SEJARAH SINGKAT HUBUNGAN PELAUT BUGIS MAKASSAR DENGAN AUSTRALIA SEBELUM MASA KEMERDEKAAN
Oleh: Mochtar Marhum
Dulu ada seorang akademisi Australia
Yang
pernah berkenalan dan membuat semacam pelesatan. Dia mengatakan, "Saya
ini orang barat dari selatan dan orang selatan dari Barat". Dari
ungkapan dan pelesetan ini dapat disebutkan bahwa bangsa Australia cukup
unik. Dalam beberapa kali kesempatan acara perkenalan dengan mahasiswa
Indonesia di Australia mereka ada yang sering mengakui dan menyebutkan
bahwa sebagian besar generasi tua Australia lahir di luar benua
Australia dan tentu kebanyakan berasal dari Eropa terutama dari daratan
Inggris Raya (Great Britain) dan beberapa negara Eropa Barat.
Akhir-akhir
ini media di Indonesia dan di Australia diramaikan dengan pemberitaan
kasus penyadapan yang dilakukan oleh pihak inteljen Australia
bekerjasama dengan Amerika berdasarkan laporan dari Edward Snowden,
mantan kontraktor teknik dan karyawan Central Intelgency Agency Amerika
(CIA) yang sekarang minta suka politik di Rusia.
Bocoran
informasi program mata-mata rahasia (NSA) Amerika ke media ternama the
Guardian dan the Washington Post serta beberapa media ternama di
Australia seperti Sydney Herald Morning dan di Age membuat kemarahan
besar pihak Pemerintah Indonesia karena Presiden SBY dan First Lady
serta beberapa Menteri Kabinet juga dilaporkan sempat menjadi korban
penyadapan. Hubungan Australia dan Indonesia sejak dulu sampai sekarang
masih sering mengalami pasang surut.
Namun, pada kesempatan ini
sebagai wakil alumni saya hanya ingin membagi sedikit kisah sejarah yang
pernah saya baca dan saya dengar dalam suatu kesempatan diskusi dan
seminar tentang sejarah masa silam hubungan pelaut-pelaut asal Sulawesi
dengan penduduk suku Aborigine yang dulum dalam sejarahnya mereka adalah
penduduk asli yang telah bermukim di Australia 40.000 tahun sebelum
bangsa kulit putih dari Eropa datang bermukim di Australia.
Dari
aspek Sosio-lingusitik bukti sejarah juga terlihat bahwa ada beberapa
kosa kata bahasa Aborigine yang berasal dari Bahasa Makassar atau dari
nusantara ini. Kata Anherm Land adalah nama tanah pemukiman yang oleh
pelaut-pelaut Bugis-Makassar saat itu dianggap tempat yang masih
primitive. Juga kata Badik dan kata Jama telah masuk ke dalam kosa kata
Aborigine. Kata Belanda dan Rupiah juga masuk ke dalam kosa kata bahasa
Aborigine.
Dari perspektif sejarah, sebelum bangsa kulit putih
asal Eropa datang dan mendiami benua Australia sekitar abad ke 18,
pelaut-pelaut asal Makassar telah lebih dulu berhubungan dengan penduduk
asli Australia yang dikenal dengan suku Aborigine pada sekitar abad ke
17, 18 dan sampai akhir abad ke 19. Sebagian sejarawan menduga Pelaut
Etnis Bugis-Makassar dari Sulawesi Selatan mulai mejalin hubungan
persahabatan dengan penduduk asli Australia yang dikenal dengan suku
Aborigine pada sekitar abad ke 16.
Dari fakta sejarah
dikisahkan bahwa pelaut Bugis-Makassar pernah berlayar sampai ke wilayah
Utara Australia mencari hasil laut seperti terepang. Mereka sempat
mendirikan rumah-rumah sederhana di wilayah pesisir bagian utara. Oleh
ahli sejarah memiperkirakan dalam setahun ada sampai sekitar 1000 orang
penduduk asal Makassar yang sempat berkunjung dan melakukan kerjasama
mengelola secara tradisional hasil laut terepang dengan penduduk
setempat di wilayah utara Australia.
Pelaut Makassar pada saat
itu mencari terepang (Sea Cucumber) di wilayah Australia Bagian Utara
dan berlabuh di sana melakukan interaksi sosial dan pedagangan ala
tradisional dengan suku Aborigine. Terepang hasil tangkapan dimamfaatkan
sebagai sumber pangan dan bahan untuk obat-obatan. Pada zaman itulah
dimulainya hubungan mesra etnis asal nusantara ini dengan masayarakat
down under Australia.
Terepang hasil tangkapan dijemur dan
dikelola di daratan Australia Utara setelah itu empat bulan kemudian
mereka berlayar balik ke Sulawesi dan menjual hasil tangkapan yang telah
dikelolah di daratan Australia utara tersebut ke pada etnis Tionghoa.
Dalam suatu kajian anthroplogi budaya disebutkan bahwa dulu pernah
terjadi negosiasi wilayah utara Australia di mana pelaut-pelaut bugis
Makassar diisinkan menagkap ikan dan juga transaksi dagang dilakukan
dalam bentuk pertukaran barang kebutuhan sepeerti Tabako, pakaian
tradisional, kapak, pisau, beras dan minuman tradisional.
Dalam
beberapa fakta sejarah dikisahkan bahwa seorang pelaut Inggris ternama,
Matthew Flinders dalam pelayarannya mengelilingi benua Australia pada
tahun 1803 secara kebetulan pernah bertemu dengan pelaut-pelaut
Bugis-Makassar. Matthews Flinders pelaut Inggris ternama yang namanya
diabadikan di beberapa nama jalan, gedung dan termasuk kampus Almamater
saya di Australia. Matthews Flinders pernah melakukan komunikasi
dengan pelaut-pelaut Makassar dan seorang kapten kapal bernama Pa Basso
melalui juru masaknya yang kebetulan orang Melayu. Regina Ganter, ahli
sejarah Sulawesi dari Universitas Griffith Queensland Australia,
menyebutkan ada banyak pelaut Makassar yang kemungkinan pernah
menyaksikan armada pelaut-pelaut Inggris pertama kali masuk ke wialayah
Sydney dan New Castle dan membangun pemukiman pertama koloni bangsa
Inggris di wilayah tersebut pada saat itu yang sekarang wilayah itu
telah menjadi pemukiman modern dan terkenal.
Juga dikisahkan
bahwa Husain Daeng Rangka, seorang pelaut asal Labbakang Sulawesi
Selatan yang pernah memiliki dua orang istri dari suku Aborigine dalam
sejarah pernah tercatat sebagai pelaut pencari terepang asal Sulawesi
yang terakhir meninggalkan wilayah Australia pada tahun 1907 ketika itu
pemerintah Australia mulai ketat menerapkan kebijakan bea masuk dan
biaya perisinan penangkapan hasil laut seperti terepang.
Kisah
pelaut-pelau asal Nusantara yang zaman dulu pernah berlayar sampai ke
wilayah bahagian utara Australia dalam dekade terakhir ini masih tetap
diberitakan tapi dalam versi dan kisah yang berbeda. Misalnya kisah
ditangkapnya pelaut-pelau asal Indonesia yang dituduh meliwati batas
teritori dan melakukan pencurian ikan di wilayah Australia yang mana
tradisi yang sama ternyata dulu pernah dilakukan oleh nenek moyang
mereka ketika Australia belum berbentuk sebagai suatu negara yang
berdaulat. Kini Australia telah menjadi salah satu negara kekuatan
barat western power dan salah satu negara makmur (welfare state) yang
termasuk paling berpengaruh yang tentu juga merupakan neagara tetangga
terdekat dengan Indonesia.
Sampai saat ini hubungan bilateral
Indonesia - Australia bagaikan Yang hubungan bilateral sepasang kekasih
yang lagi dilanda asmara terkandang mesra, terkadang saling curiga,
terkadang juga brantem dan terkadang salah satu diantaranya ingin
mencari tahu rahasia yang tersembunyi.
PENULIS:
1.Ex- aktivist Perhimpunan Mahasiswa/Pelajar Indonesia (PPIA) di Australia 1997-2003.
2. Alumni PhD (2006) dan Masters (1998), Flinders University, South Australia.
3. Duta Alumni Australia (Alumni Ambassador) dan Alumni Reference Group (ARG) 2007- Sekarang
4. Ex-Peserta Pertukaran Pemuda Indonesia Australia 1988/1989.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar