Jumat, 30 Maret 2018

ISU UTANG JADI KOMODITAS PROPAGANDA POLITIK PALING SEXY.


Oleh Mochtar Marhum
Tidak satupun Pemerintah di dunia yang memghendaki negaranya jadi pengutang terbesar. Namun, ketika devisa negara melalui export barang dan jasa belum mampu mendongkrak pendapatan negara (Revenue Generating) serta belum masikmumnya pengelolaan pajak sehingga suka-tidak suka, mau tidak mau, setiap negara terpaksa harus berutang untuk bisa membiayai kelanjutan pembangunan di negeranya.
Di tahun Politik, isu utang pemerintah kelihatan jadi komoditas politik. Isu utang digoreng sampai nyaris gosong kemudian diviralkan di media sosial dengan tujuan tak lain untuk mengkritisi kelemahan pemerintah.
Bahkan juga diduga merupakan isu telah dijadikan alat propaganda politik untuk memjatuhkan reputasi pemerintah sehingga kelak isu utang bisa menjadi pertimbangan pemilih menjatuhkan pilihannya di Pilpres 2019.
Namun, kemungkinan besar masyarakat yang masih banyak masyarakat yang bijak dan masih mampu berpikir kritis dan sangat rasional serta selalu tabayyun tentu sehingga ke depan tidak mudah dikibuli dengan propoganda politik yang memainkan isu utang sebagai komoditas politik yang paling sexy.
Fakta membuktikan bahwa semua negara di dunia pasti punya utang luar negeri yang sangat besar. Bahkan negara paling makmur (Welfare States) ternyata jadi negara yg mempunyai utang paling besar di dunia seperti terlihat dalam daftar negara pengutang terbesar didunia yang dilansir oleh beberapa media mainstream.
Berikut ini media mainstream Jerman, DW.Com, media terpercaya melaporkan daftar beberapa negara yang memiliki utang paling besar. Ternyata Amerika yang menempati urutan pertama dgn nilai utang sebesar 16, 3 Triliun Dolar AS disusul urutan kedua Jepang sebesar 10,46 Triliun Dolar As, urutan ketiga Cina sebesar 8,2 Triliun Dolar AS, urutan ke empat Italia Sebesar 2,25 Triliun Dolar AS, urutan ke lima Yunani sebesar 447 M, dan urutan ke enam Singapur sebesar 310 Miliar Dolar AS.
Utang luar negeri pada umumnya dibelanjakan untuk pembangunan infrastruktur suatu negara, seperti jalan raya, jalan tol, pelabuhan udara dan pelabuhan samudra, fasilitas umum seperti rumah sakit dan pasar, dan utang tentu juga digunakan untuk belanja modal dan belanja sosial.
Utang pemerintah per-Februari 2018 tembus Rp 4.034,8 triliun. Utang tersebut dinilai masih wajar jika memang digunakan untuk kegiatan yang produktif (Media mainstream, Detikfinance.com, 22/03/2018).
Rasio utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan proporsi utang terhadap total aset yang dimiliki negara. Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara memperbolehkan rasio utang hingga menyentuh 60% dari PDB (Harian Merdeka.com, 21/03/2018).
Saat ini menurut pakar ekonomi (Ekonom) yang juga Mentri Keuangan RI, Sri Muliani mengatakan bahwa menurut UU Nomor 17 tahun 2013, utang Indonesia masih aman karena total utang Pemerintah per Februari berjumlah Rp4.034 triliun atau masih 29,2% terhadap PDB.
Daftar Negara Pengutang Terbesar di Dunia yang dilansir dari media mainstream terpercaya dari luar negari dan dalam negeri.
Secara umum negara-negara maju mencuat berkat nilai utang yang menggunung dan terus membengkak. Menurut Dana Moneter Internasional, Jepang, Amerika Serikat dan Cina adalah tiga negara dengan jumlah utang terbesar. (DW.Com, 01/04/2015).
Jumlah utang yang besar tentu bikin pesimis jika memaang pendekatan propaganda politik sengaja membuat rasa takut dan pesimisme di masyarakat dan sengaja dibesar-besarkan sehingga mungkin masyarakat banyak yang mudah termakan isu dan mungkin menjadi takut dan bersikap pesimis dan resisten.
Namun, melihat fakta di atas dan jika tetap masih bepikir rasional, kritis, bijak dan mampu membuang jauh-jauh sikap delusional dan emosional, Insya Allah akan tetap Optimis mengharapakan Indonesia tidak akan bubar tiga belas tahun yang akan datang.
Insya Allah Indonesia akan menjadi salah satu negara terkuat ekonominya dan akan menempati urutan ke-lima, di atas Saudi Arabia dan Jerman seperti laporan dari hasil kajian lembaga Riset dan Think Tank ternama di dunia, PricewaterhouseCoopers dan laporan tersebut telah dimuat di beberapa media mainstream dunia.
Penulis: Kolumnis Independent dan Aktivist Sosial.
Catatan:
Link Berita Mainstream Terkait.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar