Sabtu, 10 November 2012

SELAMAT HARI PAHLAWAN "PERJUANGAN DI ERA REFORMASI VS ERA REPOTNASI(B)

Ada jang mengorbankan suaminja, ada jang mengorbankan anaknja , ada jang mengorbankan harta-bendanja, ada jang mengorbankan isi-hati ketjintaan mereka jang mendjadi tiang daripada djiwa mereka itu. Pendek kata mengorbankan segala2nja, dan mereka ini Pahlawan pula. (Ini merupakan kutipan singkat dari the Presiden R.I pertama yang juga the Founding Father, Bung Karno, dalam pidatonya tahun 1960 dalam rangka memperingati hari Pahlawan). 

Dulu bangsa ini berjuang membela negara sekarang bangsa ini berutang membangun negara. Dulu bangsa ini berjuang mengangkat senjata skarang berjuang mengangkat harga diri dari ancaman keterpurukan, krisis kepercayaan, aksi kekerasan dan korupsi, kolusi dan nepotisme. Bangsa yg besar adalah bangsa yg mengahargai jasa para pahlawan dan bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang tetap memelihara nilai-nilai dan semangat perjuangan para pahlawan. Saatnya bangkit dari ancaman keterpurukan dan berjuang membangun Indonesia yg makmur, damai, aman dan menghargai perbedaan.

Kalau dulu bangsa ini berjuang mengangkat senjata, sekarang kita berjuang mengangkat harga diri dan martabat bangsa. Perjuangan Indonesia belum selesai karena sekarang rakyat harus berjuang melawan kemiskinan, KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) dan ketertinggalan. 

Jangan sekali-kali melupakan Sejarah. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Mengucapkan Selamat memperingati Hari PAHLAWAN 10 November. Semoga semangat Pahlawan tetap tertanam di diri kita masing-masing untuk menjadikan Indonesia lebih baik, bersih dan berwibawa. 

Salam Perjuangan
Mochtar Marhum
Akademisi, Blogger Sosial Humaniora

Rabu, 07 November 2012

Pidato Kemenangan Obama VS Pidato Kekalahan Romney:


Sungguh menarik menyimak pidato Kemenangan Obama dan Pidato kekalahan Romney yang disiarkan langsung oleh berbagai jaringan TV Internasional pasca dilaksanakan Pemilu dan Pilpres di Amerika Serikat. Saya sempat menyaksikan pidato mereka liwat TV AlJazeera Internasional.

Yang menarik dalam pidato mereka adalah "Obama mengucapkan selamat kepada Romney karena telah menjadi pesaing beratnya selama Kampan
ye PilPres" dan Romney mengatakan " Mengucapkan selamat kepada Obama dan mengajak semua yang hadir berdoa semoga Obama berhasil memimpin Amerika".

Tentu kata-kata yang elok Sebagai wujud dari Demokrasi Substansial seperti ini juga yang kita harapkan keluar dari mulut kandidat President yang menang dan yang kalah di Indonesia Pasca pelaksanaan Demokrasi Prosedural (PILPRES) di masa yang akan datang.

Salam Perubahan
Mochtar Marhum
Akademisi UNTAD, Blogger Sosial Humaniora

Minggu, 04 November 2012

INSIDEN KEKERASAN DI POSO: HUKUM YANG BERKEADILAN HARUS DITEGAKKAN


Berita memprihatinkan baru saja kita merayakan Hari Raya Idul Qurban dan Peringatan hari Sumpah Pemuda terjadi bentrok antara warga, konflik kekerasan dan isu aksi terorisme dan gerakan counterterorisme yang dikecam oleh masyarakat karena dianggapa sangat refresif dan terkadang kurang menghormati azas praduga tak bersalah (the Presumption of Innocence) di beberapa wilayah di negeri ini termasuk di Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Iklim perstuan, persaudaraan dan keharmonisan kehidupan masyarakat poso terusik akhir-akhir ini dengan adanya isu terorisme and tindakan counterterorisme. Juga sejumlah spekulasi berkembang ditengah mesyarakat pasca terjadinya sejumlah konflik kekerasan di tanah air. Ada yang yang berspekulasi bahwa isu konflik kekerasan dan aksi terorisem disejumlah daerah akhir-akhir ini merupakan upaya untuk mengalihkan perhatian atas kasus-kasus besar seperti masalah korupsi dan pelanggaran hukum lainnya yang sedang dibongkar dan marak diberitakan oleh sejumlah media ibukota.

Konflik sosial dan konflik kekerasan (Violent Conflict) bisa mengarah pada konflik horizontal dan koflik vertikal jika tidak mampu dikelola dengan efektif. Dan pembiaran terjadinya konflik sosial akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, menggganngu stabilitas keamanan dan pembangunan. Bahkan bisa juga mengancam integrasi bangsa dan proses asimilasi dan harmonisasi masyarakat majemuk telah lama terbangun di negeri ini. Huntington  mengatakan Era Pasca perang dingin identitas-identitas budaya dan kebudayaan mampu membentuk pola kohesif atau perekat  yang mengakomodasi adanya pluralitas masyarakat dalam membangun integrasi atau kebersamaan (togetherness) atau juga sebaliknya menyebabkan disintegrasi. Oleh sebab itu apabila tidak ada kesadaran untuk mengembangkan aspek kohesif tersebut negara nasional yang plural di bidang etnis dan budaya akan menghadapi kekuatan distruktif (Huntington, 2000: 5).

Nilai-nilai persatuan dan persaudaraan telah terkoyak-koyak oleh tragedi konflik kekerasan di sejumlah daerah di Indoensia, konflik sektarian dan konfllik kekerasan yang terjadi secara soparadis diduga salah satu penyebabnya adalah persoalan kepercayaan. Menurut Institute of Future Studies for Development di Bangkok, saling percaya (mutul trust) adalah kunci untuk menyelesaikan krisis. Sementara itu empati adalah jaringan rasa sebagai basis kebudayaan yang memungkinkan terbangunnya kerukunan dan dialog sosial di setiap masyarakat. Dengan saling percaya dan membangun empati masyarakat akan dapat saling tolong menolong dan bekerja sama. Jadi krisis yang terjadi pada bangsa Indonesia juga dapat disebut krisis kepercayaan dan empati (Asia Week, December 1998).

Masyarakat bersama aparat pemerintah dan pihak penegak hukum harus mengandalkan modal sosial (Social Capital) bekerjasama menyelesaikan setiap konflik sosial dan masalah aksi kekerasan di masyarakat. Kerjasama Merupaka modal sosial (social capital) dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yaitu merupakan suatu kebersamaan sebagai faktor kohesif yang dapat mengeliminir efek negatif dari prinsip keterbukaan dan otonomi sebagai prinsip utama Demokrasi dan mengelaminir juga  prinsip yang sangat rentan terhadap disintegrasi bangsa. Kebersamaan yang dapat menjadi modal sosial (social capital) dalam memaksimalkan potensi bangsa untuk tidak menjadi pecundang (loser) tetapi menjadi gainer dalam proses globalisasi (Fukuyama, 1999: 11-14). Berdasarkan modal sosial seharusnya terbangun kepercayaan, kerjasama dan toleransi serta akan mendukung lahirnya tokoh-tokoh masyarakat yang bisa jadi panutan untuk menjadi mediator rekonsiliasi setiap terjadinya konflik sosial. Namun, ternyata selama ini bangsa ini kekurangan figur-figur tokoh-tokoh masyarakat yang sangat dihormati dan mampu memediasi rekonsiliasi setiap terjadinya konflik sosial di masyarakat termasuk aksi kekerasan. Kita lebih banyak memikirkan pembangunan infrastruktur perdagangan seperti toko-toko (mall-mall) ketimbang membangun tokoh-tokoh masyarakat (figur pemimpin yg jadi panutan).

Konflik horizontal yang pernah terjadi di Poso awal tahun 2000an telah memakan banyak korban harta dan jiwa serta telah berhasil mengoyak-ngoyakkan sendi-sendi kehidupan masyarakat Poso yang majemuk, toleran dan cinta damai. Berita tentang konflik sektarian yang terjadi di Poso dulu diliput tidak hanya media lokal tapi juga media internasional sehingga semakin banyak masyarakat di luar negeri yang mengetahui tragedi kemanusiaan tersebut.

Sebenarnya Silaturahmi masyarakat, toleransi dan harmony kehidupan antar suku, umat beragama dan kelompok masyarakat di Bumi Sintuwu Maroso Poso telah pulih pasca perundingan Malino yang diinisiasi mantan Wapres JK dan tokoh-tokoh masyarakat Poso serta sejumlah stakeholders konflik. Insiden penembakkan oleh orang tak dikenal, isu ancaman bom dan peledakan bom yang terjadi di Tentena dan Kota Poso, ditemukan dua mayat polisi intel yang hilang dan yang terkahir penembakan seorang pemuda yang diduga sebagai teroris menimbulkan ketegangan yang puncaknya kemarin ketika terjadi aksi unjuk rasa dari keluarga korban penembakan dan simpatisan korban penembakan.Aksi protes keras dari warga masyarakat berupa penutupan jalan, pembakaran ban bekas, kejar-kejaran antara warga dan aparat kepolisian nyaris berujung pada kerusuhan massa dan potensi terjadinya konflik vertikal.

Dari berita sejumlah media massa dan media sosial, konsentrasi dan mobilisasi massa serta aksi unjuk rasa yang sempat terjadi setelah pihak aparat membawa mayat korban penembakan yang diduga teroris ke Palu dan rencana akan dibawa ke Jakarta. Ketegan antar pihak petugas keamanan dan masyarakat sempat menyita perhatian dan menimbulkan ketegangan soparadis di masyarakat dan insiden tersebut dikhawatirkan akan berpotensi menimbulkan insiden konflik vertikal antar pihak aparat dan masyarakat (keluarga serta simpatisan) yang meminta mayat korban penembakan itu dikembalikan ke pihak keluarga untuk dimakamkan. Namun, akhirnya suasan kembali normal setelah akhirnya mayat korban penembakan dikembalikan ke keluarga setelah sempat dibawa ke Palu.

Kurang lebih satu dekade masyarakat poso telah mulai hidup damai, harmoni dan toleran dan bangkit kembali dari puing-puing konflict kekerasan (Violent Conflict). Masyarakat hampir melupakan isiden konflik sectarian yang dulu pernah terjadi. Namun, insiden penembakan, penculikan yang disertai pembunuhan yang baru-baru ini terjadi telah membangkitkan kembali potensi ketidakamanan dan ketidaknyamanan kehidupan masyarakat Kabupaten Poso.

Masyarakat Sulawesi Tengah (SulTeng) dan Poso pada khususnya mencintai perdamaian dan selalu ingin hidup damai, harmonis dan toleran. Isu terorisme dan insiden kekerasan yang terjadi di wilayah SulTeng sperti di Poso patut disesali dan juga harus dicarikan solusi yang tepat.

Semua insiden aksi kekerasan yang pernah terjadi di Poso merupakan tanggung jawab bersama masyarakat, Pemerintah dan pihak penegak hukum (Conflict Stakeholders). Ada ungkapan yang menyatakan bahwa setiap aksi tindakan kekerasan di mana saja dan dilakukan oleh siapa saja merupakan musuh bersama masyarakat (Common enemy) terutama oleh masyarakat yang cinta damai. Setiap aksi kekerasan tidak bisa diselesaikan dengan cara kekerasan karna setiap tindakan kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan rantai kekersan selanjutnya (Violence breeds violence).

Seorang jurnalis senior juga pernah menceritakan bahwa Gubernur SulTeng sering ditanya oleh masyarakat di luar tentang keamanan SulTeng dan Poso khususnya. Banyak masyarak luar yang masih khawatir dengan kondisi keamanan Poso terutama pihak-pihak yang luar yang ingin menjadi kerjasama dengan pemerintah, pengusaha dan masyarakat di SulTeng.

Peringatan Sumpah Pemuda ke-84 dan Jambore Pemuda Indonesia/ASEAN yang baru-baru ini dipusatkan di Lokasi Eks- STQ Palu dijadwalkan dihadiri oleh Pemuda dari seluruh Provinsi yang ada di Indonesia dan Pemuda dari sepuluh negara ASEAN. Namun, karena adanya sejumlah pemberitaan tentang kondisi keamanan di wilayah SulTeng terutama di Poso sehingga sebagian calon peserta event tersebut terpaksa harus mengurunkan niatnya untuk mengikuti event kepemudaan yg cukup spectaculer tersebut.

Sulawesi Tengah sangat dirugikan dengan kasus insiden kekerasan karena jelas merugikan perkembangan iklim investasi dan perkembangan berbagai aspek pembangunan di wilayah SulTeng. Masyarakat harus menggugah dan menggugat setiap insiden kekerasan baik yang terjadi secara alami (Natural) maupun yang mungkin terjadi secara artifisial atau by design. Namun, masyarakat harus tetap patuh pada rambu-rambu hukum, mengormati tugas-tugas pihak penegak hukum dan mau bekerjasama dengan pihak penegak hukum dalam menyelesaikan insiden konflik kekerasan.

Konflik horizontal harus ditangani melalui menajemen konflik dan resolusi konflik dan diharapkan agar konflik Horizontal tidak akan berubah menjadi konflik vertikal (Aparat versus masyarakat). Sebab jika terjadi konflik vertikal tentu akan menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti yang telah diamanahkan dalam Pancasila dan UUD 45.Konflik sosial da aksi kekerasan termasuk radikalisme dan terorisme sebenarnya solusinya telah ditawarkan oleh pemerintah seperti program deradikalisasi yang bekerjasama antara pemerintah (aparat penegak hukum), intansi terkait dan ormas kepemudaan/Ormas keagamaan. Demikian juga program edukasi telah ditwarkan melalui program pendidikan damai dan pendidikan harmoni di lembaga pendidikan formal dimulai  dari level pendidikan dasar. Namun, nampaknya upaya mengatasi masalah aksi kekerasan dalam bentuk radikalisme dan terorisme oleh pemerintah  lebih banyak dilakukan melalui program doktrin pre-emptive atau melakukan upaya penindakan berupa upaya penangkapan dan penyerangan pihak=pihak yang diduga terlibat dalam aksi terorisme dari pada upaya program preventive yaitu melakukan upaya pencegahan terjadinya aksi radikalisme dan terorisme

Saatnya masyarakat, Aparat pemerintah dan pihak penegak hukum harus bergandengan tangan mencarikan solusi terbaik agar suasana keamanan dan Citra keamanan Poso bisa pulih. Azas praduga tak bersalah (presumption of innocence) harus dihormati. Hukum yang berkeadilah harus ditegakkan. "Equality before the law and Justice must be done" !!!.

Selamat berakhir pekan semoga menikmati akhir pekan yang indah "HAPPY SUNDAY"

Salam Perubahan
Mochtar Marhum
Akademisi UNTAD, Aktivis Damai dan Blogger Sosial-Humaniora