Rabu, 10 Oktober 2018

GEMPA DAN TSUNAMI DI KOTA PALU DAN SEKITARNYA, MEMAHAMI FENOMENA ALAM

GEMPA DAN TSUNAMI DI KOTA PALU DAN SEKITARNYA, MEMAHAMI FENOMENA ALAM
(Palu, 3 Oktober 2018)
Oleh Mochtar Marhum
Kini lima hari telah berlalu sejak Gempa dan Tsunami meluluhlantakan Kota Palu, ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah dan dua Kabupaten Tetangga, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi. Sampai detik ini masyarakat masih trauma dan terus bertanya-tanya bagaimana bisa terjadi fenomena alam yang super dasyat tersebut.
Suasana duka, wajah sedih dan murung serta kegalauan masyarakat yang terdampak tragedi bencana super dasyat masih terlihat jelas. Suasana kota Palu dan sekitarnya yang terdampak gempa juga masih mengalami kelumpuhan dan saat ini dalam proses pemulihan (recovery).
Hampir setiap saat masyarakat di tempat pengungsian masih tetap ramai mengangkat topik diskusi lepas terkait dengan tragedi bencana alam yang baru menimpah daerah mereka.
Saat ini masih banyak masyarakat yang masih berada di lokasi pengungsian baik itu tempat pengungsian resmi maupun di halaman rumah mereka. Banyak yang masih sangay trauma dan belum berani berdiam lama di dalam rumah.
TANGGAP BENCANA
Hampir setiap hari dan malam terdengar bunyi sirine dan suara kendaraan ambulance tim medis dan petugas relawan bencana berlalulalang di tengah kota Palu.
Bunyi sirine armada bantuan bencana alam yang didatangkan liwat jalur darat dan udara terlihat mulai berdatangan ke kota Palu dan wilayah sekitarnya yang terdampak bencana Gempa dan Tsunami sejak hari kedua pasca terjadinya tragedi benacana alam super dasyay tersebut.
Presiden bersama sejumlah Mentri Kabinet dan Sejumlah pejabat tinggi negara dalam waktu kurang dari seminggu telah dua kali berkunjung ke wilayah terdampak bencana. Terjun langsung ke beberapa titik lokasi bencana yang paling terdampak seperti di Kelurahan Petobo, Kelurahan Balaroa, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala.
Kepakaan sosial dan naluri tanggap bencana terlihat jelas pasca terjadinya Gempa dan Tsunami, mulai dari pemerintahan tingkat pusat sampai daerah spontan mengulurkan tangan membantu daerah yang terdampak bencana. Kini ada banyak bentuan yang mulai berdatangan ke wilayah terdampak dan mulai disalurkan ke pengungsi yang membutuhkannya.
DASYATNYA FENOMENA LIKUEFAKSI
Tidak hanya fenomena Gempa dan Bencana Tsunami yang menjadi perhatian masyarakat Indonesia dan dunia tapi fenomena Likuefaksi yang menghancurkan ribuan pemukiman di tiga lokasi di wilayah kota Palu dan Kabupaten Sigi telah menjadi headline berita dan sorotan dunia.
Dua keluarahan yang paling mengalami kerusakan dan terbanyak korban jiwa dan luka-luka berat akibat fenomena Likuefaksi terdapat di kompleks perumahan BTN di Kelurahan Petobo Kecamatan Palu Selatan dan Kompleks Perumnas Kelurahan Balaroa Kecamatan Palu Barat.
Hasil investigasi dan penelusuran studi terdahulu oleh pakar menunjukkan bahwa tenggelam dan tertimbunnya pemukiman di kedua kelurahan padat penduduk tersebut menelan korban hampir ribuan pasca terjadinya gempa diakibatkan oleh fenomena Likuefaksi.
Fenomena Likuefaksi ketika terjadi gempa bermagnitudo signifikan kemudian diikuti oleh creep atau tanah bergerak merayap disebabkan adanya air yang menyebabkan tanah jenuh dari padat menjadi cair dan elevasi yang cukup curam dan juga daya topang tanah tidak ada sehingga ketika terjadi gempa dasyat tanah merayap bergerak menggulung dan amblas. Fenomena Likuefaksi juga terdapat di Sidera, (Kabupaten Sigi).
Akibat fenomena Likuefaksi semua bangunan dan apa saja yang terdapat di atas tanah mengalami kerusakan berat dan banyak menimbulkan korban jiwa dan kerugian material.
Laporan Koran Detik Online edisi 30 September 2018 mengangkat judul Headline "Fenomena Tanah Bergerak dari Jepang, New Zealand Sampai Sulawesi Tengah" menyebutkan bahwa
Kasus Likuefaksi pernah terjadi di Pohang Korea Selatan tahun 2017 tapi tidak menimbulkan kerusakansignifikan, di Los Angles Amerika tahun 1906, di Christ Chirch New Zealand gempa bermagnitudo 6,3 Skala Richter tahun 2011 dan merusak sejumlah bangunan, di Nigiita Jepang tahun 1964 gempa bermagnitudo 7,5 Skala Richter menghancurkan total 2000 rumah.
Laporan Koran Kompas dan Detik Online belum lama ini menyoroti fenomena Likuefaksi yang terjadi di Keluarahan Balaroa dan Kelurahan Petoba dan laporan berita tersebut mempertegas bahwa fenomena Likuefaksi yang terjadi di dua kelurhan tersebut merupakan fenokena Likuefaksi terbesar di dunia.
PASCA GEMPA
Puing-puing bangunan yang hancur, sisa sampah berserakan masih terlihat menumpuk di beberapa ruas jalan dan sudut kota Palu dan Sekitarnya, wilayah yang terdampak bencana alam tersebut.
Jenazah korban gempa sebagian telah berhasil dievakuasi oleh Tim SAR dan Tim relawan bencana serta dibacking tenaga dari aparat TNI dan Kepolisian.
Saking banyaknya jumlah korban gempa, petugas dan relawan bencana hampir kewalahan menangani jenazah yang telah dievakuasi. Jumlah kantong mayat juga terbatas. Banyak mayat korban gempa telah dikubur secara massal dan ada sebagian yang telah diambil keluarganya untuk selanjutnya dikebumikan oleh keluarganya.
Release laporan resmi pemerintah yang disiarkan liwat jaringan RRI kemarin malam mencatat ada 1407 jenasah yang telah berhasil dievakuasi hingga kemarin sore
Hingga saat ini di di Era Milenial, belum ada satupun manusia yang dapat mengetahui secara akurat hari, jam dan menit kapan akan terjadinya gempa. Walaupun potensi Tsunami yang ditimbulkan pasca Gempa Tektonik di dasar laut mungkin bisa dengan cepat terdeteksi pasca gempa melalui salah satu perangkat seperti Early Warning System.
Mitos, berita bohong (hoax) dan berita palsu (fake news) yang beredar luas di masyarakat tentang akan adanya gempa yanig lebih besar dan disebutkan bahwa Palu akan tenggelam merupakan salah satu Fenomena Bencana Sosial yang efeknya mungkin hampir sama bahayanya dengan efek dari bencana alam karena bosa menimbulkan kekacauan dan eksodus besar-besaran.
Aksi penjarahan barang-barang elekronik dan barang kebutuhan non-pangan lainnya bisa menjadi fenomena Bencana Sosial yang ditimbulkan oleh gempa hampir dama dengan fenomena likuefaksi pasca gempa dasyat jika dibiarkan. Salut buat pemerintah yang cepat dan tanggap merespon bencana alam dan bencana sosial pasca gempa dan tsunami.
PENUTUP
Kebijakan mitigasi bencana idealnya tidak hanya diterapkan pasca bencana alam terjadi tapi sebaik setiap perencananaan pemukiman penduduk haruslah ada kajian lintas disiplin untuk mengetahui kelayakan suatu pemukiman masyarakat.
Selama ini mungkin perencanaan pembangunan lebih banyak didukung hanya terbatas pada kajian teknik sipil dan teknik arsitek dan landscape, kurang menyadari kajian disiplin ilmu lainnya yang bisa mendeteksi dan merekomendasi kelayakan pemukiman penduduk.
Atau mungkin bisa jadi orientasi bisnis properti pengembang ingin mendapat keuntungan membeli lahan yang relatif murah padahal lahan tersebut tidak layak dijadikan pemukiman penduduk karena berpotensi terjadinya fenomena likuefaksi.
Belajar dari fenomena alam dan pengalaman di dunia nyata terkait bencana alam dasyat yang pernah terjadi jauh lebih efektif ketimbang penerapan kebijakan mitigasi bencana.
Saatnya tidak saling mencari kesalahan satu sama lainnya tapi bersama mau bertekad menemukan solusi mitigasi bencana yang lebih tepat. Penting mendorong kampanye perencanaan pemukiman layak huni dan aman.
Penulis: Kolumnis Free-lance dan Akademisi UNTAD Palu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar