Senin, 04 Juli 2011

Betulkah Guru Sering Jadi Korban Ekploitasi Politik Praktis ?

Guru di daerah kurang iindependen dan sering disinyalir mereka harus bermain politik praktis yang manis jika ingin promosi jadi kepala sekolah atau kepala Bidang dan bahkan kadis. Namun, terkadang mereka juga mengalami nasib sial terutama jika kandidat kepala daerah yang mereka dukung gagal.

Tulisan ini berawal dari diskusi di sejumlah mailinglist (Milist) atas keprihatinan akibat sering diberitakan oleh sejumlah media bahwa guru-guru sering jadi korban eksploitasi politik praktis terutama pada moment Pemilukada di beberapa daerah di Indonesia.

Diduga hampir setiap event  Pemilukada Guru harus mendukung salah satu kandidat kuat kepala daerah karena mungkin disebabkan oleh sistem dan kultur serta tradisi yang terpaksa menyeret guru terlibat bermain politik praktis. Kasus ini banyak terjadi di beberapa daerah terutama ketika event Pemilukada berlangsung.

Pada umumnya guru sering  mendukung kandidat Bupati incumbent karena mengikuti komando implisit atau eksplisit  dari Kadis atau Kepsek. Jika kandidat yang guru-guru usung menang maka mereka akan dapat durian runtuh dan siap dipromosi jadi kepsek, Kabid, Kabag bahkan Kadis. Namun, bila lagi apes alias badluck karena kandidat yang didukung gagal dalam pemilukada sangat sering guru jadi korban penganiayaan politik oleh kandidat yang menang dan kasus ini sudah pernah terjadi di beberapa wilayah di tanah air. Sejumlah guru dimutasi ke daerah-daerah terpencil akibat tidak mendukung incumbent.

Kesimpulannya, catatan ini tidak bisa digeneralisasikan karena masih jauh lebih banyak guru yang idealis dan tetap mempertahankan martabat profesi keguruannya ketimbang terseret dan terkontaminasi dengan bujuk rayu jabatan struktural atau tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Namun, juga harus diakui bahwa guru PNS sering terseret arus politik dan mau tak mau terpaksa harus terlibat bermain politik secara sembunyi-sembunyi. Saya setuju saatnya guru harus lebih profesional dan tidak terkontaminasi dengan politik praktis yang licik dan kotor itu. Semoga ke depan guru-guru di negeri ini akan lebih profesional dan terhindar dari eksploitasi politik praktis. Salam Edukasi