Oleh: Mochtar Marhum
Jelang tanggal 20 Mei rumor demo mahasiswa yang menuntut pengunduran diri Presiden Jokowi semakin ramai beredar di media sosial dan media massa. Aktivis anti-kebijakan pemerintah semakin intensif melakukan konsolidasi dan persiapan untuk melakukan aksinya. Pada waktu yang hampir bersamaan, relawan Jokowi mengadakan kegiatan Jambore di Bumi Perkemahan Cibubur.

Mayo seorang penulis Amerika yang terkenal pernah berkata, "If you don't like something, please change it. If you can not change it, change yourself”. Ternyata perubahan untuk menjadi lebih baik itu harus datang dari diri kita sendiri dulu. Berkaitan dengan rencana aksi demo, saya teringat kata-kata bijak dari seorang tokoh salah satu organsisasi keagamaan yang ternama di Indonesia. Beliau pernah katakan bahwa setiap orang sebaiknya punya dua cermin. Yang satu cermin untuk melihat orang lain dan yang satu lagi cermin untuk melihat dirinya sendiri. Selama ini kayaknya orang yang ikut Demo dan menghujat pemerintah hanya menggunakan satu cermin sehingga yang dilihatnya hanya kelemahan orang lain sdangkan kelemahan dirinya sendiri seakan-akan hampir tidak terlihat.

Jangan membaca tulisan ini secara partial atau terpotong-potong. Perlu liihat ada paragragh yang justru saya katakan bahwa aksi demo itu bagus dan saya mendukung aksi demo tapi demo sejauh demo yang konstrukti dan solutif. Demo sebaiknya harus di jalur yg benar. Demo itu bagus karena pendemo sebagai stakeholders pembangunan bisa berpartisipasi membantu mengawasi jalannya pemerintahan agar pemerintah selalu berada di jalan yang benar (On the right Track).

Dulu pernah ada mahasiswa saya yang aktivis kampus, minta isin ikut Demo di gedung DPRD Provinsi menentang kebijakan pemerintah dan waktu itu saya isinkan karena saya mengenal mahasiswa tersebut tidak hanya pandai demo tapi juga memperhatikan studinya. Sekarang saya merasa bangga karena mantan mahasiswaku itu telah sukses menyelesaikan studi S1 dan S2 dan sekarang telah menjadi ketua PDIP dan pimpinan DPRD Provinsi. Dulu waktu mahasiswa saya juga pernah aktif di HMI dan di BEM tapi saya tdk pernah melupakan tugas pokok saya sebagai mahasiwa dan sekarang saya juga aktif menjadii pengurus Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Ketua Bidang Infromasi dan Komunikasi (INFOKOM).

Saya telah jadi dosen di Perguruan Tinggi Negeri selama 22 tahun. Saya merasa bangga karena Alhamdulilah selama jadi mahasiswa saya pernah mengikuti prograam pertukaran pemuda antara bangsa dan juga mendapat beasiswa dari jenjang pendidikan S1 studi dalam negeri dan Alhamdulillah setelah itu dapat kesempatan studi sampai jenjang pendidikan S2 dan S3 di luar negeri dan semuanya dibiayai beasiswa kerjasama Pemerintah RI dan negara sahabat. Saya juga merasa lebih bangga karena ketika diangkat jadi dosen di Perguruan Tinggi Negeri tidak pernah membayar sepeserpun tapi justru saya dibayar dengan beasiswa Tunjangan Ikatan Dinas dan kemudian diangakat menjadi dosen PNS di Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur beasiswa ikatan dinas. Jadi sudah dapat beasiswanya sekaligus juga dapat SK Pengangkatan mejadi dosen di Perguruan Tinggi Negeri (Dosen PNS di PTN).

Sebagai dosen terkadang, saya malu melihat mahasiswa yang mengkirtisi atau bahkan menghujat pemerintah tapi mereka sendiri seakan-akan tidak menyadari kalau prestasi mereka di kampus tidak sebaik yang diharapkan keluarga dan dosen-dosennya, Indeks Prestasi Komulatif (IPK) di antar mereka mungkin ada yang sangat rendah alias tidak punya prestasi apa-apa. Buat apa kalian mengatakan orang lain jelek kalau diri anda sendiri mungkin jauh lebih jelek. Ironisnya mungkin masih banyak pula masalah internal di fakultas dan universitas yang lupa kita bantu kritisi dan atau kita bantu benahi. Saya yakin mahasiswa yang punya prestasi pasti sikapnya lebih santun dan selalu berhati-hati serta selalu bertindak lebih bijak.

Saya sepakat betul bahwa mengkritisi pemerintah itu adalah hak setiap individu Warga Negara Indonesia dan telah diatur dalam Undang-Undang. Mengkritisi pemerintah itu bagus agar supaya pemerintah selalu berada di jalan yang benar (On the right track). Namun, mahasiswa juga harus menyadari bahwa tugas utama mereka itu bukan berdemo tapi belajar untuk menggapai cita-cita dan masa depan yang cerah. Mahasiswa harus membantu memberikan sumbangan pemikiran dan solusi yang konstruktif kepada pemerintah untuk pembangunan bangsa daan itu tentu jauh lebih baik dari pada ikut terlibat demo yang mungkin bisa deskruptif apalagi menghujat pemerintah. Lebih fatal lagi jika terlibat demo anarkis.

Sebaiknya jadilah mahasiswa yang berprestasi dan bukan menjadi mahasiswa yang berprustrasi yang kehilangan visi dan rencana masa depan. Ketika studi mahasiswa tidaak menunjukkan prestasi yang diharapakan tentu akan mengecewakan orangtua dan keluarga yang telah mendukung studi mereka baik secara moril maupun secara material. Saatnya mendukung kebijakan pemerintah jika kebijakan itu pro-pembangunan dan memperhatikan kepentingan rakyat. Namun, mahasiswa tetap harus mempertahankan idealismenya dan meningkatkan kecedasan sosial serta tetap berpikir kritis dan punya kepekaan sosial yang tinggi. Jjika mahasiswa tidak puas dengan kebijakan pemerintah, mereka harus menyalurkan aspirasanya liwat jalur yang benar atau sesuai prosedurnya.

Bangsa Indonesia harus bersyukur karena situasi politik dan keamanan di tanah air masih sangat kondusif dan sangat baik dan harus dipertahankan. Alhamdulillah kinerja eksekutif, Legislatif dan Judikatif relatif kelihatan relatif makin baik. Bangsa Indonesia juga harus bersyukur karena TNI-POLRI masih kuat dan masih mendaapat kepercayaan dari rakyat dan aparat pertahanan dan keamanan ini masih solid bersatu serta loyal walaupun terkadang ada tantangan dan riak-riak kecil.

Alhamdulillah semua melaksanakan tugasnya dengan baik walaupun disadari tentu masih banyak yang perlu dan harus dibenahi untuk menjadi lebih baik. Kita semua bersyukur Indonesia sampai saat ini situasi politik dan kemanan di negeri ini masih masih aman dan terkendali. Bandingkan dengan beberapa negara sahabat yang sekarang mengalami perang saudara, konflik kekerasan dan krisis kemanusiaan yang berkepanjangan. Sungguh menyedihkan menyaksikan pengungsi yang eksodus ke luar negeri dan menderita lahir batin. Demikian juga pengungsi yang bertahan di wilayah medan perang (War Torn Countries) justru jauh lebih menderita. Penderitaan rakyat di negeri yang terkoyak oleh perang saudra karena ambisi politik elit-elit yang berkonflik telah mengorbankan ribuan bahkan jutaan rakyat tak berdosa (Innocent Civilians). Ingat perang saaudara di beberapa negara sahabat itu mulanya berawal dari demo-demo yang kemudian diboncengi oleh kepentingan dan ambisi politik elit-elit opportunis. Demo yang semula damai lama kelamaan berubah menjadi demo anarkis dan demo anti pemerintah yang kemudian dibekengi oleh oposisi dan disusupi oleh kelompok pemberontak.

Seharusnya rakyat Indonesia bersyukur dengan stabilitas politik dan keamanan di negeri ini. Jika rakyat dan Pemerintah bersatu memikirkan dan berbuat untuk massa depan bangsa Insya Allah negara ini akan menjadi lebih baik tapi sebaliknya jika ambisi politik dan ideologi kebencian tetap masih bersemi dan terus disemai, bahaya ancaman disintegrasi bangsa justru akan selalu membayang.

Semoga kita semua sadar bahwa lebih baik memikirkan kepentingan bangsa dari pada hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok dan lebih baik memikirkan masa depan bangsa dari pada hanya ingin mengamankan kepentingan pribadi dan kelompok.
Akhirnya jabat erat selalu dan salam persudaraan.

Penulis: Akademisi UNTAD dan Aktivis Damai alumni Flinders University of South Australia
Like · Comment · 
  • Mochtar Marhum
    Write a comment...