telah membuat banyak rakyat di sana menderita.

Sebagai bangsa Indonesia kita semua harus menyadari bahwa jika mau maju kita harus bersatu, berpikir positif, berprestasi dan harus melihat jauh ke depan (Looking forwards dan visioner) dan menjadi negara Demokratis yang lebih terbuka dengan dunia luar dan ini telah dibuktikan oleh beberapa negara di Asia seperti Singapura, Malyasia, Korea Selatan, Jepang dan Taiwan.

Namun, sebaliknya Bangsa Indonesia tidak akan maju jika selalu berpikir negatif, frustrasi dan lebih banyak melihat ke belakang (looking backwards) serta selalu menghayal dengan romantisme masa lalu yang mungkin relatif kurang applicable lagi untuk Zaman sekarang yang menuntut pemikiran yang lebih progressif dan kontekstual. Ingat Zaman terus berubah. Dibutuhkan paradigma dan mindset yang lebih terbuka, progresif tapi bukan agresif.

Sebagai Orang Muslim saya sangat sedih dan perihatin melihat masih banyak negara-negara Muslim yang miskin dan terbelakang dan bahkan ada beberapa yang menjadi negara gagal (failed states) misalnya Somalia, SUdan dan beberapa negara di Afrika yang terus terjadi perang saudara.

Namun, sebaliknya sebagai orang Muslim saya juga relatif merasa bangga melihat beberapa negara Muslim yang sejahtera dan relatif damai (Prosperous and peaceful) seperti Kuwait, Saudi Arabia, Malaysia dan Brunai Darrusalam.
Mereka mungkin bisa lebih maju karena sumber daya alamnya yang terkelola dengan baik dan sumber daya manusia berpendidikan dan lebih terampil (skilled). Juga penegakkan hukum (law enforcement) di negara-negara ini relatif berjalan dengan baik. Pemimpin-pemimpin mereka lebih berwibawa dan memiliki kemampuan yang baik dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan. Demokrasi dan penegakkan HAM diupayakan bisa berjalan dengan baik walaupun masih masih ada kultur dan tradisi yang masih menghambat.

Indonesia harus bangkit dan merubah paradigma dan mindset untuk visi pembangunan yang lebih progressif dan humanis. Hukum harus ditegakkan dan kesampingkan budaya yang menghambat jalannya penegakkan hukum di Indonesia. Bangsa Indonesia harus perihatin dengan kasus yang  akhir-akhir ini yang ramai diberitakan media yaitu kasus Cuci Otak (Brain wash NII dan Terorisme, Cuci Uang (Money Laudrying tindak pidana korupsi dan kejahatan perbankan) dan Cuci Otot (Violance tindakan kekerasan dalam bentuk SARA) dan Cuci Tangan (lari dari tanggung Jawab).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar