Berita memprihatinkan baru saja kita merayakan Hari Raya Idul
Qurban dan Peringatan hari Sumpah Pemuda terjadi bentrok antara warga,
konflik kekerasan dan isu aksi terorisme dan gerakan counterterorisme
yang dikecam oleh masyarakat karena dianggapa sangat refresif dan
terkadang kurang menghormati azas praduga tak bersalah (the Presumption
of Innocence) di beberapa wilayah di negeri ini termasuk di Kabupaten
Poso Sulawesi Tengah. Iklim perstuan, persaudaraan dan keharmonisan
kehidupan masyarakat poso terusik akhir-akhir ini dengan adanya isu
terorisme and tindakan counterterorisme. Juga sejumlah spekulasi
berkembang ditengah mesyarakat pasca terjadinya sejumlah konflik
kekerasan di tanah air. Ada yang yang berspekulasi bahwa isu konflik
kekerasan dan aksi terorisem disejumlah daerah akhir-akhir ini merupakan
upaya untuk mengalihkan perhatian atas kasus-kasus besar seperti
masalah korupsi dan pelanggaran hukum lainnya yang sedang dibongkar dan
marak diberitakan oleh sejumlah media ibukota.
Konflik sosial dan konflik kekerasan (Violent Conflict) bisa mengarah
pada konflik horizontal dan koflik vertikal jika tidak mampu dikelola
dengan efektif. Dan pembiaran terjadinya konflik sosial akan mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa, menggganngu stabilitas keamanan dan
pembangunan. Bahkan bisa juga mengancam integrasi bangsa dan proses
asimilasi dan harmonisasi masyarakat majemuk telah lama terbangun di
negeri ini. Huntington mengatakan Era Pasca perang dingin
identitas-identitas budaya dan kebudayaan mampu membentuk pola kohesif
atau perekat yang mengakomodasi adanya pluralitas masyarakat dalam
membangun integrasi atau kebersamaan (togetherness) atau juga sebaliknya
menyebabkan disintegrasi. Oleh sebab itu apabila tidak ada kesadaran
untuk mengembangkan aspek kohesif tersebut negara nasional yang plural
di bidang etnis dan budaya akan menghadapi kekuatan distruktif
(Huntington, 2000: 5).
Nilai-nilai persatuan dan persaudaraan telah terkoyak-koyak oleh
tragedi konflik kekerasan di sejumlah daerah di Indoensia, konflik
sektarian dan konfllik kekerasan yang terjadi secara soparadis diduga
salah satu penyebabnya adalah persoalan kepercayaan. Menurut Institute
of Future Studies for Development di Bangkok, saling percaya (mutul
trust) adalah kunci untuk menyelesaikan krisis. Sementara itu empati
adalah jaringan rasa sebagai basis kebudayaan yang memungkinkan
terbangunnya kerukunan dan dialog sosial di setiap masyarakat. Dengan
saling percaya dan membangun empati masyarakat akan dapat saling tolong
menolong dan bekerja sama. Jadi krisis yang terjadi pada bangsa
Indonesia juga dapat disebut krisis kepercayaan dan empati (Asia Week,
December 1998).
Masyarakat bersama aparat pemerintah dan pihak penegak hukum harus
mengandalkan modal sosial (Social Capital) bekerjasama menyelesaikan
setiap konflik sosial dan masalah aksi kekerasan di masyarakat.
Kerjasama Merupaka modal sosial (social capital) dan sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila yaitu merupakan suatu kebersamaan sebagai faktor
kohesif yang dapat mengeliminir efek negatif dari prinsip keterbukaan
dan otonomi sebagai prinsip utama Demokrasi dan mengelaminir juga
prinsip yang sangat rentan terhadap disintegrasi bangsa. Kebersamaan
yang dapat menjadi modal sosial (social capital) dalam memaksimalkan
potensi bangsa untuk tidak menjadi pecundang (loser) tetapi menjadi
gainer dalam proses globalisasi (Fukuyama, 1999: 11-14). Berdasarkan
modal sosial seharusnya terbangun kepercayaan, kerjasama dan toleransi
serta akan mendukung lahirnya tokoh-tokoh masyarakat yang bisa jadi
panutan untuk menjadi mediator rekonsiliasi setiap terjadinya konflik
sosial. Namun, ternyata selama ini bangsa ini kekurangan figur-figur
tokoh-tokoh masyarakat yang sangat dihormati dan mampu memediasi
rekonsiliasi setiap terjadinya konflik sosial di masyarakat termasuk
aksi kekerasan. Kita lebih banyak memikirkan pembangunan infrastruktur
perdagangan seperti toko-toko (mall-mall) ketimbang membangun
tokoh-tokoh masyarakat (figur pemimpin yg jadi panutan).
Konflik horizontal yang pernah terjadi di Poso awal tahun 2000an
telah memakan banyak korban harta dan jiwa serta telah berhasil
mengoyak-ngoyakkan sendi-sendi kehidupan masyarakat Poso yang majemuk,
toleran dan cinta damai. Berita tentang konflik sektarian yang terjadi
di Poso dulu diliput tidak hanya media lokal tapi juga media
internasional sehingga semakin banyak masyarakat di luar negeri yang
mengetahui tragedi kemanusiaan tersebut.
Sebenarnya Silaturahmi masyarakat, toleransi dan harmony kehidupan
antar suku, umat beragama dan kelompok masyarakat di Bumi Sintuwu
Maroso Poso telah pulih pasca perundingan Malino yang diinisiasi mantan
Wapres JK dan tokoh-tokoh masyarakat Poso serta sejumlah stakeholders
konflik. Insiden penembakkan oleh orang tak dikenal, isu ancaman bom
dan peledakan bom yang terjadi di Tentena dan Kota Poso, ditemukan dua
mayat polisi intel yang hilang dan yang terkahir penembakan seorang
pemuda yang diduga sebagai teroris menimbulkan ketegangan yang
puncaknya kemarin ketika terjadi aksi unjuk rasa dari keluarga korban
penembakan dan simpatisan korban penembakan.Aksi protes keras dari
warga masyarakat berupa penutupan jalan, pembakaran ban bekas,
kejar-kejaran antara warga dan aparat kepolisian nyaris berujung pada
kerusuhan massa dan potensi terjadinya konflik vertikal.
Dari berita sejumlah media massa dan media sosial, konsentrasi dan
mobilisasi massa serta aksi unjuk rasa yang sempat terjadi setelah pihak
aparat membawa mayat korban penembakan yang diduga teroris ke Palu dan
rencana akan dibawa ke Jakarta. Ketegan antar pihak petugas keamanan
dan masyarakat sempat menyita perhatian dan menimbulkan ketegangan
soparadis di masyarakat dan insiden tersebut dikhawatirkan akan
berpotensi menimbulkan insiden konflik vertikal antar pihak aparat dan
masyarakat (keluarga serta simpatisan) yang meminta mayat korban
penembakan itu dikembalikan ke pihak keluarga untuk dimakamkan. Namun,
akhirnya suasan kembali normal setelah akhirnya mayat korban penembakan
dikembalikan ke keluarga setelah sempat dibawa ke Palu.
Kurang lebih satu dekade masyarakat poso telah mulai hidup damai,
harmoni dan toleran dan bangkit kembali dari puing-puing konflict
kekerasan (Violent Conflict). Masyarakat hampir melupakan isiden
konflik sectarian yang dulu pernah terjadi. Namun, insiden penembakan,
penculikan yang disertai pembunuhan yang baru-baru ini terjadi telah
membangkitkan kembali potensi ketidakamanan dan ketidaknyamanan
kehidupan masyarakat Kabupaten Poso.
Masyarakat Sulawesi Tengah (SulTeng) dan Poso pada khususnya
mencintai perdamaian dan selalu ingin hidup damai, harmonis dan
toleran. Isu terorisme dan insiden kekerasan yang terjadi di wilayah
SulTeng sperti di Poso patut disesali dan juga harus dicarikan solusi
yang tepat.
Semua insiden aksi kekerasan yang pernah terjadi di Poso merupakan
tanggung jawab bersama masyarakat, Pemerintah dan pihak penegak hukum
(Conflict Stakeholders). Ada ungkapan yang menyatakan bahwa setiap aksi
tindakan kekerasan di mana saja dan dilakukan oleh siapa saja merupakan
musuh bersama masyarakat (Common enemy) terutama oleh masyarakat yang
cinta damai. Setiap aksi kekerasan tidak bisa diselesaikan dengan cara
kekerasan karna setiap tindakan kekerasan hanya akan melahirkan
kekerasan rantai kekersan selanjutnya (Violence breeds violence).
Seorang jurnalis senior juga pernah menceritakan bahwa Gubernur
SulTeng sering ditanya oleh masyarakat di luar tentang keamanan SulTeng
dan Poso khususnya. Banyak masyarak luar yang masih khawatir dengan
kondisi keamanan Poso terutama pihak-pihak yang luar yang ingin menjadi
kerjasama dengan pemerintah, pengusaha dan masyarakat di SulTeng.
Peringatan Sumpah Pemuda ke-84 dan Jambore Pemuda Indonesia/ASEAN
yang baru-baru ini dipusatkan di Lokasi Eks- STQ Palu dijadwalkan
dihadiri oleh Pemuda dari seluruh Provinsi yang ada di Indonesia dan
Pemuda dari sepuluh negara ASEAN. Namun, karena adanya sejumlah
pemberitaan tentang kondisi keamanan di wilayah SulTeng terutama di
Poso sehingga sebagian calon peserta event tersebut terpaksa harus
mengurunkan niatnya untuk mengikuti event kepemudaan yg cukup
spectaculer tersebut.
Sulawesi Tengah sangat dirugikan dengan kasus insiden kekerasan
karena jelas merugikan perkembangan iklim investasi dan perkembangan
berbagai aspek pembangunan di wilayah SulTeng. Masyarakat harus
menggugah dan menggugat setiap insiden kekerasan baik yang terjadi
secara alami (Natural) maupun yang mungkin terjadi secara artifisial
atau by design. Namun, masyarakat harus tetap patuh pada rambu-rambu
hukum, mengormati tugas-tugas pihak penegak hukum dan mau bekerjasama
dengan pihak penegak hukum dalam menyelesaikan insiden konflik
kekerasan.
Konflik horizontal harus ditangani melalui menajemen konflik dan
resolusi konflik dan diharapkan agar konflik Horizontal tidak akan
berubah menjadi konflik vertikal (Aparat versus masyarakat). Sebab jika
terjadi konflik vertikal tentu akan menghancurkan persatuan dan
kesatuan bangsa seperti yang telah diamanahkan dalam Pancasila dan UUD
45.Konflik sosial da aksi kekerasan termasuk radikalisme dan terorisme
sebenarnya solusinya telah ditawarkan oleh pemerintah seperti program
deradikalisasi yang bekerjasama antara pemerintah (aparat penegak
hukum), intansi terkait dan ormas kepemudaan/Ormas keagamaan. Demikian
juga program edukasi telah ditwarkan melalui program pendidikan damai
dan pendidikan harmoni di lembaga pendidikan formal dimulai dari level
pendidikan dasar. Namun, nampaknya upaya mengatasi masalah aksi
kekerasan dalam bentuk radikalisme dan terorisme oleh pemerintah lebih
banyak dilakukan melalui program doktrin pre-emptive atau melakukan
upaya penindakan berupa upaya penangkapan dan penyerangan pihak=pihak
yang diduga terlibat dalam aksi terorisme dari pada upaya program
preventive yaitu melakukan upaya pencegahan terjadinya aksi radikalisme
dan terorisme
Saatnya masyarakat, Aparat pemerintah dan pihak penegak hukum harus
bergandengan tangan mencarikan solusi terbaik agar suasana keamanan dan
Citra keamanan Poso bisa pulih. Azas praduga tak bersalah
(presumption of innocence) harus dihormati. Hukum yang berkeadilah
harus ditegakkan. "Equality before the law and Justice must be done"
!!!.
Selamat berakhir pekan semoga menikmati akhir pekan yang indah "HAPPY SUNDAY"
Salam Perubahan
Mochtar Marhum
Akademisi UNTAD, Aktivis Damai dan Blogger Sosial-Humaniora