Rabu, 10 Oktober 2018

PALU, SIGI DAN DONGGALA (PASIGALA) BANGKIT KEMBALI PASCA GEMPA, TSUNAMI DAN LIKUEFAKSI


(Palu, 10 Oktober 2018)
Oleh Mochtar Marhum
Alhamdulillah PASIGALA secara perlahan kelihatan mulai bangkit kembali pasca diluluhlantakan oleh Gempa, Tsunami dan Likuefaksi yang sempat juga diikuti oleh bencana sosial seperti penjarahan besar-besaran dan tindakan sesat penyebaran berita hoax yang menakut-nakuti warga PASIGALA akan potensi terjadinya bencana alam yang lebih besar.
Namun, sisi positif juga terlihat seperti menguatnya kohesi sosial dan meningkatnya solidaritas dan empati masyarakat luas akan bencana alam yang menimpa wilayah PASIGALA.
Sehari pasca Gempa Dasyat, saya sempat meninjau lokasi bencana dan menyaksikan langsung dampak dasyat akibat bencana tersebut dan tak terasa air mataku mengalir deras akibat perasaan emosional dan kesedihan yang dalam.
Air mata ini juga sempat nenetes karena terharu menyaksikan empatik dan simpatik warga di luar wilayah PASIGALA yang terus mengirim bala bantuan hampir setiap hari terlihat ramai masuk ke kota Palu liwat jalur darat dikawal oleh petugas keamanan dan sejumlah kepala daerah dan juga yang liwat jalur udara yang dikirm bersama sejumlah relawan.
Saya sangat sedih karena melihat dampak dasyat dari bencana alam yang menelan ribuan korban jiwa dan kerugian ratusan miliyar.
Kini infrastruktur listrik dan Air Bersih PDAM sudah mulai berfungsi. Aktivitas Ekonomi dan bisnis secara perlahan mulai merangkak bangkit. Sejumlah toko, kios, pasar dan warung makan mulai dibuka. Aktivitas perkantoran dan lembaga pendidikan formal juga mulai bergerak secara perlahan walau sejumlah gedung perkantoran dan kampus banyak yang mengalami kerusakan.
Salut dan apresiasi kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kepada relawan bencana dan dermawan, petugas keamanan dan funding negara asing yang telah bersama-sama bahu mebahu meringankan beban penderitaan masyarakat di wilayah terdampak.
Tentu semua memahami kenapa terjadinya pengungsian dan eksodus besar-besaran masyarakat PASIGALA ke luar dari wilayah PASIGALA.
Banyak yang mengalami trauma dan duka yang dalam akibat terjadinya gempa yang maha dasyat yang diikuti bencana Tsunami dan fenomena Likuefaksi. Mungkin mereka yang mengungsi sementara ke luar wilayah PASIGALA karena ingin menenangkan diri dari duka dan penderitaan pasca bencana alam maha dasyat tersebut. Atau mungkin juga banyak yang akan berobat lanjut di luar wilayah PASIGALA.
Mungkin juga salah satu yang menimbulkan kegalauan dan kehawatiran masyarakat di wilayah terdampak yang mengungsi adalah karena banyak yang masih meragukan akan ketersediaan bahan pangan dan obat-obatan serta air bersih pasca bencana.
Masyarakat juga harus memahami suasana kebatinan pemerintah. Gubernur SulTeng yang sempat mengeluarkan statemen yang sensitif dan emosional juga harus dimaklumi karena mungkin suasana emosional yang bercampur, kegalauan, kesedihan dan duka yang dalam mudah muncul akibat situasi yang sangat memprihatinkan saat itu.
Frekwensi Gempa saat ini juga perlahan mulai berkurang dan kalau pun masih terjadi gempa tapi tinggal yang bermagnitudo tidak signifikan dan tidak berbahaya.
Insya Allah aktivitas sesar Palu Koro makin hari makin berkurang. Dan diprediksi oleh sejumlah pakar gempa dunia bahwa tidak akan terjadi lagi gempa yang sedasyat tanggal 28 September 2018.
Saat ini mulai banyak pengungsi dan warga di daerah terdampak telah kembali ke rumahnya masing-masing dan mulai membenahi bangunan rumah dan prabotan yang hancur berkeping-keping.
Sebagai umat beragama dan punya iman harus percaya bahwa ajal kita telah ditetapkan oleh Allah, di manapun dan kapanpun jika telah tiba waktunya, ajal akan menjemput semua mahluk hidup. Tidak ada yang harus ditakuti. Tinggal bagaimana kita mempersiapkan diri kita masing-masing.
Kini saatnya bangkit untuk membangun kembali PASIGALA yang kita cintai bersama.
Dalam sejarah dunia, ada banyak negara yang pernah hancur oleh bencana alam yang maha dasyat dan perang saudara yang telah merusak dan melululantahkan sejumlah wilayahnya tapi mereka bisa bangkit kembali dari keterpurukan akibat bencana alam (Natural Disaster) seperti Gempa Dasyat, Tusanmi, Likuefaksi dan Bencana Kemanusian (Human Tragedy) seperti konflik kekerasan dan Perang saudara (Civil War).
Untuk bangkit kembali diperlukan kesadaran dan dukungan trauma healing. Program rekonstruksi wilayah terdampak membutuhkan dukungan finansial yang sangat besar.
Diperlukan kebijakan relokasi pemukiman dan menghindari pembangunan pemukiman di wilayah yang menurut peta bencana, wilayah yang berpotensi terjadinya fenomena likuefaksi dan longsor tidak boleh didirikan bangunakan pemukiman, perkantoran dan pusat bisnis.
Perencarnaan wilayah yang baik (Urban Planning) dan pembuatan peta rawan bencana bisa membantu menyelamatkan ribuan bahkan jutaan warga masyarakat.
Kebijakan Mitigasi bencana yang lebih efektif akan dapat menekan angka resiko korban jiwa dan kerugian material.
Bencana dasyat yang baru terjadi Insya Allah tidak akan terulang lagi, Insya Allah cukup satu kali saja dan harus dijadikan pelajaran berharga dan kenangan duka yang dalam.
Saatnya kembali ke wilayah PASIGALA yang kita cinta, bangkit bersama membangun daerah ini.
Kalau bukan kita siapa lagi ?
Semoga ke depan wilayah PASIGALA akan menjadi pemukiman yang lebih indah, nyaman dan aman.
Saatnya bukan mencari salah tapi mencari solusi untuk bersama bangkit membangun kembali wilayah PASIGALA.
Penulis: Kolumnis Free-lance dan Akademisi UNTAD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar