Selasa, 06 Juni 2017

TINDAKAN AGITASI, PROVOKASI DAN TRAGEDI KEMANUSIAN


Oleh: Mochtar Marhum
Di Era Teknologi Informasi, tindakan provokasi dan agitasi bisa saja dengan muda dilakukan oleh siapa saja baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan kelompok tertentu. Tindakan agitasi dan provokasi bisa saja dilakukan atas dasar kepentingan politik praktis dan atau didasarkan pada kepentingan pribadi.

Isu politik identitas dan isu SARA paling laris diangkat dan digoreng liwat media sosial. Hanya dalam hitungan detik postingan yang berbau provokatif dan agitatif bisa disajikan dan dinikmati oleh Penggunna media sosial.

Pengguna media sosial pasti muda mengidentifikasi ciri-ciri seorang Agitator yang berbahaya dan berpotensi memecahbelah persatuan
bangsa. Mereka itu adalah yang suka mengadudomba dengan cara hampir setiap saat suka memposting berita dan meme yg sangat provokatif dan agitatif di media sosial.

Terkadang tindakan mereka kelihatan berusaha membenturkan pemerintah dengan rakyat dan pemerintah dengan umat Islam serta berusaha terus menggulirkan isu SARA yang berpotensi menciptakan konflik horisontal.

Mungkin mereka tidak menyadari bahwa tindakan mereka itu hanya sia-sia karena kebanyakan rakyat saat ini sudah sangat pintar, kritis dan bijak. Dan banyak rakyat yang tidak mudah lagi diadudomba karena telah belajar banyak dari pengalaman buruk di masa lalu.

Rakyat tidak muda terprovokasi, dibodohi dan diperalat. Juga Alhamdulilllah Pemerintah sekarang semakin kuat, solid, kompak dan sangat bijak merespon setiap tindakan provokasi.
Para agitator dan provokator tersebut mungkin tidak menyadari bahwa tindakan agitasi dan provokasi bisa memicu terjadinya konflik horizontal atau konflik vertikal.

Tindakan agitasi dan provokasi bisa berpotensi memancing terjadinya conflik kekerasan (Warmongering) dan bisa mengakibatkan kehancuran suatu negeri dan porakporandanya negara bangsa (nation state) seperti yang terjadi di beberapa negara di Timur Tengah saat ini yang kini hanya menyisahkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan.

Di negara-negara yang saat ini mengalami perang saudara, rakyat yang tidak bersalah selalu menderita akibat jadi korban perang.

Mereka yang menjadi korban dan menanggung penderitaan yang berkepanjangan termasuk anak-anak, wanita dan orang tua. Mereka kasihan terusir dari negaranya dan terpaksa terlunta-lunta menjadi pengungsi dan pencari suaka di negara orang akibat perang saudara yang terjadi di tanah kelahirannya.
Perang saudara dan permusuhan itu juga terjadi karena bermula dari tindakan provokasi dan agitasi massa yg berusaha mengadudomba dan menghasut rakyat untuk memusuhi pemerintah.

Penulis: Akademisi, Ketua Forum Dosen Indonesia (FDI) SulTeng dan Blogger Sosial-Humaniora

Tidak ada komentar:

Posting Komentar