Sabtu, 07 Juli 2018

DON'T CRY FOR ME ARGENTINA, KISAH MARADONA DAN MADONA


Oleh Mochtar Marhum
Madona dan Maradona dua tokoh selebriti dan public figure ternama asal Amerika. Mereka punya kisah tersendiri dengan negara Argentina.
Madona Bintang Film Amerika Serikat (USA) dan Maradona Bintang Sepak Bola Amerika Latin (Argentina). Mereka sama-sama keturunan Eropa (Ras Caucacian), Madona (Keturunan Inggris/Anglosaxon) dan Maradona (Keturunan Spanyol/Hispanic).
KISAH MARADONA
Maradona bintang legendaris sepakbola Argentina berusia 57 tahun telah menjadi pemain sepakbola profesional di usia 16 tahun.
Dalam catatan sejarah persepakbolaan Argentina sendiri, Madona adalah pemain sepakbola yang pernah 91 kali bermain dan pernah mencetak 34 Gol.
Maradona menjadi pelatih Timnas Argentina sejak November 2008 sampai Juli 2010. Menjadi lebih terkenal dengan kisahnya yang sempat memukau dunia yaitu ketika bertanding melawan Inggris di Perempat Final Piala dunia di Kota Mexico tanggal 22 Juni 1986 dan mengalahkan Inggris. Salah satu Gol yang dicetak Madona adalah Gol Misterius yang terkenal dengan Gol tangan Tuhan.
Madona sempat mencetak Gol dengan tangannya yang dikenal dengan ungkapan Hand of God Goal (Gol Tangan Tuhan) yang ketika event piala dunia tersebut belum ada teknologi digital seperti sekarang ini yang bisa memonitor permainan sepakbola secara lebih canggih dan akurat.
KISAH FILM MADONA
Madona Bintang Film Legendaris Amerika tahun 1996 membintangi Film yg berjudul "Don't Cry for Me Argentina" film yang berkisah tentang Presiden Argentina, Kolonel Juan Peron, Presiden yang sangat dicintai rakyatnya dan sangat dekat dengan kaum buruh.
Madona yang berperan sebagai Evita Peron, ibu negara juga sangat dekat dan dicintai rakyatnya dan terkenal dengan Icon lagu "Dont Cry for Me Argentina, Jangan Tangisi Saya Argentina".
Evita sebagai ibu negara yang sederhana dan suka membantu rakyat miskin. Siapakah Evita? Seorang anak bungsu dari lima bersaudara bukan dari keluarga yang berada. Dan saat berusia tujuh tahun sudah ditinggal ayahnya, dan hingga usia 14 tahun hidup jauh dari ibu kota Argentina, Buenos Aires.
Evita ibu negara yang sangat dicintai rakyat walaupun di Eropa dianggap sebagai figur yang controversial dengan latar belakang masa lalu yang bertolak belakang. Menjadi ibu negara dan sempat berkunjung ke Eropa tapi kurang mendapat hormat dari bangsawan, elit dan toko-tokoh politik di Eropa. Spanyol, dan beberapa negara Eropa Barat yang pernah dikunjungi ibu negara tersebut menganganggap Evita adalah mantan wanita panggilan yang menjadi ibu negara di negara bekas Jajahan mereka.
Pernah menjadi politisi dan wakil Presiden mengikuti jejak karir politik suaminya. Evita kemudian divonis menderita penyakit Kanker dan akhirnya meninggal di usia yang relatif masih muda, umur 33 tahun.
Akibat rakyat Argebtina sangat mencintai ibu negara, evita Peron, seluruh masyarakat Argentina berkabung dan hanyut dalam duka karena kehilangan ibu negara yang sangat baik dan dekat dengan rakyatnya.
Kesedihan dan duka yang dalam juga hampir sama dengan peristiwa kekalahan tim tanggo Argentina di Perempat Final Piala Dunia tadi malam. Don't Cry for Me Argentina, Jangan bersedih Argentina.
Semalam kelihatan fans Argentina dan tim officialnya tertunduk lemas dengan wajah sedih dan nampak berduka atas kekalahannya melawan Tim keseblasan Francis. Gambar meme Maradona yang sedang diambil tensinya dan kelihatan stress akibat kekalahan Tim Argentina beredar viral di Medsos.
Penulis: Kolumnis dan Akademisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar