Kamis, 21 November 2013

SEJARAH SINGKAT HUBUNGAN PELAUT BUGIS MAKASSAR DENGAN AUSTRALIA SEBELUM MASA KEMERDEKAAN

SEJARAH SINGKAT HUBUNGAN PELAUT BUGIS MAKASSAR DENGAN AUSTRALIA SEBELUM MASA KEMERDEKAAN 
Oleh: Mochtar Marhum

Dulu ada seorang akademisi Australia
Yang pernah berkenalan dan membuat semacam pelesatan. Dia mengatakan, "Saya ini orang barat dari selatan dan orang selatan dari Barat". Dari ungkapan dan pelesetan ini dapat disebutkan bahwa bangsa Australia cukup unik. Dalam beberapa kali kesempatan acara perkenalan dengan mahasiswa Indonesia di Australia mereka ada yang sering mengakui dan menyebutkan bahwa sebagian besar generasi tua Australia lahir di luar benua Australia dan tentu kebanyakan berasal dari Eropa terutama dari daratan Inggris Raya (Great Britain) dan beberapa negara Eropa Barat.

Akhir-akhir ini media di Indonesia dan di Australia diramaikan dengan pemberitaan kasus penyadapan yang dilakukan oleh pihak inteljen Australia bekerjasama dengan Amerika berdasarkan laporan dari Edward Snowden, mantan kontraktor teknik dan karyawan Central Intelgency Agency Amerika (CIA) yang sekarang minta suka politik di Rusia.

Bocoran informasi program mata-mata rahasia (NSA) Amerika ke media ternama the Guardian dan the Washington Post serta beberapa media ternama di Australia seperti Sydney Herald Morning dan di Age membuat kemarahan besar pihak Pemerintah Indonesia karena Presiden SBY dan First Lady serta beberapa Menteri Kabinet juga dilaporkan sempat menjadi korban penyadapan. Hubungan Australia dan Indonesia sejak dulu sampai sekarang masih sering mengalami pasang surut.

Namun, pada kesempatan ini sebagai wakil alumni saya hanya ingin membagi sedikit kisah sejarah yang pernah saya baca dan saya dengar dalam suatu kesempatan diskusi dan seminar tentang sejarah masa silam hubungan pelaut-pelaut asal Sulawesi dengan penduduk suku Aborigine yang dulum dalam sejarahnya mereka adalah penduduk asli yang telah bermukim di Australia 40.000 tahun sebelum bangsa kulit putih dari Eropa datang bermukim di Australia.

Dari aspek Sosio-lingusitik bukti sejarah juga  terlihat bahwa ada  beberapa kosa kata bahasa Aborigine yang berasal dari Bahasa Makassar atau dari nusantara ini. Kata Anherm Land  adalah nama tanah pemukiman yang oleh pelaut-pelaut Bugis-Makassar saat itu dianggap tempat yang masih primitive. Juga kata Badik dan kata Jama telah masuk ke dalam kosa kata Aborigine. Kata  Belanda dan Rupiah juga masuk ke dalam kosa kata bahasa Aborigine. 

Dari perspektif sejarah, sebelum bangsa kulit putih asal Eropa datang dan mendiami benua Australia sekitar abad ke 18, pelaut-pelaut asal Makassar telah lebih dulu berhubungan dengan penduduk asli Australia yang dikenal dengan suku Aborigine pada sekitar abad ke 17, 18 dan sampai akhir abad ke 19. Sebagian sejarawan menduga Pelaut Etnis Bugis-Makassar dari Sulawesi Selatan mulai mejalin hubungan persahabatan dengan penduduk asli Australia yang dikenal dengan suku Aborigine pada sekitar abad ke 16. 

Dari fakta sejarah dikisahkan bahwa pelaut Bugis-Makassar pernah berlayar sampai ke wilayah Utara Australia mencari hasil laut seperti terepang. Mereka sempat mendirikan rumah-rumah sederhana di wilayah pesisir bagian utara. Oleh ahli sejarah memiperkirakan dalam setahun ada sampai sekitar 1000 orang penduduk asal Makassar yang sempat berkunjung dan melakukan kerjasama mengelola secara tradisional hasil laut terepang dengan penduduk setempat di wilayah utara Australia.

Pelaut Makassar pada saat itu  mencari  terepang (Sea Cucumber) di wilayah Australia  Bagian Utara dan berlabuh di sana melakukan interaksi sosial dan pedagangan ala tradisional dengan suku Aborigine. Terepang hasil tangkapan dimamfaatkan sebagai sumber pangan dan bahan untuk obat-obatan. Pada zaman itulah dimulainya hubungan mesra etnis asal nusantara ini dengan masayarakat down under Australia.

Terepang hasil tangkapan dijemur dan dikelola di daratan Australia Utara setelah itu empat bulan kemudian mereka berlayar balik ke Sulawesi dan menjual hasil tangkapan yang telah dikelolah di daratan Australia utara tersebut ke pada etnis Tionghoa. Dalam suatu kajian anthroplogi budaya disebutkan bahwa dulu pernah  terjadi negosiasi wilayah utara Australia di mana pelaut-pelaut bugis Makassar diisinkan menagkap ikan dan juga transaksi dagang dilakukan dalam bentuk pertukaran barang kebutuhan sepeerti Tabako, pakaian tradisional, kapak, pisau, beras dan minuman tradisional.

Dalam beberapa fakta sejarah dikisahkan bahwa seorang pelaut Inggris ternama, Matthew Flinders dalam pelayarannya mengelilingi benua Australia pada tahun 1803 secara kebetulan pernah bertemu dengan pelaut-pelaut Bugis-Makassar. Matthews Flinders pelaut Inggris ternama yang namanya diabadikan di beberapa nama jalan, gedung dan termasuk  kampus Almamater saya di Australia. Matthews Flinders  pernah melakukan komunikasi dengan pelaut-pelaut Makassar dan seorang kapten kapal bernama Pa Basso melalui juru masaknya yang kebetulan orang Melayu. Regina Ganter, ahli sejarah Sulawesi dari Universitas Griffith Queensland Australia, menyebutkan ada banyak pelaut Makassar  yang kemungkinan pernah menyaksikan armada pelaut-pelaut Inggris pertama kali masuk ke wialayah Sydney dan New Castle dan membangun pemukiman pertama koloni bangsa Inggris di wilayah tersebut pada saat itu yang sekarang wilayah itu telah menjadi pemukiman modern dan terkenal.

Juga dikisahkan bahwa Husain Daeng Rangka, seorang pelaut asal Labbakang Sulawesi Selatan yang pernah memiliki  dua orang istri dari suku Aborigine dalam sejarah pernah tercatat sebagai pelaut pencari terepang asal Sulawesi yang terakhir meninggalkan wilayah Australia pada tahun 1907 ketika itu pemerintah Australia mulai ketat menerapkan kebijakan bea masuk dan biaya perisinan penangkapan hasil laut seperti terepang.

Kisah pelaut-pelau asal Nusantara yang zaman dulu  pernah berlayar sampai ke wilayah bahagian utara Australia dalam dekade terakhir ini masih tetap diberitakan tapi dalam versi dan kisah yang berbeda. Misalnya kisah ditangkapnya pelaut-pelau asal Indonesia yang dituduh meliwati batas teritori dan melakukan pencurian ikan di wilayah Australia yang mana tradisi  yang sama ternyata dulu pernah dilakukan oleh nenek moyang mereka ketika Australia belum berbentuk sebagai suatu negara yang berdaulat. Kini Australia telah menjadi salah satu negara kekuatan barat  western power dan salah satu negara makmur (welfare state) yang termasuk paling berpengaruh  yang tentu juga merupakan neagara tetangga terdekat dengan Indonesia.

Sampai saat ini hubungan bilateral Indonesia - Australia bagaikan Yang hubungan bilateral sepasang kekasih yang lagi dilanda asmara terkandang mesra, terkadang saling curiga, terkadang juga brantem dan terkadang salah satu diantaranya  ingin mencari tahu rahasia yang tersembunyi.


PENULIS:
1.Ex- aktivist Perhimpunan Mahasiswa/Pelajar Indonesia (PPIA) di Australia 1997-2003.
2. Alumni PhD (2006) dan Masters (1998), Flinders University, South Australia.
3. Duta Alumni Australia (Alumni Ambassador) dan Alumni Reference Group (ARG) 2007- Sekarang
4.  Ex-Peserta Pertukaran Pemuda Indonesia Australia 1988/1989.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar