Kamis, 04 Januari 2018

ANTARA PEMIMPIN GLOBAL ZAMAN EDAN DAN PEMIMPIN LOKAL ZAMAN NOW

Pemimpin Global Zaman now beda dengan Pejuang Lokal Zaman Old. Pempin Global zaman now sering membuat masyarakat dunia bingung dan khawatir akan masalah stabilitas keamanan dunia. Dan fenomena aneh ini telah dipertontonkan oleh Donald Trump dan juga sejumlah pemimpin lokal di Indonesia.

Akhir-akhir ini media banyak menyoroti keputusan sepihak (unilateral decision) Presiden Amerika, Donald Trump, yang mengakui Yerusalem menjadi ibu kota Israel akibatnya berujung pada aksi penolakan besar-besaran dan unjuk rasa massif menentang keputusan sepihak tersebut oleh masyarakat di Timur Tengah dan masyarakat luas di Negara-negara berpenduduk majoritas Muslim.

Selama masa kampanye capres Amerika yang lalu, sejumlah komentar masyarakat dunia dan warga negara Amerika di sejumlah media mainstream asing menyangkut pencapresan Donald Trump kedengaran sangat pedas dan kritis. Banyak dari mereka yang menyebutkan bahwa Donald Trump adalah seorang pemimpin yang tidak waras, rasist dan suka pencitraan. Ada juga sejumlah wanita yang mengaku pernah menjadi korban pelecehan sex oleh Donald Trump.

Potensi gangguan keamanan dan ancaman stabilitas politik di Timur Tengah bisa meningkat pasca keputusan sepihak Donald Trump.

Telah lama diakui oleh PBB dan masyarakat dunia bahwa kota Suci Yerusalem telah memiliki Status Quo dan diakui oleh tiga agama besar di sana yaitu Islam, Kristen dan Yahudi. Beberapa media mainstream asing menyebutkan bahwa Keputusan Trump mengakui Jerusalem menjadi ibukota Israel itu ironisnya justru terjadi pasca kunjungan Presiden Trump ke Kerajaan Arab Saudi beberapa bulan yang lalu.

Hampir bersamaan waktunya pada level isu Lokal, Bupati Tolitoli, Moh. Saleh Bantilan, mengeluarkan wacana penggantian nama lapangan Haji Hayun di Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah menjadi Bantilan. Yang akan dilaunching bersamaan perayaan HUT Kabupaten Tolitoli. Dr. H. (HC) Moh. Saleh Bantilan, SH. MH., merupakan salah seorang kepala daerah yang berasal dari keturunan bangsawan Tolitoli. Ayahnya, H. Anwar Bantilan, Raja Tolitoli. H. Moh Saleh Bantilan akan dilantik menjadi Raja Tolitoli bersamaan perayaan HUT Kabupaten Tolitoli yang puncak acaranya berlangsung dalam mnggu ini.

Keputusan sepihak yang kontroversial telah menimbulkan polemik, debat ilmiah dan bahkan debat kusir yang berkepanjangan. Aksi demonstrasi masyarakat Salumpaga dan sejumlah aktivist sosial menentang penggantian nama Lapangan Hi. Hayun mendapat perhatian luas dan menjadi viral di sejumlah grup media sosial.

Sebahagian besar politisi di Parlemen Tolitoli bahkan mendukung perjuangan rakyat Salumpaga dan masyarakat penentang perubahan nama lapangan Hi. Hayun. Bahkan sikap heroik dan patriotis ketua DPRD telah menarik perhatian. Bung Ali, Ketua DPRD Tolitoli membuat statemen yang menarik yaitu beliau akan mempertaruhkan jabatannya untuk memperjuangkan tuntutan rakyat agar nama lapangan Hi. Hayun tidak dirubah oleh penguasa.

Fakta sejarah membuktikan bahwa nama lapangan Hi. Hayun telah lama menjadi salah satu icon kota Tolitoli dan telah lama melegenda karena Hi. Hayun adalah simbol pejuang melawan keseweng-wenangan dan sikap resistensi terhadap bentuk penindasan penjajah dan antek-anteknya di zaman itu.

Prinsip Demokrasi adalah bentuk pengakuan (recognation) yang bersifat top-down dari penguasa tapi juga bersamaan merupakan pengakuan dari masyarakat (Bottom-Up). Dan nama lapangan Haji Hayun diberi nama dengan cara yang lebih Demokratis dan bukan dalam bentuk keputusan sepihak (unilateral) yang sangat tidak demokratis dan melukai hati rakyat dan keluarga pejuang.

Kini yang jadi pertanyaan: Seandainya ada pemimpin yg memiliki karakter seperti Donald Trump dan terpilih menjadi Bupati Tolitoli di masa yg akan datang, akankah dia buat wacana pemindahan ibukota Tolitoli ? dan juga akankah dia mengganti nama jembatan Cukoi yang telah lama melegenda dan menjadi icon sejarah kota Tolitoli, misalnya menjadi nama Jembatan Donald Bebek ?....😄🙏😙

Penulis: Ketua DPD Forum Dosen Indonesia Sulawesi Tengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar