Rabu, 24 Oktober 2018

GEMPA MENGUJI KETAHANAN BANGUNAN DAN SEKALIGUS MENGUJI KEIMANAN SESEORANG


(Palu, 19 Oktober 2018)
Oleh Mochtar Marhum
Gempa Bermagnitudo 7,4 Skala Richter yang memicu terjadinya Tsunami dan fenomena Likuefaksi bisa menjadi ujian tidak hanya ujian bagi Ketahanan Iman tapi juga sekaligus telah menguji Ketahanan fisik manusia dan ketahanan fisik sejumlah bangunan di wilayah terdampak paling parah.
KONTEKS GEOLOGI DAN PERSPEKTIF TEOLOGI
Bencana Alam Gempa, Tsunami dan Fenomena Likuefaksi bisa dilihat dari Konteks Fenomena Geologi (Ilmu pengetahuan) dan juga dari Perspektif Teologi (Agama) serta tentu menurut keyakinan agama kita masing-masing.
Pendekatan sains atau ilmu pengetahuan didasarkan pada sesuatu yang berbau empiris dan evidence based melalui riset para pakar Saintist Geologi di lapangan.
Sedangkan dari perspektif agama bersifat otoritas dan dogmatis agama dengan referensi atau rujukan pada AlQuran dan Hadist untuk umat Islam dan bagi umat-umat lainnya berdasarkan kitab-kitab suci mereka. Pedekatan sains juga mengacu pada dalil Aqli dan pendekatan agama tentu memgacu pada dalil naqli.
Pendekatan agama meyakini bahwa bencana alam super dasyat terjadi dan menewaskan manusia dalam jumlah yang cukup signifikan dan mampu merusak sejumlah infrastruktur vital merupakan ujian bagi umat yang beriman atau mungkin juga merupakan azab atau teguran bagi umat yang lupa diri.
Namun, dari perspektif ilmu pengetahun, terjadinya bencana alam seperti gempa, tsunami dan bahkan fenomena liqefaksi merupakan suatu fenomena alam yang mungkin juga bisa dianggap lazim terjadi di planet bumi.
Dan semuanya juga bisa ditimbulkan oleh faktor sebab akibat (Cause and Effect). Dan mungkin juga hampir sama terjadi peristiwa alam lainnya seperti terjadinya Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan, semua adalah kejadian alam.
Gempa dasyat belum lama ini telah menewaskan ribuan penduduk yang bermukim di wilayah Palu, Sigi dan Donggala (PASIGALA) yang kebetulan wilayah tersebut berada di atas jalur Sesar Palu Koro yang membujur di bawa kota Palu sampai ke teluk Bone.
Sesar Palu Koro merupakan salah satu sesar paling aktif di dunia. Bahkan beberapa tahun sebelumnya sejumlah temuan riset (Research Finding) oleh sejumlah pakar kegempaan telah memberikan warning akan kemungkinan terjadinya gempa besar di pulau Sulawesi.
Dari perpsektif Geologi menurut BNPB, dari 90 % gempa bumi tektonik dan vulkanik yang terjadi di seluruh dunia, terdapat 80% gempa bumi terbesar di dunia terjadi di wilayah jalur gempa atau jalur Cincin Api (Ring of Fire). Indonesia berada di cekungan atau jalur tapal kuda cincin api dan tepat berada di dua lempeng benua dan lempeng pasifik.
Dan potensi bertubrukan lempeng bumi yang memicu gempa di wilayah Indonesia karena posisi Indonesia berada di antara jalur Cincin Api yaitu dari sebelah Utara ada Lempeng Indo-Eurosia, dari sebelah selatan ada Lempeng Indo-Australia dan Sebelah Timur ada Lempeng Pasifik.
UJIAN KETAHANAN IMAN DAN UJIAN KETAHANAN BANGUNAN
Looting dalam Bahasa Inggris atau penjarahan dalam Bahasa Indonesia merupakan pemandangan yang lazim bisa terlihat di wilayah yang mengalami keadaan darurat atau emergency misalnya akibat terjadinya konflik peperangan. Di wilayah tersebut tidak berlaku Law and Order dan dikategorikan sebagai wilayah yang dilanda perang (War Zone) atau wilayah yang dilanda konflik kekerasan. Di wilayah tersebut aksi penjarahan atau looting sudah biasa terjadi.
Namun, pemandangan looting atau penjarahan juga ternyata bisa terjadi di daerah yang sedang tertimpa musibah seperti bencana alam yang belum lama terjadi di kota Palu.
Mungkin dapat dimengerti dan dimaklumi kenapa bisa terjadi penjarahan ketika pasca gempa.
Mungkin karena akibat kepanikan akan ancaman kelangkaan bahan pangan termasuk air bersih dan obat-obatan pasca bencana dasyat dan kemudian diragukan bala bantuan dari luar akan lambat masuk karena infrastruktur jalan, jembatan, pelabuhan laut dan pelabuhan udara rusak sehingga diragukan bala bantuan untuk masyarakat di wilayah terdampak akan terhambat masuk dalam waktu dekat.
Pasca Gempa terlihat tidak hanya mayat dan orang-orang yang terluka dan cedera akibat efek dasyat dari bencana alam tersebut tapi juga terlihat sejumlah bangunan yang roboh, ada pula yang retak-retak dan bahkan ada pula yang amblas ke dalam tanah akibat fenomena likuefaksi seperti yang terjadi di Kelurahan Balaroa Palu Barat, Petobo di Palu Selatan dan Desa Jono Oge Kabupaten Sigi.
Di samping itu terlihat juga baik secara langsung maupun hanya liwat media sosial pemandangan aneh dan sangat memprihatinkan yaitu prilaku anomaly dan sesat mereka yang terlibat melakukan penjarahan tidak hanya di gray tempat makanan dan minuman yang dipajang tapi juga ada produk jarahan yang bukan berbentuk makanan dan minuman termasuk barang elektronik dan spare-parts kendaraan.
Dilaporkan juga bahwa ternyata aksi penjarahan tidak hanya terjadi sejumlah toko dan pusat perdagangan tapi juga ada sejumlah rumah yang hancur dan rusak bangunannya sehingga rumah tersebut ditinggalkan pemiliknya mengungsi ke tempat yang lebih aman juga menjadi objek penjarahan.
Pasca gempa ternyata banyak godaan yang ditimbulkan dan bisa melunturkan iman seseorang untuk melakukan perbuatan melawan hukum dan merupakan tindakan sesat dan tidak terpuji.
Saya sempat membaca status beberapa orang teman di media sosial yang curhat karena barang-barangnya ludes dijarah orang ketika itu rumah mereka ditinggalkan untuk mengungsi ke tempat lain. Rupanya para penjarah mencari kesempatan di tengah suasana tragedi dan duka yang menyelimuti kota ini.
Gempa juga telah melululantahkan sejumlah bangunan besar dan bertingkat seperti Hotel-hotel berbintang, bangunan kampus, gedung sekolah, gedung perkantoran, pusat pertokoan, jembatan, sejumlah rumah ibadah dan rumah sakit serta rumah makan serta sejumlah gedung lembaga keuangan. Bahkan ada cukup banyak bangunan yang belum lama diresmikan dan ditempati juga turut retak dan bahkan ada yang hancur rata dengan tanah.
Di daerah yang masuk wilayah rawan fenomen likuefaksi mungkin tentu dimaklumi kalau gedung atau bangunan hampir semuanya hancur dan amblas karena akibat fenomena likuefaksi di mana daya topang tanah hilang dan akibat jenuh tanah berubah jadi lumpur dan berair serta karena berada pada posisi kemiringan atau elevasi sehingga tanah bergerak menyeret semua bangunan yang ada di atas saling bertubrukan tak terkecuali bangunan yang kokoh dan kuat sehingga ada bangunan yang muncul dan ada yang tenggelam ditelan bumi.
Gempa dengan kekuatan 7.4 skala richter mampu merusak dan melululantahkan bangunan yang kuat tapi maksudnya yang berada di luar daerah rawan likuefaksi. Ternyata ada juga banyak bangunan yang tahan Gempa dan Tsunami tapi tentu tidak tahan dengan fenomena likuefaksi yang menenggelamkan dan memblender sejumlah bangunan.
PALU BANGKIT PASCA GEMPA
Aktivitas Ekonomi dan Bisnis di Kota Palu telah mulai merangkak dan bangkit kembali.
Pasar-pasar tradisional telah buka, sejumlah pertokoan juga telah buka bahkan Matahari dan Hypermart yang bangunannya yang terletak di bibir pantai dan sempat diterjang Tsunami saat ini telah dibuka dan mulai banyak pengunjung yang berbelanja di sana.
Demikian juga pusat perdagangan lainnya seperti Carefour, PMU dan Swalayan Hero telah dibuka pula.
Saatnya optimis dan berharap semoga Palu bangkit dan kota ini akan menjadi lebih baik dari semula.
Sejak minggu kedua pasca gempa gairah dan semangat mesyarakat yang terdampak mulai bangkit kembali untuk menyongsong dan menggapai masa depan Kota Palu dan wilayah sekitarnya menjadi yang terbaik.
Alhamdulillah, hanya dalam hitungan hari pasca gempa, infrastruktur vital seperti air bersih PDAM dan Listrik PLN telah berfungsi kembali dengan baik. Jaringan telekomunikasi dan internet juga sudah bagus. Demikian juga siaran televisi juga sudah bisa diakses
Pagi ini ketika akan menuju ke Palu Grand Mall, saya melihat sepanduk dengan tulisan yang cukup menggugah perasaan dan menginspirasi setiap orang.
Sepanduk itu dipajang tepat di depan salah satu kantor yang pernah jadi korban terjangan tsunami dasyat. Dan ketika itu bahkan banyak pula ditemukan mayat korban tsunami dan sejumlah onggokan bangkai kendaraan terlihat sempat terdampar di sekitarnya.
Di depan kantor itu terlihat tulisan sederhana tapi sangat inspiratif "Jangan terlalu lama berduka, ayoo Palu Bangkit Kembali".
Dan akhirnya saya juga menyadari bahwa ternyata bencana gempa bumi itu merupakan suatu ujian yang nyata-nyata tidak hanya menguji ketahanan bangunan tapi juga menguji keimanan seseorang.
Penulis: Kolumnis Free-lance dan Akademisi UNTAD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar