Selasa, 17 April 2018

ZAMAN ANOMALY DI TAHUN POLITIK


Oleh: Mochtar Marhum
Banyak yang mungkin telah lama terbius dengan penampilan spektakuler narasumber di ruang-ruang publik walaupun status profesi kepakarannya diduga fiktif.
Memiliki kepiawaian bersilat lidah dan mampu menghipnotis kelompok partisan dengan untaian argumentasi filosofi dan politik yang sangat menggoda, tajam dan pedas. Bahkan mungkin telah mampu menampar wajah lawan-lawan politik di depan umum sehingga mereka menunduk malu.
Apa yg disampaikannya, di mata fansnya sangat berkesan dan hebat yang seolah-olah sempurna, zero dosa dan minim potensi konflik.
Figur yang diidolakan tersebut dianggap selalu mampu menohok lawan-lawan politik yang seola-olah tanpa belas kasihan.
Semua kelompok yang bersebrangan dianggap seakan-akan berstatus sebagai musuh babuyutan yang harus ditundukkan melalui argumentasi yang politis dan filosofis.
Walaupun argumentasinya mengandung content ujaran yg mungkin jauh dari kebenaran, kepentingan politik tetap jadi prioritas nomor wahid. Meski kelihatan tidak punya keseimbangan bertutur tapi yang penting sikap partisan yg dimilikinya tetap istiqoma dan tidak pernah bergeming.
Nampaknya selalu ingin membela yg diinginkan walaupun pada akhirnya ketahuan terdapat kekeliruan dan kesalahan fatal akibat tidak tepat menggunakan diksi dan tidak prudent dalam bertutur.
Zaman now terkadang kualifikasi dan kompetenasi seakan-akan hanya aksesoris yang tidak compatible dengan selera kelompok tertentu dan menurut mereka mungkin lebih tepat ditempatkan dalam etalase atau bisa dijadikan hiasan dinding.
Kelihatan yang lebih dipentingkan terutama kemampuan menyampaikan ujaran yg bisa membela kelompoknya dan sekaligus mampu selalu menohok dan memojokkan lawan politik hingga bisa nyaris KO.
Kelihatan mungkin biar preman yg tdk berpendidikan akan menjadi idola yang penting mampu mengkritisi lawan politik yg sangat tidak diinginkannya.
Idola itu mungkin akan kelihatan jauh lebih dipercaya dan diapresiasi ketimbang pakar yg ahli dalam bidangnya tapi enggan memberikan kritikan yang pedas kepada lawan politik hingga mampu memukulnya mundur.
Zaman now zaman anomaly (aneh) di mana orang dgn mudah dan tanpa merasa bersalah bisa secara terang-terangan membalikkan fakta.
Ketika teknologi yg canggih dan kemampuan sumber daya mampu menangani masalah kasus perkara yang lagi rentan, mereka justru tetap membela dan membuat justifikasi atau pembenaran yang terkesan dipaksakan.
Anehnya lagi terkadang suatu kesalahan dan kekeliruan bisa diterima sebagai suatu kebenaran yg seolah-olah tidak dipaksakan.
Sebaliknya suatu kebenaran bisa dianggap sebagai suatu kesalahan atau bahkan ditolak tanpa merasa menyesal karena kebenaran tersebut dianggap tidak sesuai dgn keinginan dan cita-cita mereka.
Di tahun politik, sering terjadi anomaly. Peta politik bisa sja dengan enteng berubah-rubah seiring waktu, mengikuti irama dan lantunan musik elit politik serta kepentingannya masing-masing.
Penulis: Kolumnis Independen dan Akademisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar