ulisan ini merupakan opini kualitatif dan makro, serta juga merupakan
refleksi dan otokritik buat diri pribadi saya sebagai umat Muslim dan
juga saudara-saudraku baik yang Muslim maupun yang non-muslim tapi tetap
konsen dengan permasalahan sosial dan dari perspektik Global dan
Teologis. Tanpa ditulis di media sosial ini, pasti kebanyakan dari kita
sudah mengetahuinya melalui media massa.
Jumlah umat Islam dari tahun ke tahun terus bertambah baik karena
tingkat kelahiran yang tinggi karena kebanyakan keluarga Muslim tidak
mengikuti Program Keluarga Berencana. Jumlah Umat Muslim bertambah dan
menurut laporan sejumlah media masa baik lokal maupun media asing hampir
setiap hari ada yang masuk Islam atau menjadi Mualaf (Muslim Converts).
Jumlah umat Muslim yang terus bertambah cukup signifikan bahkan telah
menyaingi jumlah umat Katolik di dunia yang dulu pernah menduduki
ranking satu populasi sektarian. Namun, tentu tanpa bermaksud membuka
aib umat tapi hanya bermaksud mengemukakan fakta dan refleksi
keprihatunan umat dari laporan sejumlah media kita dapat mengetahui
bahwa di banyak negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim masih
terdapat banyak masalah seperti tingkat kemiskinan, pengangguran,
korupsi merajalela, terjadi perang saudara, tingkat pendidikan masih
rendah dan banyak yang masih terbelakang.
Banyak negara yang penduduknya majoritas Muslim sperti di Afrika dan
Timur Tengah justru terus menuai masalah dan di negara-negara tersebut
kebanykan pemerintahannya Diktator, otoriter dan Tirany. Monarki Absolut
dan sistem pemerintahan Sosialis Totalitarian dan Oligarki masih
dipraktekkan. Juga di negara-negara tersebut Kebanyakan yang sejahtera
adalah elit-elit dalam pemeritahan sebaliknya rakyat menderita miskin
dan bahkan kelaparan (lihat kasus Sudan dan Somalia). Banyak elit-elit
pemerintah yang berlindung di balik ajaran agama dan memamfaatkan nama
Islam demi untuk mempertahankan kekuasaan (Religion Abuse Vs Power
abuse).
Fakta membuktikan bahwa dewasa ini negara-negara yang unggul adalah
negara-negara Yang menguasai Ilmu pengetahuan dan Teknologi seperti
negara-negara Barat (Liberal-Demokrasi) dan Negara-negara Sosialis
Komunis), demikian juga yang menguasai Teknologi Informasi, ekonomi dan
perdagangan adalah negara-negara non-muslim tersebut.
Dalam kaitannya dengan konteks populasi umat Muslim di dunia terus
bertambah dari tahun ke tahun, mungkin kita perlu mengangkat pertanyaan
sebagai berikut: 1. Bisakah pertambahan jumlah penduduk muslim akan
menjadi bagian dari solusi dunia untuk memecahkan masalah krisis
multi-dimensi atau malah hanya akan menjadi bagian dari masalah dunia
karena pertambahan populasi tersebut tidak dibarengi dengan penguasaan
Ilmu pengetahuan, Teknologi dan keterampilan (Soft-skill and hard-skill)
Sehingga mungkin hanya akan menambah jumlah penduduk dunia yang menjadi
dependent ketimbang independent dan mampu memecahkan masalah dunia yang
semakin kompleks ini? 2. Akankah pertambahan jumlah penduduk Muslim
menciptakan suasana kehidupan harmonis dan damai dengan
tetangga-tetangga yang Non-muslim atau sebaliknya hanya menciptakan
potensi saling curiga dan bahkan mengundang potensi permusuhan. 3.
Bisakah ke depan negara-negara yang majoritas Muslim bersatu dan
membantu menciptkan kemakmuran di dunia ini serta mau bekerjasama secara
sukarela dengan penduduk di negara-negara Non-Muslim untuk menciptakan
pembangunan dan perdamaian yang berkelanjutan di muka bumi ini?.
Jawaban dari pertanyaan di atas tentu ada pada generasi sekarang dan
yang akan datang dan jika ingin perubahan mungkin perlu dipertimbangkan
langkah-langkah positif dan peroduktif seperti generasi yang sekarang
mau melihat ke depan untuk maju (Progresif) tapi juga tetap menghormati
nilai-nilai sejarah. Mau belajar dan bekerja keras menggunakan akal dan
pikiran sehat untuk membangun negerinya dan harus punya integritas moral
serta tetap menghormati dan menghargai ajaran agamanya.
Salam Perubahan
Mochtar Marhum
Academic, Peace Activiest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar